ASEAN-Australia Kini Miliki Konsorsium Blockchain

Konsorsium itu disebut ASEAN Blockchain Consortium (ABC)

Jakarta, IDN Times – Asosiasi blockchain di negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya membentuk membentuk ASEAN Blockchain Consortium (ABC) pada Kamis (22/4/2021). Tujuan dari pembentukan ABC tersebut adalah untuk membina dan memperkuat hubungan lintas batas dalam mempromosikan teknologi blockchain.

Konsorsium itu terdiri dari Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI), Asosiasi Blockchain Singapura (BAS), Asosiasi Teknologi Ledger Terdistribusi Filipina (DLTAP), Pusat Bisnis dan Keuangan Internasional Labuan (Labuan IBFC), Asosiasi Perdagangan Operator Aset Digital Thailand (TDO), dan Blockchain Australia (BA) yang telah mengumumkan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) untuk pembentukan itu. 

Baca Juga: Jerman Ciptakan Jembatan Antara Blockchain dan Euro

1. Kolaborasi pertama organisasi blockchain ASEAN dan Australia

ASEAN-Australia Kini Miliki Konsorsium BlockchainIlustrasi ASEAN dan 10 negara anggotanya (www.asean-competition.org)

Menurut rilis yang diterima IDN Times, acara penandatanganan digital didukung oleh Dedoco, platform penandatanganan digital berbasis blockchain.

Acara yang menandai kolaborasi pertama antara organisasi blockchain di seluruh ASEAN dan Australia itu dimaksudkan untuk mendorong pendidikan blockchain, berbagi pengetahuan tentang pengembangan aset digital, dan mempromosikan adopsi teknologi blockchain di seluruh ASEAN dan Australia.

2. Kesempatan bagi blockchain untuk menata kembali konektivitas digital

ASEAN-Australia Kini Miliki Konsorsium BlockchainIlustrasi Bekerja Redaksi (IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Nota kesepahaman ini ditandatangani pada acara virtual yang diselenggarakan oleh Asosiasi Blockchain Singapura (BAS) kemarin, disaksikan oleh Penasihat Senior Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Edi Prio Pambudi, dan Sopnendu Mohanty, Chief FinTech Officer Monetary Authority of Singapore (MAS).

Selain itu, hadir pula Chia Hock Lai, Co-Chairman BAS; Muhammad Deivito Dunggio, Ketua ABI; Justo A Ortiz, Ketua DLTAP; Farah Jaafar-Crossby, CEO Labuan IBFC; Peeradej Tanruangporn, Presiden TDO, dan Steve Vallas, CEO BA.

Setelah penandatanganan seacara virtual, mereka menggelar webinar bertajuk “ASEAN Blockchain: Opportunities and Challenges” untuk membahas tren industri dalam blockchain di ASEAN.

“Konektivitas digital merupakan hal yang mendesak selama pandemi yang terjadi untuk menjaga bisnis tetap berjalan. Kemudian, ini adalah kesempatan bagi blockchain untuk menata kembali konektivitas digital dengan adaptasi tingkat lanjut,” ucap Edi Pambudi.

Baca Juga: Deutsche Telekom Berinvestasi di Platform Pembayaran Blockchain Celo

3. Indonesia miliki tingkat adopsi digital tertinggi

ASEAN-Australia Kini Miliki Konsorsium Blockchainpixabay.com

Penandatangan MOU ini memiliki tujuan dan sasaran yang sama yaitu untuk melayani kepentingan publik di bidang teknologi blockchain. MOU ini juga bertujuan untuk lebih meningkatkan kerja sama di antara enam organisasi untuk membawa industri ke tingkat yang lebih tinggi, melalui kontribusi mereka terhadap pengembangan industri blockchain dan aset digital.

Organisasi-organisasi blockchain ini akan bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran dan meningkatkan adopsi penggunaan teknologi blockchain. Mereka juga akan terlibat dengan regulator untuk memastikan kepatuhan hukum terhadap peraturan yang ditetapkan dengan semestinya.

“Kebangkitan teknologi blockchain di dunia tidak dapat dihindari, Indonesia sebagai tingkat adopsi digital tertinggi akan berada di garis depan, MOU dapat menjadi titik awal dari kemajuan teknologi baru di industri blockchain,” kata Muhammad Deivito.

Baca Juga: Tertarik Investasi Bitcoin Cs? Pahami Dulu Tentang Blockchain

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya