Pfizer Raup Rp113 Triliun dari Penjualan Vaksin COVID-19 di Q2

Pfizer perkirakan penjualan vaksin 2021 jadi US$33,5 miliar

Jakarta, IDN Times – Perusahaan pembuat vaksin virus corona asal Amerika Serikat (AS) Pfizer, pada Rabu (28/7/2021) mengatakan bahwa pihaknya memperoleh 7,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp113 triliun dari penjualan vaksin COVID-19 pada kuartal kedua (Q2) 2021.

Pfizer juga mengumumkan telah menaikkan perkiraan penjualan vaksin untuk 2021 menjadi 33,5 miliar dolar AS dari 26 miliar dolar AS. Revisi kenaikan ini dibuat karena adanya varian Delta yang lebih menular dan para ilmuwan memperdebatkan apakah orang-orang akan membutuhkan suntikan booster.

Baca Juga: Pfizer dan AstraZeneca Sama Efektifnya Hadapi Varian Delta

1. Laba bersih dan pendapatan mengalahkan ekspektasi

Pfizer Raup Rp113 Triliun dari Penjualan Vaksin COVID-19 di Q2Kotak-kotak berisi vaksin Pfizer BioNTech COVID-19 dipersiapkan untuk dikirim di pabrik produksi Pfizer Global Supply Kalamazoo di Portage, Michigan, Amerika Serikat, Minggu (13/12/2020) (ANTARA FOTO/Morry Gash/Pool via REUTERS)

Hasil keuangan perusahaan untuk kuartal kedua ini, yakni dalam hal laba bersih dan pendapatan, mengalahkan ekspektasi Wall Street.

Menurut perkiraan rata-rata yang disusun oleh Refinitiv, laba per saham yang disesuaikan Pfizer adalah sebesar 1,07 dolar AS per saham, lebih tinggi dibandingkan dengan 97 sen per saham yang diproyeksikan Wall Street. Sementara itu pendapatannya sebesar 18,98 miliar dolar AS, sedangkan perkiraan Wall Street sebesar 18,74 miliar dolar AS.

Pfizer memperkirakan laba sebelum pajak yang disesuaikan berada dalam kisaran 20 persen pendapatan untuk vaksin. Pfizer sekarang memproyeksikan laba bersih setahun penuhnya dalam kisaran 3,95 dolar AS hingga 4,05 dolar AS per saham. Angka itu naik dari kisaran sebelumnya di 3,55 dolar AS hingga 3,65 dolar AS per saham.

Dalam hal pendapatan, proyeksi perusahaan berada dalam kisaran 78 miliar dolar AS hingga 80 miliar dolar AS, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 70,5 miliar dolar AS hingga 72,5 miliar dolar AS.

2. Pfizer telah mengirim lebih dari 1 miliar dosis vaksin COVID-19

Pfizer Raup Rp113 Triliun dari Penjualan Vaksin COVID-19 di Q2Tenaga kesehatan menyiapkan dosis vaksin Pfizer-BioNTech di pusat vaksinasi penyakit virus corona (COVID-19) di Naples, Italia, Jumat (8/1/2021) (ANTARA FOTO/REUTERS/Ciro De Luca)

CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan pencapaian Pfizer, yang mengembangkan vaksin COVID-19 dengan perusahaan Jerman BioNTech, merupakan hal yang luar biasa. Ia menyebut mereka telah mengirimkan lebih dari 1 miliar dosis vaksin mereka, yang disebut BNT162b2, ke seluruh dunia.

“Kuartal kedua luar biasa dalam beberapa hal,” katanya dalam sebuah pernyataan, menurut CNBC. “Yang paling terlihat, kecepatan dan efisiensi upaya kami dengan BioNTech untuk membantu memvaksinasi dunia melawan COVID-19 belum pernah terjadi sebelumnya, dengan sekarang lebih dari satu miliar dosis BNT162b2 telah dikirimkan secara global.”

Unit bisnis Pfizer lainnya juga mengalami pertumbuhan penjualan yang kuat. Pendapatan dari unit onkologinya naik 19 persen dari tahun ke tahun (yoy) menjadi 3,1 miliar dolar AS. Unit rumah sakit perusahaan menghasilkan pendapatan 2,2 miliar dolar AS, naik 21 persen dari tahun sebelumnya. Unit penyakit dalam tumbuh 5 persen dari tahun lalu menjadi 2,4 miliar dolar AS.

Baca Juga: Studi: Kombo Vaksin AstraZeneca-Pfizer Perkuat Antibodi Lawan COVID-19

3. Rencana memproduksi suntikan booster

Pfizer Raup Rp113 Triliun dari Penjualan Vaksin COVID-19 di Q2800 ribu dosis vaksin Pfizer akan segera tiba di Inggris dalam beberapa hari lagi. Ilustrasi (instagram.com/tgcom24)

Sebelumnya awal bulan ini Pfizer mengatakan bahwa mereka melihat tanda-tanda berkurangnya kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin COVID-19 buatannya dengan BioNTech. Oleh karenanya mereka berencana untuk meminta Food and Drug Administration (FDA) untuk mengesahkan dosis booster. Perusahaan juga mengatakan sedang mengembangkan suntikan booster untuk menargetkan varian Delta.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak merekomendasikan suntikan booster COVID saat ini.

Dr Kate O'Brien, direktur imunisasi, vaksin dan biologi WHO, mengatakan pada Rabu bahwa organisasi tersebut masih meneliti apakah suntikan booster diperlukan untuk meningkatkan perlindungan.

“Kami sangat jelas tentang ini, tidak ada informasi yang cukup untuk memberikan rekomendasi pada saat ini,” kata O'Brien dalam wawancara tanya jawab yang diposting di akun media sosial WHO. “Sekali lagi, ini adalah topik yang sangat hangat, dan ada banyak penelitian yang dapat memberikan rekomendasi berbasis bukti.”

Selama konferensi pers setelah pengumuman pendapatan, para eksekutif Pfizer mengatakan mereka yakin bahwa orang-orang akan membutuhkan dosis ketiga vaksin dalam waktu 12 bulan untuk mempertahankan tingkat perlindungan yang tinggi terhadap virus. Bourla bahkan mengatakan dosis ketiga vaksin mungkin dibutuhkan lebih cepat mengingat adanya varian Delta yang menyebar di beberapa negara.

Dalam kesempatan yang sama, Pfizer juga mengatakan ada kemungkinan mereka akan mengajukan otorisasi penggunaan darurat untuk dosis booster ke FDA pada awal Agustus. Perusahaan mengharapkan untuk memulai studi klinis yang menguji vaksin varian Delta di bulan yang sama.

“Kami sedang dalam diskusi berkelanjutan dengan badan pengawas mengenai potensi booster dosis ketiga dari vaksin saat ini dan, dengan asumsi hasil positif, mengantisipasi otorisasi penggunaan darurat pada awal Agustus,” kata Chief Scientific Officer Pfizer Mikael Dolsten kepada investor.

Pfizer mengharapkan memperoleh persetujuan penuh untuk vaksin dua dosisnya pada Januari 2022. Sementara Bourla mengatakan masih terlalu dini untuk membahas prospek perusahaan di 2022, tetapi menyebut perusahaan memiliki perjanjian vaksin dengan banyak negara.

Baca Juga: Pfizer Minta Regulator AS Sahkan Dosis Ketiga Vaksinasi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya