Banyak Kabar Baik, Rupiah Kembali Ditutup Menguat Hari Ini

Ada banyak sentimen positif dari dalam dan luar negeri

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar (kurs) rupiah ditutup menguat pada perdagangan Kamis (11/2/2021), yaitu menguat 10 poin atau 0.07 persen ke level Rp13.972 dari penutupan hari sebelumnya di level Rp13.982.

Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah dipicu oleh banyaknya kabar baik yang terjadi hari ini.

Baca Juga: Amerika Ganti Presiden, Bagaimana dengan Kebijakan The Fed?

1. Peringatan The Fed

Banyak Kabar Baik, Rupiah Kembali Ditutup Menguat Hari Inijerome Powell (Website/https://knowledge.wharton.upenn.edu/)

Penguatan rupiah terjadi di saat dolar melemah karena dipengaruhi pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam pidatonya pada hari Rabu, kata Ibrahim. Powell telah memperingatkan bahwa pasar kerja AS masih jauh dari pemulihan penuh, dan menyerukan upaya nasional yang luas untuk membuat orang Amerika kembali bekerja pasca-COVID-19.

“Selain itu, Ketua Fed Jerome Powell juga mencatat bahwa pengangguran masih tinggi, dan mengulangi bahwa kerangka kebijakan baru bank sentral dapat mengakomodasi inflasi tahunan di atas 2 persen untuk beberapa waktu sebelum menaikkan suku bunga,” jelasnya.

“Inflasi tetap menjadi perhatian, dengan prediksi bahwa permintaan yang terpendam dan efek basis rendah dari guncangan tahun 2020 akan mendorong lonjakan angka berita utama pada musim semi. Skenario seperti itu dapat menguji tekad Fed.”

2. Pengumuman Bank Indonesia

Banyak Kabar Baik, Rupiah Kembali Ditutup Menguat Hari IniANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Ibrahim lebih lanjut mengatakan bahwa penguatan rupiah hari ini dipengaruhi oleh antusiasme investor tentang rencana Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga.

“Bank Indonesia dalam pertemuan minggu depan ada kemungkinan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5 persen. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhinya, diantaranya adalah kinerja pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan dan perlu ada upaya ekstra untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar bisa lebih kencang lagi. Salah satunya dengan cara menurunkan suku bunga acuan, saat suku bunga rendah maka pengusaha dan rumah tangga akan terangsang untuk mengambil kredit sehingga akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

“Kemudian tekanan inflasi juga sangat minim. Sebagai informasi, pada Januari 2021 BPS melaporkan terjadi inflasi sebesar 0,26 persen dan 1,55 persen, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,45 persen mtm dan 1,68 persen YoY. Sedangkan di bulan Februari ada kemungkinan inflasi di 0,01 persen mtm dan 1,25 persen YoY,” tambah Ibrahim.

Baca Juga: Modal Nol Rupiah, 6 Bisnis Ini Untungnya Gede Banget

3. Rupiah cenderung stabil

Banyak Kabar Baik, Rupiah Kembali Ditutup Menguat Hari Iniilustrasi uang rupiah (IDN Times/Umi Kalsum)

Disamping inflasi, Ibrahim mengatakan bahwa nilai tukar mata uang rupiah saat ini relatif stabil bahkan cenderung menguat.

“Oleh karena itu apabila Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,5 persen itu sangat di mungkinkan karena pertumbuhan ekonomi perlu ada pendorong yang pasti terutama dari otoritas Bank Indonesia di tengah resiko kasus COVID-19 yang masih tinggi sehingga bisa mengganggu normalisasi ekonomi,” katanya.

Baca Juga: Minim Sentimen, Rupiah Dibuka Stagnan Pagi Ini Terhadap Dolar

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya