Sempat Melemah, Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp14.463 per dolar AS

Rupiah melanjutkan penguatan dari hari sebelumnya

Jakarta, IDN Times – Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Selasa (13/7/2021).

Dikutip dari Bloomberg, rupiah menguat 29 poin atau 0,20 persen ke level Rp14.463 per dolar AS sore ini. Pada penutupan sebelumnya rupiah berada di level Rp14.492 per dolar AS.

Baca Juga: Instrumennya Sama, Ini Perbedaan Investasi dan Trading Saham

1. Rupiah melanjutkan penguatan dari hari sebelumnya

Sempat Melemah, Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp14.463 per dolar ASIlustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Penguatan rupiah sore ini melanjutkan penguatan yang tercatat pada perdagangan awal pekan atau Senin kemarin.

Pada Senin, rupiah menguat 35 poin atau 0,24 persen ke level Rp14.492 per dolar AS dari level penutupan sebelumnya Rp14.527 per dolar AS.

2. Rupiah sebelumnya dibuka melemah

Sempat Melemah, Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp14.463 per dolar ASIlustrasi Uang (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Sebelumnya pada pagi tadi, rupiah dibuka melemah terhadap dolar karena dibayangi lonjakan kasus COVID-19 dalam negeri yang kembali mencapai rekor pada Senin.

Pada pembukaan perdagangan pagi tadi, rupiah melemah ke level Rp14.505 per dolar AS dari level Rp14.492 di penutupan Senin.

“Kasus COVID-19 baru yang terus menanjak terutama di Indonesia yang terus mencetak rekor baru, menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Pertumbuhan ekonomi bisa terganggu bila PPKM diperpanjang, dan ini berpotensi menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS,” kata Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra kepada IDN Times.

3. Penguatan rupiah sesuai prediksi analis

Sempat Melemah, Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp14.463 per dolar ASIlustrasi Dollar Dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Penguatan mata uang Garuda terhadap dolar AS diperkirakan karena terjadi perbaikan sentimen pelaku pasar keuangan global terhadap risiko.

Ariston mengatakan indeks saham global sebagai aset berisiko terlihat menguat. “Pasar melihat perbaikan performa perusahaan di kuartal kedua. Ini mendorong pasar keluar dari aset aman dolar AS dan masuk ke aset berisiko,” jelasnya.

Selain itu, perbaikan sentimen ini juga didukung oleh kebijakan pelonggaran moneter bank Sentral Tiongkok yang menurunkan GWM sebesar 50 basis poin, sehingga meningkatkan likuiditas di pasar.

“Sikap bank Sentral AS yang juga mempertimbangkan mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter dalam waktu yang lebih lama juga mendukung sentimen terhadap risiko tersebut,” katanya.

Baca Juga: 5 Instrumen Investasi Yang Cocok untuk Pemula

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya