RI Pede Ekonomi Tumbuh dengan Dukungan Keberlanjutan

Indonesia dalam jalur untuk mencapai target mengurangi emisi

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Mahendra Siregar mengatakan bahwa ekonomi Indonesia sedang mengalami pemulihan. Hal ini didukung oleh faktor-faktor keberlanjutan (sustainable factors).

Dalam acara “Ambassadors Roundtable: Raising Ambitions for a Climate-Secure Future” pada Senin (11/10/2021), ia menyebut bahwa nilai ekspor Indonesia untuk pertama kalinya dalam 10 tahun akan melebihi 200 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun ini.

“Ini akan memproyeksikan Indonesia masuk 30 negara pengekspor terbesar di ekonomi global,” ujarnya.

Baca Juga: Banggar Sepakati Pertumbuhan Ekonomi 2022 Sebesar 5,2 Persen

1. Investasi diprediksi lampaui target

RI Pede Ekonomi Tumbuh dengan Dukungan KeberlanjutanAcara Ambassadors Roundtable: Raising Ambitions for a Climate-Secure Future (Sc: Screenshot YouTube)

Mahendra mengatakan ada tanda-tanda positif bahwa investasi akan melebihi target tahunannya, dan ini juga didukung oleh indeks PMI yang optimis di 52 dan mendekati 55 pada September dan Oktober.

“Indonesia berharap bahwa pertumbuhan tahun ini akan mencapai 4 persen, dengan tingkat yang lebih tinggi yang diramalkan untuk masa yang akan datang,” katanya.

Ia juga mengatakan bahwa Indonesia terus berupaya untuk berorientasi dan mentransmisikan ekonomi secara bertahap untuk meningkatkan energi terbarukan dan memitigasi berbagai krisis yang terjadi yang juga dirasakan di tempat-tempat lain.

“Karena transisi ini penting, kita harus mengingat bahwa diperlukan lebih dari 100 tahun untuk mengembangkan energi berbasis fosil secara penuh dan di dalam sektor ini juga sudah dibuat perkembangan yang baik dalam memperkenalkan teknologi dan produk yang lebih ramah lingkungan,” jelasnya.

Baca Juga: Jokowi Minta Jajarannya Waspadai Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2021

2. Indonesia berkomitmen mengurangi emisi

RI Pede Ekonomi Tumbuh dengan Dukungan Keberlanjutanilustrasi emisi karbon dioksida (pexels.com/Pixabay)

Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan bahwa Indonesia sudah berada pada jalur untuk mencapai komitmennya dalam mengurangi emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030 dan hingga 41 persen dengan dukungan internasional.

Mahendra menjelaskan bahwa angka pengurangan 41 persen ini setara dengan mengurangi 1 gigaton karbondioksida dari atmosfer.

“Yang lima kali lebih besar dari target pengurangan gas rumah kaca sebesar 200 juta ton pemerintah Inggris, sebesar 50 persen, pada tahun 2030,” jelasnya dalam acara yang dipandu Ketua Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal tersebut.

Ia lebih lanjut mengatakan bahwa Indonesia juga telah menyerahkan strategi jangka panjang untuk karbon rendah dan ketahanan iklim di 2050, yang mencakup menentukan target net carbon sink (penyerap karbon bersih) untuk hutan dan lahan pada tahun 2030.

“Pertama di seluruh dunia,” ujarnya. “Dalam konteks ini, Indonesia mengambil pengelolaan secara global di mana kehutanan akan berkontribusi terhadap penyimpanan karbon.”

Baca Juga: Redam Emisi, Austria akan Terapkan Pajak Karbon

3. Deforestasi dan kebakaran hutan Indonesia telah berkurang

RI Pede Ekonomi Tumbuh dengan Dukungan Keberlanjutanilustrasi kebakaran hutan (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Mahendra juga menjelaskan bahwa pada masa lalu, Indonesia sudah mengalami deforestasi dan kebakaran hutan yang mengkhawatirkan. Namun, saat ini situasi ini sudah mulai bisa dibalikkan.

“Melalui peraturan yang ketat dan monitor dan penerapan hukum dan pemberdayaan komunitas, kita telah mencapai pengurangan yang signifikan dari deforestasi dan kebakaran hutan,” jelasnya.

Ia menyebut bahwa kebakaran hutan di Indonesia telah mencapai titik yang terendah dalam 20 tahun. Di mana angka kebakaran hutan telah dikurangi hingga 82 persen di tahun 2020, sementara di bagian Amerika, Eropa dan Australia mengalami peningkatan yang tertinggi.

Mahendra menjelaskan bahwa kunci dari keberhasilan ini adalah memasukkan tindakan iklim dalam kerangka kerja sustainable development untuk mengambil tindakan konkrit dan untuk memastikan bahwa konservasi dan pertumbuhan dilakukan dengan dukungan satu sama lain. Selain itu, ia menyebut Indonesia mempercepat transisi energi dan memperkuat pembiayaan melalui inovasi termasuk mengembangkan carbon market mechanism.

“Indonesia telah menetapkan target emisi nol bersih pada 2060, bila tidak lebih cepat. Kita memperbarui secara berkala rencana kelistrikan strategis nasional dan akan segera dapat mengukur progress dalam kerangka kerja yang jelas,” ujarnya.

Baca Juga: Puan Pamer Vaksinasi dan Pertumbuhan Ekonomi RI di Forum Parlemen G20

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya