Hati-hati! Ini 5 Potensi Risiko Global yang Harus Diwaspadai Indonesia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia (BI) melalui Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan Indonesia untuk selalu waspada menghadapi risiko global yang akan memengaruhi pemulihan serta stabilitas ekonomi dalam negeri.
Perry menegaskan terdapat lima potensi risiko global yang patut diwaspadai. Oleh karena itu, harus dilakukannya penguatan sinergi dan koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan BI atau dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Penguatan sinergi ini akan membawa perekonomian Indonesia menuju ketahanan dan kebangkitan pada 2023 hingga 2024
“Kita perlu mewaspadai lima permasalahan ini dari prospek ekonomi global,” ujar Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022, Rabu, di Jakarta.
Baca Juga: Jokowi: Awal Tahun Depan Sudah Masuk Resesi Global
1. Lima potensi risiko global ekonomi Indonesia
Potensi risiko global ini meliputi lima hal. Pertama, menurunnya pertumbuhan ekonomi dan risiko resesi di Amerika Serikat (AS) serta Eropa yang meningkat. Kedua, Inflasi yang tinggi atau high inflation akibat meningkatnya harga energi dan pangan global.
Selanjutnya, suku bunga yang tinggi walaupun The Fed Fund Rate berada di titik 5 persen dan diprediksi tetap tinggi hingga tahun depan. Keempat, tekanan yang sangat kuat dari nilai tukar dolar AS yang menyebabkan depresiasi pada mata uang negara lain termasuk rupiah.
Risiko global yang terakhir adalah penarikan dana oleh investor global dan mengalihkannya ke aset likuid karena dihadapi oleh risiko yang tinggi.
Editor’s picks
Baca Juga: Hadapi Risiko Resesi Global, Ekonomi Indonesia Masih Stabil
2. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat pada 2023
Perry memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat pada 4,5 sampai 5,3 persen dengan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam 3 plus minus 1 persen.
Stabilitas eksternal akan terjaga dengan berjalannya transaksi di kisaran surplus 0,4 persen sampai dengan defisit 0,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) 2023.
Baca Juga: Dihantui Resesi, Zulhas Optimistis Ekonomi Indonesia Tumbuh
3. PMA dan investasi dukung surplus neraca modal dan finansial
Penanaman modal asing (PMA) dan investasi portofolio sekaligus ketahanan sistem keuangan terjaga dengan baik di sisi permodalan, risiko kredit dan likuiditas untuk mendukung surplus pada neraca modal dan finansial.
“Sinergi dan inovasi adalah kata kunci untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional. Telah terbukti selama pandemi,” tegasnya.