Jelang Keputusan The Fed, Rupiah Menguat Tipis Lawan Dolar

Rupiah menguat 0,03 persen ke level Rp14.487 per dolar

Jakarta, IDN Times – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada penutupan perdagangan Rabu (28/7/2021).

Dikutip dari Bloomberg, rupiah ditutup menguat 5 poin atau 0,03 persen ke level Rp14.487 per dolar AS sore ini. Pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di level Rp14.492 per dolar AS.

Baca Juga: 5 Instrumen Investasi Yang Cocok untuk Pemula

1. Pasar memantau pengumuman The Fed

Jelang Keputusan The Fed, Rupiah Menguat Tipis Lawan DolarCommons. wikimedia.org/US Government

Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan efek riak dari tindakan keras Tiongkok di sektor teknologi dan sektor menguntungkan lainnya baru-baru ini masih mempengaruhi pasar. Selain itu, pergerakan mata uang juga dipengaruhi oleh kehati-hatian investor menjelang keputusan kebijakan terbaru bank Sentral AS the Federal Reserve (The Fed).

“The Fed akan memberikan keputusannya di kemudian hari, dan Ketua Jerome Powell akan berbicara pada konferensi pers sesudahnya. Keputusan dan komentar Powell keduanya akan diteliti untuk petunjuk tentang garis waktu bank sentral untuk pengurangan aset dan kenaikan suku bunga,” jelas Ibrahim.

2. Ekonomi AS yang masih kuat juga pengaruhi rupiah

Jelang Keputusan The Fed, Rupiah Menguat Tipis Lawan DolarPresiden Amerika Serikat Joe Biden di East Las Vegas Community Center di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, Jumat (9/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque)

Di sisi data, kata Ibrahim, data yang dirilis pada Selasa menunjukkan indeks kepercayaan konsumen Conference Board (CB) AS untuk Juli adalah 129,1, level tertinggi dalam 17 bulan. Angka tersebut menunjukkan bahwa rencana pengeluaran rumah tangga meningkat bahkan di tengah tekanan inflasi, menunjukkan bahwa ekonomi AS mempertahankan pertumbuhan yang kuat saat kuartal ketiga berlangsung.

Angka tersebut juga lebih tinggi dari 123,9 dalam perkiraan yang disiapkan oleh Investing.com dan juga mengalahkan angka 128,9 bulan sebelumnya.

“Investor sekarang menunggu data PDB kuartal kedua AS, yang akan dirilis pada hari Kamis,” katanya.

“Pada hari yang sama, Dana Moneter Internasional (IMF) mempertahankan perkiraan pertumbuhan global 6 persen untuk tahun 2021. Sambil meningkatkan prospeknya untuk AS dan ekonomi lainnya, IMF memangkas prediksinya untuk negara-negara lain yang menghadapi lonjakan jumlah kasus COVID-19 yang melibatkan varian delta,” tambah Ibrahim.

Baca Juga: [QUIZ] Kami Tahu Seberapa Paham Kamu tentang Investasi Lewat Tebakan Ini

3. Faktor internal penguatan rupiah

Jelang Keputusan The Fed, Rupiah Menguat Tipis Lawan DolarIlustrasi pandemik COVID-19. (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Dari sisi internal, Ibrahim mengatakan bahwa pelaku pasar masih mencermati perkembangan pandemik COVID-19. Di mana Indonesia mencatat rekor tertinggi pada tingkat kesembuhan dan kematian pada Selasa.

Selain itu, kemunculan varian AY.1 atau kerap disebut Delta Plus juga turut mempengaruhi rupiah. Berdasarkan laporan dari LBM Eijkman, sudah ada 3 kasus varian AY.1 yang tersebar di dua wilayah Indonesia, yaitu Mamuju dan Jambi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun sempat membahas terkait kemunculan varian ‘Delta Plus’ dan tak menampik adanya kekhawatiran terhadap potensi keganasannya, kata Ibrahim.

“Di samping itu, WHO mengumumkan prediksi terbaru tentang kapan pandemi COVID-19 berakhir. WHO melihat pandemi belum akan berakhir setidaknya hingga pertengahan 2022 mendatang. Proyeksi ini dipicu oleh rendahnya angka vaksinasi di seluruh dunia,” katanya.

Berdasarkan semua sentimen ini, Ibrahim memprediksi rupiah akan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan besok.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.460-Rp14.520,” katanya.

Baca Juga: Daftar Negara yang Kembangkan Uang Digital Sendiri, Ada Indonesia?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya