Kisah Waresix Menjawab Tantangan Industri Logistik Indonesia

Berhasil tumbuh pesat dan tarik investasi ratusan juta dolar

Jakarta, IDN Times - Sektor industri logistik e-commerce mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, terutama dalam masa pandemik seperti saat ini. Frost & Sullivan memperkirakan industri logistik di Indonesia akan tumbuh dengan laju pertumbuhan majemuk sebesar 6,5 persen hingga 2022.

Peralihan bisnis secara signifikan ke ranah digital membuat pemain di industri logistik akan memainkan peran kunci dalam revitalisasi ekonomi Indonesia mendatang. Sebelum pandemik mewabah, industri logistik Indonesia juga telah menunjukkan peluang menjanjikan, sebagaimana disampaikan VP Corporate Development, M&A, Investor Relations Waresix Eric Dharma dalam wawancara khusus dengan IDN Times, Selasa (2/2/2021).

Melihat peluang tersebut, pada 2017 Andree Susanto, Chief Executive Officer Waresix saat ini, dan Edwin Wibowo, Chief Financial Officer Waresix, akhirnya bekerja sama mendirikan Waresix, sebuah platform teknologi yang menawarkan layanan logistik, truk pengangkut barang, dan pengelolaan gudang untuk perusahaan di Indonesia. Di mana tujuannya adalah untuk menghubungkan shippers dan pelaku bisnis dengan truk dan gudang yang tersedia di seluruh Indonesia.

“Waresix memberikan one-stop solution untuk transportasi melalui darat maupun laut, serta layanan gudang dan kargo,” jelas perusahaan.

Lalu, bagaimanakah perjalanan bisnis Waresix saat ini di dunia logistik Indonesia? Berikut kisahnya.

Baca Juga: Luhut: Tak Mudah Pangkas Biaya Logistik, Jangan Kritik Overdosis

1. Peluang industri logistik Indonesia

Kisah Waresix Menjawab Tantangan Industri Logistik IndonesiaIlustrasi pelabuhan. ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Dalam pemaparannya kepada IDN Times, Eric mengatakan awal mula berdirinya Waresix adalah karena melihat peluang besar dan menjanjikan dari industri ini. Apalagi pada saat itu industri logistik Indonesia belum tertata rapi.

Menurut Eric, industri logistik RI menyumbang hampir seperempat Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) negara.

“Jadi kalau kita lihat the big numbers, logistik itu hampir seperempat dari GDP-nya Indonesia. Seperempat. Jadi itu nomor yang luar biasa besar itu kalau dibandingkan dengan tetangga-tetangga Indonesia itu mereka di bawah setengah dari seperempat,” jelasnya.

“Bahkan kalau kita ambil perbandingan dengan negara yang developed, mereka bisa di bawah 5 persen,” tambahnya.

2. Industri logistik belum tertata dengan baik

Kisah Waresix Menjawab Tantangan Industri Logistik IndonesiaCEO Waresix Andree Susanto

Eric lebih lanjut menjelaskan bahwa Waresix melihat bahwa tidak hanya peluang dari industri logistik Indonesia yang menarik untuk dijajal, tapi juga fakta bahwa mereka memiliki kesempatan untuk membuat industri ini menjadi lebih baik.

Eric mengatakan, Waresix menyadari bahwa industri logistik di Indonesia belum efisien, sehingga masih banyak peluang besar untuk dimasuki.

“Sumber ketidakefisienan itu sebenarnya ada banyak, di antara lain ada misalnya infrastrukturnya masih perlu perkembangan, ada juga dari proses dan cara kerjanya logistik di Indonesia itu masih tidak transparan, masih sangat manual, dan lebih lagi ada juga bahwa Indonesia itu adalah sebuah negara archipelago,” ungkapnya.

“Jadi dengan ribuan islands dan semuanya tersebar, harus dicampur cara logistiknya dengan truk, warehouse bahkan dengan pakai shipping, itu menjadi sesuatu industri yang cukup kompleks gitu.”

3. Mencoba memberikan solusi

Kisah Waresix Menjawab Tantangan Industri Logistik IndonesiaDok. Waresix

Eric juga mengatakan bahwa industri logistik Indonesia lebih menantang jika dibandingkan dengan industri logistik negara lain seperti Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) yang negaranya lebih berupa daratan besar. Bukan kepulauan seperti Indonesia.

Keadaan itu membuat industri logistik Indonesia lebih kompleks. Di mana contohnya yaitu untuk melakukan pengiriman di Indonesia membutuhkan lebih banyak jenis transportasi dalam satu kali pengiriman, jelas pria lulusan The University of Chicago Booth School of Business tersebut.

“Jadi masuklah Waresix sebagai sebuah logistic technology platform. Jadi tujuannya logistik itu simple ya. Kita mau membuat logistiknya Indonesia lebih efisien. Caranya gimana adalah kita aggregate demand dan supply supaya dari Waresix-nya bisa identify efficiency. Dengan kita aggregate demand, jadi misalnya ada banyak customers di satu area, dan banyak vendor yang bisa serving that customers, kita bisa mendapatkan efisiensi by smoothing the demand and supply process,” katanya.

“Jadi biasanya satu customer itu hanya di link dengan misalnya lima transporter, tapi melalui Waresix itu bisa bukan hanya lima tapi bisa 50 atau bahkan 500 transporter. Dengan begitu bukan hanya bisa dapat harga yang bagus, tapi kita selalu ada ketersediaan supply. Selalu ready gitu,” lanjut Eric. “Jadi mereka planning-nya bisa lebih baik, lebih bagus, lebih akurat dan dengan planning lebih akurat itu the whole value chain of logistic itu menjadi lebih efisien.”

4. Tantangan dalam menjajal industri logistik Indonesia

Kisah Waresix Menjawab Tantangan Industri Logistik IndonesiaPesawat kargo Garuda Indonesia untuk rute Makassar-Singapura (Dok. Garuda Indonesia)

Menurut Eric, dalam menjalankan bisnis logistik, ada sangat banyak tantangan yang dihadapi, seperti menjalankan bisnis pada umumnya. Apalagi menyadari industri logistik merupakan sesuatu yang sangat besar.

“Industri logistik itu very massive. Semua orang itu cara prosesnya beda-beda, standarnya beda-beda, ekspektasinya beda-beda. Jadi contohnya kalau ada customer yang mengangkut kayu atau gula itu mereka nggak terlalu mementingkan kualitas truknya. Tapi misalnya customer-nya itu transportnya bohlam atau barang-barang yang fragile yang lain itu mereka standarnya jauh lebih tinggi,” katanya.

“Ketidakadaan standarisasi di industri ini membuat proses mem-booking sebuah truk itu susah. Kita gak pernah tahu itu truk yang akan sampai itu truknya akan bagus atau buruk. Ukurannya juga gak standar. Dokumentasi itu gak standar. Jadi itu yang utamalah ya dan dari sana itu menyebabkan banyak masalah yang lain,” tambahnya.

Selain itu, Eric juga mengatakan bahwa tantangan besar lain yang dihadapi perusahaan termasuk adanya pihak ketiga yang harus dipantau secara langsung.

“Pada dasarnya Waresix adalah sebuah two-sided platform. Jadi kita mengalami all the typical challenges, kita harus serving customers tapi juga harus serving ke vendor. Kita kan tujuannya menyambungkan. Tapi untuk Waresix kita ada pihak ketiga yang harus kita fokus di sana, yaitu driver,” katanya.

“Si driver kan di Indonesia dia karyawan dari transporter. Tapi sebenarnya dia adalah pengguna yang kritikal dalam solusinya Waresix. Kalau kita lihat di negara lain misalnya di China atau di AS, banyak truck driver itu juga adalah truck owner. Tapi Indonesia beda. Biasanya ada transporter yaitu truck owner, terus dia ada banyak karyawan dengan driver gitu. Kita ada pihak ketiga ini, ini jadi lebih kompleks lagi. Karena kalau drivernya tidak menggunakan technology solution-nya Waresix, kita gak bisa achieve the transparency and the real time information yang dibutuhkan untuk membuat industri logistik lebih lancar.”

5. Bisnis tumbuh pesat di tengah pandemik

Kisah Waresix Menjawab Tantangan Industri Logistik IndonesiaIlustrasi Kapal Kargo (IDN Times/Sukma Shakti)

Kehadiran pandemik COVID-19 tidak dipungkiri Eric juga membawa tantangan baru pada bisnis Waresix. Namun demikian, ia mengatakan bisnis Waresix bisa bertahan dan bahkan tumbuh pesat di masa pandemik sekarang ini.

“Sebenarnya luar biasa tantangannya. Industri logistik tahun lalu kalau dilihat Q2 to Q2, year-on-year dia turun 40 persen. Mungkin bisa dibilang beruntung, mungkin bisa dibilang ini waktunya tepat, tapi Waresix pada saat itu kita masih bisa growing triple digit. Bahkan pada saat yang sama tim kita menjadi lebih besar dan pada saat ini kita tetap hiring plan kita cukup agresif gitu,” terangnya.

“Jadi memang tantangannya ada dan industrinya itu sangat terdampak oleh pandemi ini but I think karena Waresix is a technology company, pada saat pandeminya terjadi banyak yang malah nyari solusinya Waresix. Technology-driven kan semuanya bisa mengurangi kontak kan, kita pakai e-invoicing, e-proof of delivery, pembayarannya pun semuanya integrated. Kalau supirnya melapor itu bisa pakai aplikasi. Nggak usah tulus-tulis dan ketemunya face to face. Jadi memang setelah pandemi ini kita dapat sebuah push dari customers untuk mengadopsi teknologinya Waresix,” lanjutnya, sebelum menambahkan bahwa ia juga optimis dengan bisnis Waresix di masa mendatang.

Baca Juga: Kisah Warung-warung yang Sukses Pertahankan Usaha saat Pandemik 

6. Tentang Waresix

Kisah Waresix Menjawab Tantangan Industri Logistik IndonesiaDok. Waresix

Meski baru didirikan pada 2017 lalu, Waresix sudah banyak meraup pencapaian sejauh ini. Pada Januari 2018 lalu, perusahaan yang mulai beroperasi dengan enam karyawan ini mencapai pendapatan 15.000 dolar AS di bulan pertamanya.

Perusahaan juga telah menarik sejumlah pendanaan besar, yaitu mengumpulkan pendanaan Pra-Seri A sebesar 1,6 juta dolar pada Oktober 2018, menyelesaikan pendanaan Seri A yang mengumpulkan total 25,5 juta dolar AS pada Desember 2019 dan mengumpulkan pendanaan Seri B sebanyak 100 juta dolar pada Oktober 2020. Pada periode ini juga perusahaan berhasil mencatatkan pertumbuhan hingga lebih dari 500 persen year-on-year.

Beberapa investor utamanya termasuk East Ventures, SMDV, Jungle Ventures, EV Growth, Softbank Ventures Asia, Emtek Group, Pavilion Capital, EDBI and Redbadge Pacific.

Topik:

  • Anata Siregar
  • Umi Kalsum
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya