COVID-19 Picu Anjloknya Pengiriman Uang dari Pekerja di Luar Negeri

Tak terkecuali Indonesia yang minus 22 persen di Q2

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 yang berasal dari Wuhan, Tiongkok, telah mempengaruhi banyak orang di dunia, termasuk para pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri.

Menurut The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), organisasi pengawasan ekonomi makro regional, para pekerja migran tidak hanya terpengaruh kesehatannya karena wabah tersebut, tapi juga mengalami berbagai masalah ekonomi seperti terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) sampai terpaksa dipulangkan ke negara asal, dan hanya sedikit yang mendapat peluang penempatan kerja.

Semua tantangan itu pada akhirnya mempengaruhi jumlah pengiriman (remitan), baik uang maupun barang, yang dilakukan para imigran ke dalam negeri. Padahal, remitan merupakan salah satu faktor penting untuk pertumbuhan ekonomi, tak terkecuali di Indonesia.

Untuk itu, AMRO mengatakan pemerintah perlu mempertimbangkan hal ini saat merancang dan melanjutkan kebijakan dukungan ekonomi.

Baca Juga: Transfer Uang ke Luar Negeri Sekarang Bisa via Mobile Banking

1. Banyak pekerja migran terdampak COVID-19

COVID-19 Picu Anjloknya Pengiriman Uang dari Pekerja di Luar NegeriFoto hanya ilustrasi. ANTARA FOTO/Reza Novriandi

Dalam laporan yang dirilis pada 2 Desember, yang berjudul Coming Home: Are Remittances in the ASEAN+3 Another Victim of the Pandemic?, AMRO mengatakan, pandemik telah menyebabkan tingkat pengangguran melonjak di kawasan ASEAN+3, atau negara-negara ASEAN ditambah Tiongkok, Jepang, dan Korea.

“Meski pekerja asing di beberapa ekonomi dan industri berkontribusi pada kegiatan ekonomi dan kesehatan yang esensial, di wilayah lain mereka harus diberhentikan, baik karena bisnis dan pemerintah memilih untuk mempertahankan pekerja lokal, atau karena seluruh industri harus ditutup,” tulis lembaga itu dalam laporannya.

Menurut ILO dalam laporan tahun 2020, yang dikutip AMRO, banyak pekerja luar negeri yang harus kembali ke negara mereka atau terpaksa berhenti bekerja karena PHK dan cuti besar-besaran. Hal itu mengakibatkan penurunan tajam dalam pendapatan dan pada akhirnya juga membuat pengiriman atau remitan turun.

“Selain itu, dengan lebih sedikit pekerjaan yang tersedia dan banyak perbatasan yang ditutup, penempatan kerja menjadi lebih sulit terjadi,” jelasnya.

2. Penerimaan remitan turun di awal 2020

COVID-19 Picu Anjloknya Pengiriman Uang dari Pekerja di Luar NegeriIDN Times/Uni Lubis

AMRO dalam laporannya mengatakan bahwa di beberapa negara regional, penerimaan pengiriman secara mengejutkan turun pada paruh pertama tahun 2020.

Misalnya, Kamboja. Angka pengiriman pribadi ke Kamboja mulai turun pada triwulan pertama tahun 2020 menjadi  minus 8,7 persen pada kuartal kedua 2020, setelah tumbuh sebesar 8,8 persen tahun ke tahun (YoY) pada tahun 2019.

Angka pengiriman pribadi ke Indonesia juga sama, yaitu mulai turun pada triwulan pertama tahun 2020 menjadi minus 22 persen pada kuartal kedua. Sebelumnya remiten Indonesia tumbuh 4,4 persen YoY pada tahun 2019.

Baca Juga: Pemerintah Resmi Transfer Uang Pulsa Rp400 Ribu per Bulan ke ASN  

3. Pandangan soal arus remitan di masa depan

COVID-19 Picu Anjloknya Pengiriman Uang dari Pekerja di Luar NegeriANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Titik penyebaran atau hotspot virus corona memang sebagian besar telah berpindah ke luar kawasan ASEAN+3, menuju negara-negara Eropa dan Amerika, utamanya. Tapi, hal tersebut bukan berarti angka remitan di kawasan ASEAN+3 akan bisa segera pulih, kata AMRO.

“Wabah yang terus berlanjut dan aktivitas ekonomi yang berhenti di negara-negara sumber pengiriman utama, serta pembatasan perjalanan, memberikan gambaran yang suram untuk beberapa bulan mendatang,” jelasnya.

“Ke depannya, penerimaan remitan dapat tetap lesu jika kondisi ekonomi di sumber-sumber utama di luar dan di dalam kawasan membutuhkan waktu untuk pulih dan infeksi terus berlanjut. Selain itu, pembatasan perjalanan yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa penempatan dan remigrasi migran kemungkinan akan tetap tertekan untuk beberapa waktu mendatang dan bahkan mungkin memiliki efek kejatuhan yang lebih permanen pada remitan.”

Lebih lanjut, AMRO juga meyakini bahwa pemulihan angka pengiriman akan sulit terjadi karena beberapa faktor lain, seperti pasar tenaga kerja di seluruh dunia yang akan membutuhkan waktu untuk pulih; pergeseran struktural dalam cara perusahaan melakukan bisnis dan pekerjaan individu yang kemungkinan besar akan membutuhkan keahlian yang berbeda; dan peluang penempatan pekerja yang hilang tidak akan bisa segera didapatkan kembali.

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya