Sanksi Baru untuk Rusia, G7 Berjanji Hentikan Impor Minyak

Upaya menghentikan perang Presiden Putin 

Jakarta, IDN Times - Kelompok negara kaya G7 berkomitmen untuk berhenti impor minyak dari Rusia. Hal ini sebagai tanggapan atas invasi Rusia yang terus berlanjut di Ukraina. Komitmen itu disampaikan para pemimpin negara G7 dalam pertemuan pada Minggu (8/5/22).

Pertemuan terbaru secara virtual tersebut, merupakan pertemuan ketiga kalinya di 2022. Kelompok G7 terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat (AS).

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ikut hadir dalam pertemuan tersebut. Kelompok tersebut telah melakukan kampanye melawan Rusia dengan menjatuhkan berbagai sanksi untuk menekan Moskow terisolasi secara ekonomi. 

Baca Juga: Akhirnya, Jerman Janji Hentikan Impor Minyak Rusia Akhir Tahun 

1. Meningkatkan tekanan pada ekonomi Rusia

Sanksi Baru untuk Rusia, G7 Berjanji Hentikan Impor MinyakPresiden Joe Biden dalam pertemuan G7 secara virtual (Twitter.com/President Biden)

Negara-negara Barat yang telah mendukung Ukraina telah menjatuhkan serangkaian sanksi kepada Rusia karena menginvasi Ukraina. Tapi, sanksi untuk produk ekspor hidrokarbon Rusia, langkah mereka terbilang terlambat.

Dalam pertemuan pada Minggu, Gedung Putih mengatakan kelompok G7 berkomitmen untuk menghentikan atau melarang impor minyak Rusia, dilansir France24. Langkah itu dilakukan untuk meningkatkan tekanan pada Presiden Vladimir Putin.

Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan, G7 mengatakan "kami akan memastikan bahwa kami melakukannya secara tepat waktu dan teratur, dan dengan cara yang menyediakan waktu bagi dunia untuk mengamankan pasokan alternatif."

Kelompok negara-negara kaya itu juga berjanji akan melanjutkan kampanye melawan elite keuangan Rusia dan anggota keluarganya yang mendukung Presiden Rusia dalam melancarkan perang ke Ukraina.

Pertemuan para pemimpin negara G7 dilakukan dengan virtual lewat tautan video. Meski berkomitmen akan berhenti melarang impor minyak Rusia setelah pertemuan itu, tapi sejauh ini belum ada rincian yang dijelaskan oleh G7.

Baca Juga: Sanksi Baru Inggris Sasar Media Rusia, Plus Larang Sewa Bisnis Jasa

2. Upaya menghentikan perang Presiden Putin

Dalam pernyataannya, Presiden AS Joe Biden mengatakan "(keputusan) ini akan memukul keras pada arteri utama ekonomi Putin dan menghentikan pendapatan yang dia butuhkan untuk mendanai perangnya," dilansir The Moscow Times.

Dalam pernyataan Gedung Putih pada hari Minggu, AS juga mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia. Sanksi tersebut menyasar media, perusahaan dan individu.

Perusahaan media Rusia yang dijatuhi sanksi adalah Perusahaan Saham Gabungan Channel One Russia, Stasiun Televisi Russia-1, dan Perusahaan Saham Gabungan NTV Broadcasting Company. Semua perusahaan AS tidak boleh terlibat dalam bisnis seperti pendanaan iklan atau menjual peralatan kepada perusahaan tersebut.

Seorang pejabat Gedung Putih berbicara dengan anonim mengatakan perusahaan-perusahaan AS seharusnya tidak terlibat dalam bisnis pendanaan propaganda Rusia. AS juga menjatuhkan sanksi kepada pejabat tinggi Gazprombank. Mereka yang termasuk mendapatkan sanksi adalah eksekutif Gazprombank Alexy Miller dan Andrey Akimov.

Reuters menyebut keputusan ini adalah yang pertama kalinya. Sebelumnya AS khawatir akan menganggu pasokan gas ke negara-negara Eropa yang dijalankan perusahaan Gazprom.

Baca Juga: Hidup Mewah, Anak Angkat Menlu Rusia Kena Sanksi Pemerintah Inggris

3. G7 serukan Rusia hentikan blokade Ukraina

Sanksi Baru untuk Rusia, G7 Berjanji Hentikan Impor MinyakPM Boris Johnson dalam pertemuan virtual dengan pemimpin G7 (Twitter.com/Boris Johnson)

Menurut G7, perang di Ukraina telah berdampak secara global. Perang tersebut menyebabkan gangguan ekonomi, berdampak pada pasokan energi serta penyediaan pupuk dan makanan secara global.

"Bersama dengan PBB, kami menyerukan Rusia untuk mengakhiri blokade dan semua kegiatan lain yang menghambat produksi dan ekspor pangan Ukraina, sejalan dengan komitmen internasionalnya," ujar G7 dalam pernyataan yang dikutip Al Jazeera.

Dalam kesempatan pertemuan itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dunia harus melangkah lebih jauh dan lebih cepat untuk mendukung Ukraina. "Ukraina perlu menerima peralatan militer yang memungkinkan mereka tidak hanya bertahan di Ukraina, tetapi juga merebutnya kembali."

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya