Kisah Pempimpin Hong Kong yang Terpaksa Pakai Tunai gegara Sanksi AS

Carrie Lam bilang sanksi dari Trump itu gak ada artinya

Jakarta, IDN Times - Pemimpin Pemerintahan Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan dirinya telah terkena sanksi yang dijatuhkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Dampak dari sanksi itu salah satunya, membuatnya terpaksa untuk bertransaksi memakai uang tunai karena tidak bisa mengakses sistem perbankan global, katanya kepada stasiun TV lokal di Hong Kong, Jumat (27/11/2020), sebagaimana dilaporkan CNN, Senin (30/11/2020).

Baca Juga: Ketiga Aktivis Hong Kong Akhirnya Akui Bersalah Atas Tindakannya

1. Diblokir dari sistem perbankan dunia

Kisah Pempimpin Hong Kong yang Terpaksa Pakai Tunai gegara Sanksi ASCarrie Lam saat konferensi pers di Hong Kong pada 13 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter

Dalam pernyataannya, Lam mengatakan dia tidak dapat mengakses layanan perbankan, sejak Amerika Serikat memblokir baik individu maupun perusahaan Amerika untuk melakukan bisnis dengannya pada Agustus lalu.

Pemerintah AS mengambil tindakan itu sebagai tanggapan atas langkah Tiongkok yang memberlakukan undang-undang keamanan nasional di kota tersebut. Pembatasan itu juga membuat Lam tidak bisa memegang aset yang berbasis di AS.

“Saya menggunakan uang tunai setiap hari untuk semua hal,” kata Lam kepada Hong Kong International Business Channel, Jumat. “Saya punya setumpuk uang tunai di rumah. Pemerintah memberi saya uang tunai untuk gaji saya karena saya tidak punya rekening bank.”

2. Sanksi AS tidak ada artinya

Kisah Pempimpin Hong Kong yang Terpaksa Pakai Tunai gegara Sanksi ASPresiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara kepada wartawan di pesawat Air Force One saat ia kembali dari New Hampshire ke Washington, Amerika Serikat, Jumat (28/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

Meski dijatuhi sanksi yang membuatnya tidak bisa mengakses sistem perbankan, Lam mengatakan hal itu tidak terlalu berarti baginya. Sebelumnya pada Agustus, Lam juga telah memberitahu media pemerintah Tiongkok, CGTN, bahwa dia sudah bertahun-tahun tidak ke Amerika Serikat dan bahwa sanksi itu benar-benar tidak berarti.

Dalam wawancara lain dengan South China Morning Post yang diterbitkan Minggu kemarin, Lam mengatakan bahwa dia hanya menarik sebagian dari gajinya dan menyimpannya di laci di rumahnya. Sementara sisa uangnya disimpan di Departemen Keuangan Hong Kong.

Menurut laporan pemerintah, Lam menghasilkan 5,2 juta dolar Hong Kong atau 672.200 dolar AS setahun.

Baca Juga: 4 Anggota Parlemen Hong Kong Pro-Demokrasi Diberhentikan

3. Tanggapan pemerintah dan pakar

Kisah Pempimpin Hong Kong yang Terpaksa Pakai Tunai gegara Sanksi ASANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Komentar Lam telah memicu perdebatan di Tiongkok tentang seberapa jauh hukuman pemerintah AS telah berdampak pada kota milik Tiongkok itu. Topik itu telah dibahas secara luas di platform media sosial negara itu, Weibo.

“Tidak bisakah bank-bank Tiongkok membantu Lam?” tulis seorang pengguna Weibo.

Dalam sebuah laporan staf yang diterbitkan Minggu, Global Times, sebuah tabloid yang dikelola pemerintah, menulis bahwa kasus Lam adalah pengingat bahwa kedaulatan dan keamanan nasional Tiongkok dipertaruhkan dengan dominasi AS dalam transaksi keuangan global.

Media itu menulis, masalah Lam mungkin menyoroti seberapa besar pengaruh dolar AS , yang adalah mata uang cadangan dunia, pada sistem keuangan global.

Sementara itu menurut profesor ekonomi di Chinese University of Hong Kong, Terence Chong, bank-bank Tiongkok mungkin takut menghadapi sanksi AS sendiri jika mereka bekerja sama dengan Lam. Salah satu sanksi itu bisa membuat mereka kehilangan akses ke dolar.

“Banyak yang dipertaruhkan,” kata Chong kepada CNN Business. “Mereka hanya ingin mematuhi aturan AS.”

Baca Juga: Hong Kong Beri Subsidi Rp9,1 Juta Bagi Warga yang Terpapar COVID-19

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya