Bank Dunia: RI Butuh 5 Tahun untuk Pulihkan Ekonomi dari COVID-19

Ekonomi diprediksi masih sulit pulih beberapa tahun ke depan

Jakarta, IDN Times – Pandemik COVID-19 telah memberikan tekanan pada perekonomian seluruh negara, termasuk Indonesia. Menurut Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu, Indonesia membutuhkan waktu hingga lima tahun agar perekonomiannya bisa kembali pulih dan normal atau tumbuh seperti sebelum pandemik corona mewabah.

Pemulihan pertumbuhan membutuhkan waktu lama karena ekonomi Indonesia masih berpotensi berada di bawah tekanan hingga beberapa tahun ke depan, katanya.

“Kali ini, jika kita kontraksi 2 persen, kita tumbuh misalnya 1 persen di bawah potensi 4 persen untuk 2-3 tahun ke depan. Mungkin kita akan memerlukan waktu sekitar 3-5 tahun untuk kembali pada situasi sebelum COVID,” kata Mari dalam webinar Forum Diskusi Salemba 46: Outlook Perekonomian Indonesia 2021, Sabtu (30/1/2020).

Baca Juga: Minat Kerja di Bank? Ini Daftar Gaji 5 Bank Besar di Indonesia

1. Mirip dengan krisis ekonomi tahun 1998

Bank Dunia: RI Butuh 5 Tahun untuk Pulihkan Ekonomi dari COVID-19Sejumlah demonstran menuntut pemerintahan adanya perbaikan ekonomi akibat krisis ekonomi tahun 2008 lalu. Foto: Jens Schott Knudsen/Flickr/cc

Dalam kesempatan tersebut, Mari juga mengatakan situasi krisis kesehatan saat ini mirip dengan saat krisis ekonomi terjadi di tahun 1998. Meski demikian, ia mengatakan saat itu ekonomi Indonesia memerlukan waktu pemulihan yang jauh lebih lama, yaitu selama sekitar delapan tahun.

“Krismon 98 itu kontraksi yang sangat berat dan memerlukan beberapa tahun dengan low growth. So we basically like eight years sebelum balik lagi ke pre-krismon,” kata mantan Menteri Perdagangan itu.

2. Perlu transformasi ekonomi

Bank Dunia: RI Butuh 5 Tahun untuk Pulihkan Ekonomi dari COVID-19Sumber Gambar: investigasibrief.com

Mari juga mengatakan, Indonesia perlu melakukan perubahan dan transformasi agar ekonominya bisa bangkit.

“Yang harus kita sadari adalah, apa yang terjadi dengan pandemik ini, pertama adanya kontraksi. Kedua, kita akan mengalami pertumbuhan yang di bawah potensi dan ini akan diperkirakan berlangsung sepuluh tahun jika kita tidak melakukan perubahan-perubahan dari segi kebijakan maupun recovery investment,” katanya memperingatkan. 

Adapun di tahun ini Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 4,4 persen, dengan estimasi tahun lalu minus 2,2 persen. Perekonomian di tahun ini bisa pulih, dengan catatan program vaksinasi berjalan dengan baik dan positifnya laju investasi, katanya.

Baca Juga: Sandiaga Uno Dialog dengan Mari Elka Bahas Kualitas Pariwisata RI

3. Ekonomi dunia tertekan di 2020

Bank Dunia: RI Butuh 5 Tahun untuk Pulihkan Ekonomi dari COVID-19Pedagang yang tidak mengenakan masker melintas, di depan mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona, di kawasan Tebet, Jakarta, Selasa (8/9/2020). ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat

Mari juga membahas soal dampak COVID-19 pada ekonomi dunia di tahun 2020 lalu. Ia mengatakan, sebagian besar negara mencatatkan kontraksi dan beberapa di antaranya memasuki resesi.

“Berdasarkan laporan yang dikeluarkan Bank Dunia setiap 6 bulan, yaitu Prospek Ekonomi Dunia yang terbaru. Baru diluncurkan tanggal 5 Januari yang lalu. Ini menggambarkan forecast untuk tahun ini,” katanya.

“Intinya kita melihat dunia di 2020 mengalami resesi yang sangat berat di mana (ekonomi) dunia kontraksi, minus 4 persen dan dan negara maju minus 5 (persen), dan negara sedang berkembang untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade banyak yang mengalami kontraksi. Mungkin hampir semua negara di dunia, terkecuali Tiongkok dan Vietnam mungkin,” dia menambahkan.

Menurut Mari, dampak pandemik virus asal Wuhan, Tiongkok itu juga berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi di seluruh negara berada di bawah tekanan selama bertahun-tahun ke depan.

Forecast-nya, tahun ini akan membaik dan di mana dunia akan tumbuh 4 persen dan ada perbaikan. Negara maju kontraksinya lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya, tetapi recovery-nya lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya, dan kebalikannya untuk negara sedang berkembang di mana forecast-nya adalah kontraksinya lebih parah, tetapi recovery-nya lebih baik sedikit dibandingkan negara maju,” ujar dia.

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya