Faisal Basri Sebut Indonesia Belum Memasuki Gelombang II COVID-19

Pariwisata Indonesia terdampak parah

Jakarta, IDN Times – Ekonom senior Faisal Basri mengatakan meski kasus corona Indonesia sudah mencatatkan kenaikan signifikan setiap harinya, namun Indonesia belum mencapai puncak infeksinya.

Indonesia, seperti sebagian besar negara lain di dunia bisa menghindari dampak dari pandemik COVID-19 yang telah menghancurkan banyak sektor termasuk pariwisata.

“Jadi kita belum memasuki gelombang ke-2 sekalipun. Gelombang satu pun belum mencapai puncaknya,” ungkapnya dalam acara Economic Outlook KAHMI Preneur 2021 secara virtual di Jakarta, Minggu (3/1/2021).

Baca Juga: Faisal Basri: Investor Ogah Masuk RI karena Diganggu Trader Korup

1. Krisis kesehatan yang berbeda

Faisal Basri Sebut Indonesia Belum Memasuki Gelombang II COVID-19IDN Times / Helmi Shemi

Dalam kesempatan tersebut, Faisal juga mengatakan bahwa krisis sekarang ini beda dengan krisis-krisis sebelumnya. Akibat itu, berbagai kebijakan ekonomi tidak akan mampu membendung dampak dari wabah tersebut.

“Jadi yang krisis masa lalu hampir selalu diawali dengan krisis keuangan, kalau sekarang krisis kesehatan menyebabkan 85 juta orang di sejumlah negara terjangkit, 23 juta masih belum sembuh dan 1,8 juta sudah meninggal dunia,” katanya.

“Oleh karena itulah kita tidak bisa menggunakan standar obat biasa untuk menanggapi. Kebijakan moneter, kebijakan-kebijakan lain tidak cukup. Karena apa? Kita bicara tentang menyelamatkan nyawa manusia terlebih dahulu. Jadi ekonomi dan lain-lain itu di belakang. Di depannya adalah penyelamatan nyawa manusia, kesehatan, karena jalannya cuma satu lajur.”

2. Seluruh provinsi Indonesia terdampak pandemik

Faisal Basri Sebut Indonesia Belum Memasuki Gelombang II COVID-19Petugas sekolah memeriksa suhu tubuh siswa menggunakan termometer non kontak saat sosialisasi di Sekolah Tunas Global, Depok, Jawa Barat, Selasa (3/3/2020). Kegiatan tersebut sebagai upaya antisipasi Virus Corona pada usia dini dengan mengukur suhu tubuh saat memasuki sekolah dan mensosialisasi penggunaan masker yang benar saat sakit (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/pd)

Faisal mengatakan saat ini pandemik COVID-19 sudah menyebar di seluruh provinsi di Indonesia, dan dari 510 kabupaten kota yang ada, hanya 4 kabupaten kota saja yang belum terjangkit secara formal. “Karena boleh jadi sudah terjangkit tapi tidak dilaporkan atau tidak terlaporkan. Dari 34 provinsi tentu saja sudah terkena,” katanya.

Ia juga mengatakan kasus COVID-19 Indonesia saat ini terus meningkat pesat, membuat berbagai rumah sakit kewalahan dan jumlah kematian meningkat.

“Nah kita sekarang sudah memasuki krisis kesehatan. Karena apa? Karena angka kasus naik terus, baik secara total ini kita lihat naik terus, angka kematian juga naik. Ini kita lihat ini hariannya juga kita lihat ini garisnya semakin tegak ya. Kalau dulu kan landai. Semakin tegak, artinya kita ini sedang mengalami percepatan penyebaran yang kasus hariannya hampir selalu melampaui jumlah yang sembuh,” jelasnya.

“Ini mengakibatkan kasus yang aktif itu sudah mencapai 100 ribu lebih, 110 ribu tepatnya kemarin. Nah akibatnya apa? Akibatnya Rumah Sakit kewalahan, dokter-dokter sudah kelelahan, makin banyak orang meninggal karena COVID sebelum ditangani oleh rumah sakit karena terlalu banyak tambahan kasus rata-rata 7 ribu satu hari itu.”

Baca Juga: [WANSUS] Blak-Blakan Faisal Basri soal Masa Depan Ekonomi Indonesia 

3. Sektor pariwisata paling terdampak

Faisal Basri Sebut Indonesia Belum Memasuki Gelombang II COVID-19ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Nicklas Hanoatubun

Faisal mengatakan, meski dengan keadaan pandemik yang sekarang ini, sektor pariwisata Indonesia telah sangat terdampak. Di mana jumlah wisatawan mancanegara ke RI telah turun tajam.

“Tapi memang betul pada bulan Juli kemarin kemerosotan wisatawan global itu 81 persen, kemudian Agustus 79 persen. Padahal ini adalah puncak turis ya. Kira-kira ada 700 juta berkurangnya itu yang datang di berbagai negara dan menyebabkan kerugian 730 miliar dolar Amerika,” paparnya.

“Semua negara menggelontorkan uang banyak sekali sebagai stimulus untuk menyelamatkan atau untuk buat ekonomi tidak terlalu hancur lebur, tetap resesi, rescue package di berbagai negara di Asia, di Eropa, di Amerika juga tidak mampu untuk menyelesaikan masalah ini. Karena sekali lagi kali ini berbeda,” tegasnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya