Lebanon Krisis Energi, Pembangkit Listrik Utama Ditutup!

Krisis di Lebanon semakin memburuk

Jakarta, IDN Times – Perusahaan listrik negara Lebanon, Elctricite Du Liban, melaporkan bahwa pembangkit listrik utama di negara tersebut telah kehabisan bahan bakar. Akibat kejadian tersebut, kini negara itu hanya bergantung pada listrik dari operator swasta.

Penutupan ini terjadi di tengah krisis energi yang telah melumpuhkan Lebanon. Kondisi semakin diperparah oleh ketergantungan Lebanon pada impor bahan bakar dan jatuhnya nilai mata uang mereka.

Baca Juga: Pejabat Lebanon Terlibat Korupsi, Parlemen UE Ancam Sanksi

1. Total pasokan listrik berkurang drastis

Lebanon Krisis Energi, Pembangkit Listrik Utama Ditutup!Ilustrasi tarif listrik (IDN Times/Arief Rahmat)

Pada Sabtu (9/10), Electricite Du Liban mengatakan pembangkit listrik Zahrani di selatan negara itu terpaksa ditutup karena kekurangan bahan bakar. Pabrik utamanya di utara telah ditutup lebih dulu pada Kamis.

Electricite Du Liban mengatakan shutdown atau penutupan tersebut mengurangi total pasokan listrik di bawah 270 megawatt, yang berarti penurunan besar dalam stabilitas jaringan.

Perusahaan juga mengatakan akan menjangkau fasilitas bahan bakar di utara dan selatan negara itu untuk melihat apakah mereka dapat memperoleh bahan bakar yang cukup untuk menghidupkan kembali listrik.

Tetapi Electricite Du Liban, yang bertanggung jawab atas sebagian besar utang pemerintah, bergantung pada kredit dari bank sentral negara itu, yang sedang menghadapi masalah cadangan yang semakin menipis.

Pada Sabtu juga, distributor tabung gas yang digunakan untuk memasak dan pemanas berhenti beroperasi. Perusahaan mengatakan pemotongan subsidi di tengah fluktuasi mata uang pasar gelap berarti mereka menjual rugi.

2. Rumah sakit terdampak

Lebanon Krisis Energi, Pembangkit Listrik Utama Ditutup!Ilustrasi rumah sakit. IDN Times/Arief Rahmat

Pasokan listrik yang tidak menentu itu telah membuat rumah sakit dan layanan penting dalam mode krisis. Ini dikarenakan kini seluruh wilayah negara itu mengalami pemadaman listrik lebih dari dua jam sehari.

Krisis listrik telah terjadi di Lebanon selama bertahun-tahun. Kekurangan solar dan bahan bakar, bersama dengan infrastruktur yang kuno, telah memperburuk pemadaman listrik tersebut.

Di sisi lain, pemerintah secara bertahap menaikkan harga bahan bakar dan solar karena bank sentral mengurangi subsidi dolar untuk impor, menambah kesulitan yang dihadapi Lebanon.

Baca Juga: Begini Kondisi Lebanon yang Dilanda Krisis Ekonomi Parah

3. Sektor energi Lebanon dalam kekacauan

Lebanon Krisis Energi, Pembangkit Listrik Utama Ditutup!Ilustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Sektor energi telah menghabiskan banyak uang negara itu selama beberapa dekade. Menurut USA Today, perusahaan listrik mengalami kerugian tahunan hingga 1,5 miliar dolar AS, dan telah merugikan negara lebih dari 40 miliar dolar AS selama beberapa dekade terakhir.

Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah menuntut negara itu untuk melakukan reformasi di sektor energinya.

Untuk membantu meringankan krisis, Lebanon telah menerima pengiriman bahan bakar dari Iran melalui Suriah. Irak juga telah membuat kesepakatan pertukaran dengan pemerintah, membantu perusahaan listrik negara Lebanon tetap beroperasi selama berhari-hari.

Pemerintah Lebanon yang baru juga sedang merundingkan pasokan listrik dari Yordania dan gas alam dari Mesir. Perundingan ini juga dilakukan melalui Suriah. Tapi kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan bagi mereka untuk mencapai kesepakatan.

Menteri Listrik Lebanon Walid Fayad mengatakan kepada The Associated Press bahwa penutupan baru membuat pemerintah berada dalam manajemen krisis selama beberapa hari. Dia juga mengatakan pemerintah akan beralih ke militer untuk mendapatkan pasokan bahan bakar darurat dari stoknya sambil menunggu kargo bahan bakar dari kesepakatan dan pertukaran dengan Irak.

Baca Juga: Inggris Dilanda Krisis BBM, Warga Panic Buying!

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya