Apa itu Makroprudensial? Kenali Definisi dan Jenis-Jenis Instrumennya!

Makroprudensial adalah kebijakan yang digunakan BI.

Tahukah kamu, selaku otoritas moneter, ternyata Bank Indonesia (BI) menggunakan kebijakan makroprudensial untuk menjaga stabilitas keuangan perbankan. Apa itu makroprudensial?

Secara sederhana, makroprudensial adalah istilah yang mengacu pada kebijakan bank sentral yang berguna untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Dalam sistem BI, kebijakan makroprudensial digunakan untuk memperoleh indikator ekonomi yang ingin dicapai, mulai dari pertumbuhan ekonomi, hingga menjaga stabilitas kondisi jasa keuangan.

Lantas, apa saja jenis-jenis kebijakan makroprudensial yang ada di Indonesia? Penasaran? Simak jawabannya berikut ini, yuk.

Baca Juga: Strategi Bank Indonesia Lewat Kebijakan Makroprudensial, Ekonomi Tumbuh Sehat

1. Apa itu makroprudensial?

Apa itu Makroprudensial? Kenali Definisi dan Jenis-Jenis Instrumennya!ilustrasi suku bunga (Freepik.com/Freepik)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, makroprudensial adalah kebijakan atau regulasi bank sentral yang bertujuan untuk mencegah ketidakstabilan sistem keuangan, terkhusus pada kegiatan kredit. Dikarenakan instabilitas sistem keuangan dapat berdampak secara sistemik, maka kebijakan makroprudensial digunakan untuk meningkatkan kualitas dan fungsi sistem perbankan di suatu negara atau wilayah tertentu dengan baik, bahkan dalam situasi ekonomi yang sulit.

Sebagai informasi, makroprudensial adalah kebijakan yang digunakan Bank Indonesia sebagai ‘mitra’ dari suku bunga acuan, di mana kedua kebijakan ini dapat saling melengkapi satu sama lain. Sebagai contoh, ketika BI ingin mengendalikan kenaikan inflasi, otoritas moneter akan menerapkan kebijakan makroprudensial yang mendukung untuk menurunkan suku bunga acuan.

2. Jenis makroprudensial CCyB

Apa itu Makroprudensial? Kenali Definisi dan Jenis-Jenis Instrumennya!ilustrasi modal cadangan perbankan (Freepik.com/daniel-007)

Sekarang kamu sudah tahu ya, pengertian makroprudensial? Beralih dari definisinya, ada berbagai jenis kebijakan makroprudensial yang dijalankan oleh BI, salah satunya adalah Countercyclical Capital Buffer.

Countercyclical Capital Buffer (CCyB) makroprudensial adalah tambahan modal yang wajib disiapkan bank sebagai cadangan untuk mengantisipasi kerugian yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan. Misalnya, kerugian akibat pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan yang terlalu cepat dan berlebihan.

Pertanyaannya, bagaimana cara kerja kebijakan jenis CCyB ini? Jadi, bank harus menambah modal ketika ekonomi sedang mengalami ekspansi, tujuannya agar dapat digunakan saat ekonomi melemah. Belakangan ini, BI mewajibkan setiap bank sentral memiliki CCyB sebesar 0% sampai 2,5% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Kemudian, BI akan mengevaluasi besaran CCB setiap enam bulan secara berkala. Kebijakan ini terkait dengan ketentuan permodalan perbankan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Baca Juga: Sejarah Bank Indonesia, Bank Sentral Penjaga Kestabilan Nilai Rupiah

3. Rasio Loan to Value (LTV) atau Financing to Value (FTV)

Apa itu Makroprudensial? Kenali Definisi dan Jenis-Jenis Instrumennya!Ilustrasi wanita memegang uang dan kartu kredit (pexels.com/stockking)

Berikutnya, jenis-jenis makroprudensial adalah Rasio LTV atau disebut juga sebagai Financing to Value. Kebijakan ini merupakan rasio antara nilai kredit dengan pembiayaan dari bank yang biasanya ditujukan untuk kredit kendaraan atau rumah.

Kebijakan LTV dan FTV dianggap longgar jika rasionya mendekati 100%, artinya konsumen bisa mendapatkan kredit kendaraan atau properti hanya dengan uang muka (down payment) yang sangat kecil, bahkan tanpa uang muka jika rasio mencapai 100%. Namun kebalikannya, kebijakan LTV dan FTV akan menjadi ketat jika rasionya semakin kecil mendekati angka 0%.

Salah satu tujuan utama jenis kebijakan LTV dan FTV makroprudensial adalah untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, serta mengurangi risiko sistemik akibat kenaikan harga properti.

4. Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM)

Apa itu Makroprudensial? Kenali Definisi dan Jenis-Jenis Instrumennya!Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Jenis RIM makroprudensial adalah instrumen yang mengatur fungsi intermediasi perbankan sesuai dengan kapasitas dan target pertumbuhan ekonomi. Singkatnya, RIM berguna untuk menilai kemampuan kredit suatu perbankan. 

Selain itu, RIM adalah pengembangan dari rasio pinjaman terhadap pendanaan, atau dikenal sebagai Loan to Funding Ratio (LFR). Untuk menghitung RIM dan RIM Syariah, dapat menggunakan rumus berikut ini.

Apa itu Makroprudensial? Kenali Definisi dan Jenis-Jenis Instrumennya!rumus RIM dan RIM Syariah (Bank Indonesia)

Pada kebijakan BI, RIM wajib dimiliki setiap perbankan sebesar 84% hingga 94%. Jika RIM bank di bawah 84%, artinya penyaluran kreditnya belum maksimal. Sebaliknya, jika RIM mendekati 94%, bank hampir tidak memiliki ruang untuk menyalurkan kredit lebih banyak dan perlu menghentikan penyaluran kredit serta fokus mencari Dana Pihak Ketiga (DPK).

5. Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM)

Apa itu Makroprudensial? Kenali Definisi dan Jenis-Jenis Instrumennya!ilustrasi uang rupiah (pixabay.com/Iqbal Nuril Anwar)

Selanjutnya, instrumen PLM atau Penyangga Likuiditas Makroprudensial adalah cadangan likuiditas minimum yang harus disimpan oleh bank dalam bentuk surat berharga rupiah. Cadangan ini dapat digunakan untuk operasi moneter dengan besaran yang ditentukan oleh BI berdasarkan persentase dari Dana Pihak Ketiga (DPK).

PLM bersifat fleksibel karena surat berharga dalam instrumen ini dapat digunakan untuk transaksi repo dengan BI dalam operasi pasar terbuka. Adapun besarannya disesuaikan dengan persentase tertentu dari DPK bank dalam bentuk rupiah.

6. Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek​ (PLJP)

Apa itu Makroprudensial? Kenali Definisi dan Jenis-Jenis Instrumennya!ilustrasi laporan keuangan mengalami kekurangan likuiditas (Freepik.com/Freepik)

Terakhir, jenis-jenis makroprudensial adalah Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP), yakni pinjaman dari BI untuk bank yang sedang mengalami kekurangan likuiditas jangka pendek. 

Kondisi ini adalah keadaan di mana dana masuk lebih sedikit dibandingkan dana yang keluar. Dengan begitu, bank akan kesulitan memenuhi kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM).

Demikian ulasan mengenai makroprudensial beserta jenis-jenis instrumen yang digunakan oleh Bank Indonesia (BI). Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa makroprudensial adalah kebijakan bank sentral untuk mencegah ketidakstabilannya sistem keuangan, dengan tujuan agar dapat meningkatkan kualitas dan fungsi sistem perbankan dengan baik.

Bagaimana, sekarang kamu sudah paham ya, terkait apa itu makroprudensial beserta jenis-jenisnya? Semoga informasi ini dapat membantumu dalam mengenal makroprudensial lebih dalam, ya.

Penulis: Muti’ah Nur Rahmah

Baca Juga: Syarat dan Cara Menukar Uang Rupiah Rusak atau Cacat di Bank Indonesia

Topik:

  • Putri Ambar
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya