205 Juta Orang Diprediksi Masih Menganggur di 2022

Pertumbuhan lapangan kerja global tidak akan pulih cepat

Jakarta, IDN Times – Pertumbuhan lapangan kerja global tidak akan pulih ke tingkat pra-pandemik hingga 2023 menurut laporan yang diterbitkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) pada Rabu (2/6/2021).

Dalam laporan World Employment and Social Outlook untuk tahun 2021, organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) itu memproyeksikan bahwa setidaknya 220 juta orang akan menganggur tahun ini. Sementara tahun depan diperkirakan hanya ada sedikit peningkatan pekerjaan.

Pasar tenaga kerja global terpukul keras oleh pandemik virus corona, dan pemulihan yang lambat memproyeksikan angka pengangguran 205 juta pada 2022. Jumlah itu di atas angka 187 juta untuk 2019.

“Pertumbuhan lapangan kerja tidak akan cukup untuk menutupi kehilangan (pekerjaan) yang diderita hingga setidaknya 2023,” kata laporan itu, mengutip DW.

Baca Juga: COVID-19 Masih Ada, Pengangguran di Indonesia Capai 8,75 Juta Orang

1. Kehilangan pekerjaan memicu kemiskinan baru

205 Juta Orang Diprediksi Masih Menganggur di 2022Ilustrasi Work From Home (IDN Times/Arief Rahmat)

Hilangnya pekerjaan secara besar-besaran telah berdampak buruk pada ketidaksetaraan global dengan perempuan, kaum muda dan mereka yang bekerja di sektor informal menjadi yang paling terpukul.

Laporan ILO menyebutkan bahwa sekitar 108 juta lebih orang telah jatuh ke dalam kemiskinan atau kemiskinan ekstrem sejak 2019.

“Lima tahun kemajuan menuju pemberantasan kemiskinan yang bekerja telah gagal,” jelas laporan itu.

Badan tenaga kerja PBB itu memperkirakan bahwa sekitar 30 juta pekerjaan baru dapat diciptakan di seluruh dunia jika pandemi tidak melanda. Namun yang terjadi sekarang, banyak usaha kecil bangkrut atau menghadapi kesulitan besar.

Baca Juga: Biden Bantah Tunjangan Pengangguran Hambat Ekonomi

2. Ketua ILO sebut dunia kerja akan berbeda

205 Juta Orang Diprediksi Masih Menganggur di 2022Ilustrasi Bekerja (IDN Times/Fiqih Damarjati)

Dalam wawancara dengan DW, Direktur Jenderal ILO Guy Ryder membahas tentang dampak pandemik terhadap pekerjaan dan risiko pemulihan yang tidak merata.

Ryder mengatakan bahwa pada lintasan saat ini, saat pemulihan sedang berlangsung, ada risiko besar bahwa dunia kerja dapat menjadi lebih tidak setara karena pemulihan yang kuat dan prospek yang cukup baik akan terjadi di negara berpenghasilan tinggi dan pekerjaan dengan keterampilan tinggi. Tetapi, hal sebaliknya terjadi di sisi lain.

Ia juga membahas kemungkinan dampak perusahaan yang berupaya menyederhanakan rantai pasokan global mereka yang mungkin memiliki efek mendalam pada produksi di seluruh dunia. Ryder menambahkan bahwa meskipun dia yakin jumlah pekerjaan pada akhirnya akan kembali ke tingkat pra-pandemi, namun tantangan masih menghadang di depan.

“Dunia kerja akan berbeda dan tantangan di depan kita adalah memastikannya lebih baik. Semuanya tergantung pada kebijakan mana yang dipilih,” jelasnya.

3. Lapangan kerja baru kurang dan pekerjaan buruk

205 Juta Orang Diprediksi Masih Menganggur di 2022Ilustrasi pemakaian internet (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam laporannya, ILO memprediksi bahwa akan ada pertumbuhan pekerjaan yang tidak merata pada paruh kedua tahun 2021 dengan penciptaan 100 juta posisi baru tahun ini. Namun, lapangan kerja yang diciptakan seringkali kurang.

“Lebih buruk lagi, banyak pekerjaan baru yang diperkirakan memiliki produktivitas rendah dan kualitas buruk,” katanya.

Stefan Kühn, ekonom ILO dan penulis utama laporan tersebut, mengatakan kepada Reuters bahwa pengangguran tidak mempengaruhi pasar tenaga kerja.

Dampak sebenarnya jauh lebih besar ketika pengurangan jam kerja diperhitungkan. Tapi itu tidak sama secara keseluruhan, katanya, karena perekrutan telah dimulai lagi di Amerika serikat (AS), tetapi di Eropa, banyak pekerja terjebak pada skema pengurangan jam kerja.

Baca Juga: Ungkit Soal Kemiskinan, Megawati: Kalah Sama RRC

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya