Uni Eropa-Tiongkok Bentuk Perjanjian Investasi agar Hubungan Seimbang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Uni Eropa (UE) dan Tiongkok pada Rabu (30/12/2020) menyetujui kesepakatan investasi yang akan memberi perusahaan Eropa akses yang lebih besar ke pasar Tiongkok. Kesepakatan itu juga akan membantu memperbaiki hubungan ekonomi kedua negara, yang menurut Eropa tidak seimbang.
Menurut Channel News Asia, pembentukan perjanjian tersebut telah berlangsung selama hampir tujuh tahun dan kemungkinan akan memakan waktu setidaknya satu tahun lagi untuk mulai berlaku.
Uni Eropa menggambarkan perjanjian tersebut sebagai langkah untuk menempa aturan multilateral. Namun, itu masih tidak mencakup sejumlah masalah termasuk arus perdagangan atau pengadaan publik untuk sejumlah pihak seperti perusahaan telekomunikasi Huawei.
Namun intinya, blok tersebut bermaksud untuk melahirkan undang-undang yang menjamin adanya timbal balik yang lebih besar dalam pengadaan publik dan kontrol yang lebih ketat atas subsidi asing.
Baca Juga: Uni Eropa Buka Border, Bali Makin Siap Gaet Wisatawan Asal Eropa
1. Akses yang lebih luas
Laporan menyebut, dengan perjanjian itu, perusahaan Eropa akan mendapatkan izin untuk beroperasi di Tiongkok dalam berbagai sektor termasuk mobil listrik, rumah sakit swasta, real estate, periklanan, industri maritim, layanan cloud telekomunikasi, sistem reservasi maskapai penerbangan, dan penanganan darat. Sementara itu beberapa persyaratan yang dioperasikan perusahaan sebagai bagian dari usaha patungan dengan mitra Tiongkok akan dicabut.
Perusahaan yang bisa mendapatkan keuntungan dari perjanjian baru ini termasuk Daimler, BMW, Peugeot, Allianz dan Siemens. Semua perusahaan itu memiliki bisnis yang besar di Tiongkok.
2. Perubahan aturan
Editor’s picks
Di dalam kesepakatan itu, Tiongkok berjanji akan melarang transfer teknologi paksa dari perusahaan asing, dan juga akan lebih transparan mengenai subsidi serta melarang perusahaan milik negara melakukan diskriminasi terhadap investor asing.
Kesepakatan yang dicapai setelah digelarnya pertemuan online antara kepala lembaga Uni Eropa dan Presiden Tiongkok Xi Jinping itu juga mencakup komitmen tentang perubahan iklim dan hak-hak buruh. Selain menunjukkan tekad dan kepercayaan diri Tiongkok untuk lebih terbuka, kesepakatan diharapkan dapat merangsang ekonomi global saat pulih dari pandemik virus corona dan meningkatkan rasa saling percaya.
Baca Juga: Jerman dan Italia Desak Uni Eropa Tutup Wisata Ski di Eropa
3. Tanggapan tokoh
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut perjanjian itu sebagai tonggak penting dalam hubungan UE dengan Tiongkok.
Sementara Hosuk Lee-Makiyama, direktur lembaga think tank perdagangan ECIPE, mengatakan bahwa meskipun ada sedikit manfaat yang jelas bagi Beijing dalam teks tersebut, namun Tiongkok tidak akan menyetujui perjanjian tanpa adanya janji keuntungan.
“Tidak ada kekuatan besar, tidak terkecuali Tiongkok, memberikan apa saja secara gratis, jadi akan ada trade-off. Hanya saja tidak ada dalam kesepakatan,” ujarnya.
Lee-Makiyama lebih lanjut mengatakan bahwa kesepakatan investasi semacam itu juga lebih sulit untuk ditegakkan jika dibandingkan dengan kesepakatan dagang yang dimiliki Tiongkok dengan Amerika Serikat (AS). Itu karena UE tidak mungkin untuk menyita aset Tiongkok, seperti yang dilakukan AS, jelasnya.
Baca Juga: Jelang Setahun Deal Dagang, Tiongkok Belum Penuhi Janji ke AS