Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Turun tapi Diprediksi Tercepat  

Alasannya karena kasus COVID-19 melonjak

Jakarta, IDN Times – Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (19/10/2021) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2021 untuk Asia setelah varian delta COVID-19 yang sangat menular menyebabkan lonjakan kasus di beberapa wilayah.

IMF mengatakan mereka memperkirakan ekonomi Asia tumbuh 6,5 persen pada 2021. Sebelumnya pada April, IMF memperkirakan pertumbuhan untuk 2021 sebesar 7,6 persen.

“Pandemi global COVID-19 masih melanda kawasan ini,” kata IMF dalam laporan Regional Economic Outlook untuk Asia dan Pasifik.

Negara-negara Asia relatif berhasil membendung COVID-19 tahun lalu. Tetapi tahun ini, beberapa negara termasuk India, Malaysia dan Vietnam, harus kembali menghadapi gelombang infeksi baru sementara peluncuran vaksinasi lambat dilakukan.

“Akses vaksin, menurut saya, adalah garis patahan utama atau pembatas utama antara bagaimana kinerja negara-negara maju di Asia dan bagaimana kinerja negara-negara berkembang,” kata Krishna Srinivasan, Wakil Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF.

Baca Juga: Atasi Krisis, PM Lebanon akan Berbicara dengan IMF

1. Negara Asia tertinggal

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Turun tapi Diprediksi Tercepat  Ilustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Negara-negara Asia berada di belakang Eropa dan Amerika Utara dalam meluncurkan vaksin COVID-19. “Di banyak negara berkembang di Asia, kemajuan inokulasi yang lambat diperburuk oleh kurangnya akses ke pasokan vaksin,” kata Srinivasan dalam acara “Squawk Box Asia” CNBC, Rabu.

IMF mengatakan bahwa lonjakan infeksi COVID-19 mendorong langkah-langkah penahanan yang lebih ketat, yang membebani sektor jasa dan menyebabkan beberapa pabrik tutup sementara.

“Itu mengurangi prospek ekonomi Asia bahkan ketika permintaan untuk ekspor kuat,” kata IMF.

Baca Juga: Angka Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi China Terpangkas

2. Negara berkembang mengalami penurunan peringkat pertumbuhan ekonomi terbesar

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Turun tapi Diprediksi Tercepat  Ilustrasi Uang Digital. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam laporannya, IMF menyebut di kawasan ini negara berkembang mengalami penurunan peringkat pertumbuhan ekonomi terbesar.

Myanmar, di mana kudeta militer terjadi pada Februari, diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 17,9 persen tahun ini, turun 9 poin persentase lebih banyak dari proyeksi sebelumnya. Perkiraan pertumbuhan untuk Filipina diturunkan 3,7 poin persentase menjadi 3,2 persen, sedangkan Malaysia diturunkan 3 poin persentase menjadi 3,5 persen.

Sementara itu, IMF meningkatkan perkiraan pertumbuhannya untuk beberapa negara maju di Asia. Hong Kong sekarang diperkirakan akan tumbuh 6,4 persen pada tahun 2021, naik dari 4,3 persen sebelumnya. Sementara perkiraan pertumbuhan Singapura naik menjadi 6 persen, dari 5,2 persen.

Baca Juga: IMF: Ekonomi Afghanistan Bisa Minus 30 Persen setelah Dikuasai Taliban

3. Masih jadi wilayah dengan pertumbuhan tercepat di dunia

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Turun tapi Diprediksi Tercepat  Ilustrasi IHSG. (IDN Times/Aditya Pratama)

Meskipun terjadi penurunan peringkat, IMF menyebut Asia akan tetap menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat secara global tahun ini. “Pertumbuhan kawasan akan dipimpin oleh China dan India,” kata lembaga tersebut.

IMF memperkirakan China akan tumbuh 8 persen tahun ini dan India sebesar 9,5 persen pada tahun fiskal yang berakhir Maret mendatang. Namun IMF juga mengatakan faktor-faktor seperti gelombang baru infeksi COVID-19 dapat mengancam proyeksi ekonomi untuk wilayah tersebut.

“Proyeksi tersebut tunduk pada ketidakpastian yang tinggi mengenai munculnya varian baru, prospek gangguan rantai pasokan dan inflasi, serta perubahan kondisi keuangan global,” katanya.

IMF juga memperingatkan adanya normalisasi kebijakan yang tidak tepat waktu atau komunikasi kebijakan yang disalahartikan di Amerika Serikat (AS). IMF mengatakan bahwa hal itu dapat menyebabkan arus keluar modal yang signifikan dari kawasan, dan mengakibatkan biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk pasar negara berkembang Asia.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya