Kian Terpuruk, Starbucks Diisukan Bakal Tutup 150 Gerainya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semakin populernya tren minum kopi, kini mulai banyak kedai-kedai kopi di dunia. Mereka terus berinovasi untuk membuat kedainya semakin laris manis. Harga murah, rasa yang lebih variatif, tempat ngopi yang diatur seasyik mungkin, dan sebagainya. Namun, banyak di antaranya yang kalah bersaing dan terpaksa tutup toko.
Hal tersebut juga mulai dirasakan salah satu perusahaan kopi terbesar di dunia, Starbucks. Di Amerika Serikat, Starbucks dinilai sedang bermasalah dan harus menutup 150 gerainya.
1. Saham Starbucks turun sebesar tiga persen
CEO Starbucks Kevin Johnson mengatakan kinerja Starbucks baru-baru ini tidak mencerminkan potensi yang baik. Menurutnya, Starbucks perlu bergerak cepat untuk mengatasi prefensi dan kebutuhan para pelanggan. Hal ini lantaran penjualan di masing-masing toko hanya tumbuh sekitar satu persen.
Selain itu, persaingan antara sesama makanan cepat saji juga makin sengit. Pasalnya, mereka berani menjual kopi dengan harga lebih murah dan rasa yang relatif lebih enak.
2. Starbucks akan menginovasi menunya supaya diterima pelanggan
Varian menu kopi masih menjadi penjualan utama Starbucks. Sayangnya, pada 2018 ini, penjualan frapucino turun tiga persen. Sedangkan, minuman yang mengandung gula hanya naik empat persen.
Editor’s picks
Maka dari itu, Starbucks mulai mengembangkan menu yang menyehatkan. Demi pelanggannya yang sadar kesehatan, Starbucks akan memunculkan menu tersebut. Misalnya seperti es teh rendah gula, sari buah naga, dan mangga.
Starbucks juga berencana meningkatkan aplikasi digitalnya. Mereka berupaya untuk mendapatkan banyak pelanggan yang mendaftarkan diri melalui aplikasi.
3. China masih menjadi kawasan terbaik bagi Starbucks
Kawasan Amerika Serikat memang menjadi masalah bagi Starbucks. Apalagi pada 29 Mei lalu, Starbucks harus menutup sementara 8.000 gerainya pascainsiden rasis di salah satu gerai di Philadelphia. Sebanyak 50 gerai juga ditutup di Seattle, tahun lalu.
Kepala Eksekutif dan Founder Starbucks Howard Schultz bersama sang CEO terus berupaya meningkatkan kinerja perusahaannya. Meski hanya tumbuh satu persen, menurut dia, hal ini bersifat sementara. Hingga saat ini, dia terus mengevaluasi kinerja Starbucks agar kondisi keuangan bisa lebih sehat pada 2019.
Saat ini China merupakan salah satu negara paling potensial bagi Starbucks. Selain berambisi membuka 3.000 cabang baru di China, pertumbuhannya gerai-gerai yang telah ada selama ini pun cukup baik, yakni naik sekitar 4 persen.
Nah, kamu sendiri suka ngopi di mana Starbucks gak nih?