Ekonom Sebut Kebijakan Moneter Tiongkok Tidak Akan Dukung Dunia Lagi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Ekonomi Tiongkok telah pulih begitu cepat dari pandemik corona akibat dukungan stimulus besar-besaran yang ditetapkan pemerintah untuk meredam dampak COVID-19 ke ekonominya.
Namun kini Tiongkok telah menarik kembali dukungan untuk ekonominya, lebih cepat daripada yang dilakukannya setelah krisis keuangan 2008 terjadi, menurut Allianz, mengutip CNBC, Senin (22/3/2021).
Menanggapi itu, ekonom senior Francoise Huang mengatakan langkah Tiongkok itu akan berdampak pada ekonomi global.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi AS Diramal Kalahkan Tiongkok Berkat Stimulus Biden
1. Ekonomi global kehilangan dukungan
Huang mengatakan langkah stimulus besar-besaran Tiongkok telah membantu mendorong pertumbuhan di seluruh dunia. Namun kali ini negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu jelas lebih fokus pada penanganan masalah di dalam negeri, oleh karenanya dengan cepat menarik stimulusnya.
Langkah penarikan stimulus cepat negara ini tidak akan memberikan dukungan global yang sama seperti pada 2008 dulu, katanya mengutip sebuah laporan.
Baca Juga: [CEK FAKTA] New York Times Sebut 4 Vaksin dari Tiongkok Paling Aman?
2. Sederet upaya Tiongkok
Editor’s picks
Kebijakan pelonggaran moneter Tiongkok, yang mencakup penerapan suku bunga yang lebih rendah, dimulai pada Januari 2020 setelah wabah COVID-19 menyebar makin cepat di dalam negeri.
Menurut Huang, dukungan pemerintah itu mencapai puncaknya sembilan bulan kemudian di bulan Oktober. Di mana hanya 41 persen dari intensitas yang terlihat setelah krisis keuangan.
“Itu berarti program stimulus virus corona China berakhir tiga bulan lebih awal dari program selama 12 bulan pada tahun 2009,” demikian menurut penelitian tersebut.
Baca Juga: Joe Biden Tekankan Pentingnya Indo-Pasifik yang Bebas di Quad Summit
3. Pemulihan ekonomi Tiongkok
Ekonomi Tiongkok tumbuh 2,3 persen tahun lalu dan merupakan satu-satunya negara besar yang mencatatkan pertumbuhan di tengah resesi global.
Pertumbuhan itu berhasil dicapai karena negara ini langsung menerapkan penguncian (lockdown) yang ketat dan pembatasan perjalanan internasional begitu wabah COVID-19 mulai meluas.
Ke depan, ekonomi Tiongkok juga diyakini akan tumbuh karena mendapat dukungan dari kebijakan Amerika Serikat (AS), mitra dagang utamanya. Sebagaimana diketahui, pemerintahan Presiden Joe Biden baru mengesahkan paket stimulus 1,9 triliun dolar AS bulan ini.
Kebijakan itu memiliki implikasi global, termasuk bagi pembuat kebijakan Tiongkok, kata Huang.
“Stimulus super AS dapat meningkatkan ekspor China ke AS tahun ini dan berikutnya sebesar 60 miliar dolar AS,” kata Huang, mengutip perkiraan dari anak perusahaan Allianz, Euler Hermes.
Baca Juga: Hubungan Dagang AS-Tiongkok Tetap Tegang di Era Biden, Ini Sebabnya