Menakar Potensi Ekonomi Syariah Indonesia

Erick Thohir jadi Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah

Jakarta, IDN Times - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir terpilih sebagai Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) periode 2021-2024 dalam Musyawarah Nasional Masyarakat Ekonomi Syariah yang berlangsung pada 23 Januari lalu.

Menanggapi kabar tersebut, Erick Thohir mengatakan dirinya merasa terhormat telah dipercaya menjadi Ketua Umum MES. Erick berharap bisa menjalankan amanah dengan baik. Terpilihnya Erick Thohir juga disambut baik oleh beberapa pengurus MES lainnya, termasuk Ketua Umum Pengurus Wilayah Khusus MES Jepang Joko Widodo.

Erick Thohir menggantikan Wimboh Santoso, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang menjabat Ketua Umum MES periode 2017-2020. Penetapan Erick sebagai Ketua Umum MES yang baru itu melalui keputusan 11 orang tim formatur yang dibentuk saat Munas berlangsung.

Seperti apa potensi masyarakat ekonomi syariah di Indonesia dan bagaimana rencana pemerintah menyikapi potensi ini?

Baca Juga: 3 Jurus Bank Indonesia Dorong Akselerasi Ekonomi Syariah

1. Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia

Menakar Potensi Ekonomi Syariah IndonesiaANTARA FOTO/Maulana Surya

Mendongkrak ekonomi syariah Indonesia telah menjadi salah satu agenda pemerintah. Pada Mei 2019 lalu, Presiden Joko “Jokowi” Widodo meluncurkan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat. Ini merupakan program yang diluncurkan untuk membangkitkan ekonomi syariah di Indonesia.

Pada saat peluncuran MES, Jokowi berpendapat bahwa ekonomi syariah bisa menjadi penggerak bagi ekonomi nasional dan sumber kesejahteraan umat. Apalagi mengingat fakta Indonesia yang adalah negara muslim terbesar di dunia.

“Ekonomi syariah memiliki potensi besar di tingkat dunia. Seperti disampaikan Menteri Bappenas, tahun 2023 akan mencapai 3 triliun dolar AS. Kalau dirupiahkan berapa, kurang lebih Rp45 ribu triliun. Saya gak bisa bayangkan angka seperti itu. Karena APBN kita Rp2.000 triliun lebih sedikit,” kata Jokowi pada kesempatan tersebut.

2. Ekonomi syariah di Indonesia akan terus berkembang

Menakar Potensi Ekonomi Syariah IndonesiaInstagram.com/@smindrawati

Sejalan dengan Jokowi yang mengharapkan Indonesia bisa menikmati kebangkitan ekonomi syariah, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga optimistis ekonomi syariah di Indonesia akan terus berkembang dan mampu menjadi sumber pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan di tengah keterpurukan akibat pandemik COVID-19 sekalipun.

“Hal itu diyakini dapat membantu mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Kesamaan nilai-nilai tersebut mendorong keinginan diterapkannya sistem ekonomi syariah secara lebih menyeluruh di setiap aspek kehidupan,” kata Sri Mulyani pada Oktober 2020.

Menurut Sri Mulyani, sistem ekonomi syariah memiliki keunikan tersendiri karena mengusung nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Indonesia. Misalnya kejujuran, keadilan, tolong menolong, dan profesional, serta keberpihakan pada kelompok lemah.

Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani saat memberikan sambutan di acara penandatanganan nota kesepahaman antara Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Di dalamnya mencakup tujuan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia.

Sri Mulyani mengakui, peran ekonomi syariah terhadap perekonomian nasional masih belum optimal saat ini meski Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia. Oleh sebab itu, kata dia, pemerintah akan terus berkomitmen untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah.

Salah satu komitmen tersebut telah diwujudkan dengan membentuk KNEKS yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo.

“Kesepahaman antara KNEKS dengan MUI tentang pengembangan ekonomi dan keuangan syariah ini diharapkan akan dapat mengembangkan dan menggali potensi perekonomian syariah di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan,” ujarnya.

3. Potensi ekonomi syariah Indonesia besar

Menakar Potensi Ekonomi Syariah IndonesiaIDN Times/Didit Hariyadi

Menurut laporan State of the Global Islamic Economy Report 2019/2020, Indonesia berpotensi meningkatkan kapasitas ekonomi syariah dalam negeri. Laporan menyebut bahwa Indonesia termasuk dalam negara yang mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam ekonomi syariahnya. Bahkan tidak tanggung-tanggung naik ke posisi ke-5 tahun ini dari ke-10 di 2018.

“Beberapa negara telah memimpin dalam membangun ekosistem yang kuat, dengan Malaysia memimpin dalam laporan Indikator Ekonomi Islam Global (GIEI), diikuti oleh Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Arab Saudi,” jelas laporan itu.

“Di antara penggerak besar dalam GIEI tahun ini, Indonesia naik dari posisi kesepuluh pada 2018 menjadi peringkat kelima tahun ini, didorong oleh inisiatif yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan strategi ekonomi Islam yang berdedikasi. Sementara itu, Turki naik dua peringkat dalam peringkat agregat,” tambah laporan.

Laporan 2019/2020 tersebut memperkirakan bahwa umat muslim menghabiskan 2,2 triliun dolar pada tahun 2018 di sektor makanan, farmasi, dan gaya hidup syariah.

“Pengeluaran ini mencerminkan pertumbuhan tahun ke tahun 5,2 persen yang sehat dan diperkirakan akan mencapai 3,2 triliun dolar pada tahun 2024 dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Kumulatif (“CAGR”) sebesar 6,2 persen. Selain itu, aset keuangan Islam dilaporkan telah mencapai 2,5 triliun pada tahun 2018,” jelas laporan itu.

Baca Juga: Pondasi Belum Maksimal, Faktor Ekonomi Syariah di Sumsel Rendah

4. Investasi berperan penting dalam mendongkrak ekonomi syariah

Menakar Potensi Ekonomi Syariah Indonesia(Ilustrasi ekonomi syariah) IDN Times/Helmi Shemi

State of the Global Islamic Economy Report 2019/2020 juga menyebutkan bahwa investasi berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah dunia. Pada tahun lalu, sebanyak 1,2 miliar dolar diinvestasikan secara global di berbagai perusahaan ekonomi Islam.

“Itu mencerminkan pertumbuhan 399 persen pada transaksi yang sebanding di seluruh produk halal, gaya hidup Islami dan keuangan Islam dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka ini mencerminkan rentang luas akuisisi yang dipimpin perusahaan, investasi ventura dalam perusahaan rintisan teknologi Halal, dan investasi ekuitas swasta,” jelas laporan itu.

“Produk halal mengumpulkan bagian terbesar dari investasi, terhitung 54 persen dari nilai kesepakatan, diikuti oleh keuangan Islam sebesar 42 persen, dan 4 persen dalam gaya hidup Islami, terutama dalam mode sederhana dan pariwisata ramah Muslim. Obat-obatan halal, kosmetik dan media bertema Islami, meski menarik investasi, masih tertinggal,” lanjutnya.

Baca Juga: Sri Mulyani Yakin Ekonomi Syariah Bisa Pacu Pemulihan saat Pandemik

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya