Ekonomi El Salvador di Ambang Kehancuran Usai Legalkan Bitcoin

Bitcoin bikin IMF enggan pinjamkan dana ke El Salvador

Jakarta, IDN Times – El Salvador telah mempertaruhkan keselamatan ekonominya pada Bitcoin, dengan menjadikannya sebagai alat pembayaran yang sah layaknya dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi sejauh ini, taruhannya tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan Presiden Nayib Bukele.

Kas crypto pemerintah telah merosot setengah nilainya, adopsi Bitcoin secara nasional tidak benar-benar sukses, dan negara itu juga membutuhkan banyak uang tunai segera, untuk memenuhi pembayaran utangnya. Mengutip CNBC, Senin (27/6/2022), El Salvador memiliki utang senilai lebih dari 1 miliar dolar AS yang harus segera dibayar tahun depan.

Total kas crypto negara itu merosot tajam karena harga Bitcoin telah turun lebih dari 70 persen dari level tertingginya yang tercatat pada November 2021. Nilai Bitcoin juga telah anjlok lebih dari 55 persen sejak Bukele mengumumkan rencananya menjadikan aset digital tersebut sebagai mata uang yang sah.

Baca Juga: El Salvador: Keadaan Darurat Akibat Ulah Geng Kriminal

1. Pertumbuhan ekonomi merosot

Ekonomi El Salvador di Ambang Kehancuran Usai Legalkan BitcoinPejabat Sekretaris Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (DHS) Kevin McAleenan dan Presiden El Salvador Nayib Bukele tiba untuk konferensi pers di San Salvador, El Salvador, pada 28 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Jose Cabezas

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi El Salvador juga telah merosot. Defisitnya tercatat tetap tinggi, dan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) negara itu akan mencapai angka hampir 87 persen tahun ini. Hal ini telah memicu ketakutan bahwa El Salvador tidak siap untuk menyelesaikan kewajiban pinjamannya.

Kekacauan ekonomi ini, ditambah kekerasan oleh geng kriminal yang marak di negara itu, telah membawa negara ke tepi jurang.

“Di permukaan, seluruh masalah Bitcoin belum benar-benar terbayar,” kata Boaz Sobrado, seorang analis data fintech yang berbasis di London.

Baca Juga: Tips Investasi Kripto saat Harganya Anjlok, Jangan Langsung Panik!

2. Tidak ada yang mau pinjamkan dana

Ekonomi El Salvador di Ambang Kehancuran Usai Legalkan BitcoinIlustrasi Modal. (IDN Times/Aditya Pratama)

Saat ini sejumlah negosiasi yang dilakukan negara itu dengan pemberi pinjaman internasional juga telah terhenti. Ini sebagian terjadi karena mereka tidak mau membuang uang ke negara yang menghabiskan pajak senilai jutaan dolar untuk cryptocurrency yang harganya rentan terhadap volatilitas ekstrem.

Frank Muci, seorang peneliti kebijakan di London School of Economics, yang memiliki pengalaman menasihati pemerintah di Amerika Latin, mengatakan bahwa keputusan El Salvador telah menjauhkan pemberi pinjaman seperti Dana Moneter Internasional (IMF). Ia juga menegaskan bahwa tidak ada yang mau meminjamkan uang ke Bukele kecuali dengan dengan tarif cukup tinggi dari 20 persen hingga 25 persen.

“Negara ini sedang berjalan dalam tidur menuju default utang,” kata Muci.

El Salvador telah mencoba sejak awal 2021 untuk mendapatkan pinjaman senilai 1,3 miliar dolar AS dari IMF. Upaya tersebut tampaknya telah memburuk karena Presiden Bukele menolak untuk mengindahkan saran IMF untuk tidak lagi menjadikan bitcoin alat pembayaran yang sah.

Di sisi lain, berbagai lembaga pemeringkat, termasuk Fitch, telah menurunkan skor kredit El Salvador dengan alasan ketidakpastian masa depan keuangan negara karena mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Itu berarti sekarang akan menjadi lebih mahal bagi Presiden Bukele untuk meminjam uang tunai yang sangat dibutuhkan negaranya.

“Dalam hal situasi keuangan mereka, El Salvador berada di tempat yang sangat sulit. Mereka memiliki banyak obligasi yang diperdagangkan dengan diskon besar-besaran,” kata Sobrado.

El Salvador menghadapi tenggat waktu pembayaran utang senilai miliaran dolar, termasuk 800 juta dolar AS Eurobond yang jatuh tempo pada Januari.

Baca Juga: IMF ke El Salvador: Stop Jadikan Bitcoin Alat Pembayaran yang Sah

3. Sejarah singkat ekonomi El Salvador

Ekonomi El Salvador di Ambang Kehancuran Usai Legalkan BitcoinPresiden El Salvador, Nayib Bukele, ketika menerima delegasi Uni Eropa di Istana Kepresidenan pada 13 September 2019. twitter.com/PresidenciaSV

Jauh sebelum Presiden Bukele menganggap Bitcoin dapat menutupi kerentanan ekonomi yang sudah berlangsung lama, negara itu sudah berada dalam banyak masalah.

Bank Dunia memproyeksikan bahwa ekonomi Salvador akan tumbuh sebesar 2,9 persen tahun ini dan 1,9 persen pada 2023, turun dari 10,7 persen pada tahun 2021. Namun pertumbuhan di 2021 itu sendiri merupakan rebound dari kontraksi 8,6 persen pada tahun 2020.

Rasio utang terhadap PDB hampir 90 persen, dan utangnya memiliki biaya mahal sekitar 5 persen per tahun dibandingkan 1,5 persen di negara-negara AS yang juga memiliki defisit besar. Negara itu juga tidak memiliki rencana untuk menguranginya, baik melalui kenaikan pajak atau dengan secara substansial memotong pengeluaran.

Dalam catatan penelitian dari JPMorgan, para analis memperingatkan bahwa Eurobonds El Salvador telah memasuki “wilayah yang tertekan” tahun lalu, dan data S&P Global dilaporkan menunjukkan bahwa biaya untuk mengasuransikan default utang negara mencapai level tertinggi multi-tahun.

Baik JPMorgan dan IMF memperingatkan negara itu berada di jalur yang tidak berkelanjutan, dengan kebutuhan pembiayaan bruto ditetapkan akan melampaui 15 persen dari PDB mulai tahun 2022 ke depan, dan utang publik di jalur untuk mencapai 96 persen dari PDB pada tahun 2026 di bawah kebijakan saat ini.

“Dalam tiga, empat bulan terakhir, apa yang mereka lakukan adalah menerapkan subsidi bensin, yang super mahal,” kata Muci.

“Ini adalah negara yang tidak memiliki kemudi dalam hal kebijakan ekonomi. Maksudku, mereka tidak tahu ke mana mereka pergi, atau apa yang mereka lakukan. Saya pikir ini adalah kasus klasik satu hari pada satu waktu,” katanya.

Selain itu, El Salvador tidak dapat mencetak uang tunai untuk menopang keuangannya. El Salvador melakukan dolarisasi pada tahun 2001, yang berarti bahwa negara ini membuang mata uang lokalnya, demi dolar AS. Hanya the Federal Reserve yang dapat mencetak lebih banyak dolar. Sementara itu, mata uang nasional lainnya, Bitcoin, juga tidak mungkin untuk dicetak begitu saja.

Topik:

  • Hana Adi Perdana
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya