15 Dermawan Paling Kaya di Dunia Sepanjang 2022, Siapa Saja?

Salah satu orang terkaya menyumbang hartanya Rp120,4 triliun

Jakarta, IDN Times - Forbes merilis 15 nama orang terkaya sedunia paling dermawan sepanjang 2022. Mereka dipilih atas komitmen kuatnya untuk terlibat dalam banyak hal seperti pendidikan dan juga lingkungan.

Dari 15 nama yang ada tahun ini, sembilan di antaranya adalah pendatang baru dalam daftar orang terkaya sedunia paling dermawan.

Salah satu contohnya adalah Ronnie dan Gerald Chan. Kakak beradik dengan status miliarder asal Hong Kong tersebut memberikan 100 juta dolar Amerika Serikat (Rp1,56 triliun) kepada Massachusetts Institute of Technology (MIT) untuk mengembangkan sekolah desain baru di sana.

Sebelumnya, pada tahun lalu Chan bersaudara juga memberikan donasi kepada University of Massachusetts sebesar 175 juta dolar AS atau setara dengan Rp2,73 triliun.

Berikut ini daftar 15 orang terkaya dunia paling dermawan sepanjang 2022 seperti dikutip dari Forbes.

Baca Juga: Zhang Yiming, Bos TikTok yang Sukses Masuk Daftar Orang Terkaya Dunia

1. Gautam Adani

Gautam Adani merupakan orang terkaya di India mendonasikan uang sebesar 600 miliar rupee atau 7,7 miliar dolar AS (Rp120,4 triliun) pada saat usianya menginjak 60 tahun Juni lalu.

Hal itu langsung membuat Adani menjadi orang kaya paling dermawan di dunia. Adapun uang tersebut digunakan untuk layanan kesehatan, pendidikan, dan pengembangan keterampilan.

"Pada tingkat yang sangat mendasar, program yang terkait dengan ketiga bidang ini harus dilihat secara holistik dan secara kolektif guna menjadi pendorong untuk membangun India yang adil dan siap menghadapi masa depan," kata Adani, dikutip dari Forbes.

Uang tersebut pun akan disalurkan melalui Yayasan Keluarga Adani yang kegiatannya dibagi menjadi sembilan jenis bantuan, termasuk tiga yang didanai oleh donasi pada Juni lalu.

2. Melanie Perkins & Cliff Obrecht

Pendiri Canva, Melanie Perkins dan Cliff Obrecht bergabung dengan miliarder dermawan lain lewat Giving Pledge. Keduanya pun berjanji untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaan mereka seumur hidup mereka.

Pasangan itu memberikan sebagian besar saham Canva mereka (30 persen dari total 31 persen saham mereka) untuk berbuat baik melalui badan amal perusahaan, Canva Foundation.

Sampai saat ini, Canva telah memberikan dukungan melawan COVID-19 di India dan dana respons kemanusiaan di Ukraina.

Selain itu, Canva juga berkontribusi pada proyek senilai 10 juta di Malawi yang memberikan uang langsung kepada orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem.

3. Jean & Melanie Salata

Pemimpin firma ekuitas swasta asal Hong Kong EQT Asia, Jean Salata dan istrinya, Melanie Salata, menyumbangkan 200 juta dolar AS atau setara Rp3,12 triliunan pada Juni lalu.

Sumbangan itu diberikan guna mendirikan Institut Salata untuk Iklim dan Keberlanjutan di Universitas Harvard.

"Perubahan iklim merupakan masalah yang menentukan bagi generasi kami dan tantangan menentukan bagi anak dan cucu kita pada masa mendatang," ucap Salata.

4. Geoffrey Cumming

Geoffrey Cumming mencetak sejarah filantropis tahun ini dengan memberikan donasi sebesar 168 juta dolar AS atau sekitar Rp2,62 triliun kepada Universitas Melbourne.

Tak ayal jika sumbangan Cumming tersebut menjadi sumbagan tunggal terbesar di Australia.

Uang tersebut akan membantu mendanai pusat penelitian terapeutik pandemik di dalam Institut Peter Doherty untuk jurusan Infeksi dan Kekebalan.

"Pusat penelitian medis global baru ini disusun sebagai inisiatif jangka panjang, untuk memberikan perlindungan yang lebih besar bagi masyarakat global terhadap pandemi di masa depan," ucap Cumming.

Baca Juga: Masuk Daftar Orang Terkaya Indonesia, Ini Sosok Pemilik Baterai ABC

5. Shiv Nadar

Miliarder dan filantropis Shiv Nadar termasuk di antara para pendonor teratas di India. Setelah menyalurkan hampir 1 miliar dolar AS (Rp15,64 triliun) dari kekayaannya selama beberapa dekade untuk berbagai tujuan sosial melalui Yayasan Shiv Nadar.

Tahun ini, dia mendonasikan 11,6 miliar rupee atau 140 juta dolar AS (Rp2,19 triliun) terhadap apartemen yang dia dirikan pada tahun 1994 dengan tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan berbasis prestasi, dan memberdayakan individu melalui pendidikan.

6. Li Ka-shing

Selama 12 bulan terakhir, miliarder Hong Kong Li Ka-shing telah menyumbangkan lebih dari 128 juta dolar AS (Rp2,003 triliun) terhadap beragam inisiatif di China Daratan, Hong Kong, dan lokasi lainnya melalui Li Ka Shing Foundation.

Donasi itu termasuk 150 juta dolar Hong Kong untuk mendanai penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Hong Kong. Selain itu, dia juga menyumbang 70 juta dolar Hong Kong untuk melawan COVID-19.

7. Ronnie & Gerald Chan

Ronnie dan Gerald Chan merupakan kakak beradik dengan status miliarder asal Hong Kong, yang memberikan 100 juta dolar Amerika Serikat (Rp1,56 triliun) kepada Massachusetts Institute of Technology (MIT) untuk mengembangkan sekolah desain baru di sana.

Sebelumnya, pada tahun lalu Chan bersaudara juga memberikan donasi kepada University of Massachusetts sebesar 175 juta dolar AS atau setara dengan Rp2,73 triliun.

8. Ashook Shoota

Taipan teknologi, Ashok Soota, telah menjanjikan 6 miliar rupee atau 75 juta dolar AS (Rp1,17 triliun) kepada sebuah penelitian medis yang dia dirikan pada April 2021 untuk mempelajari penuaan dan penyakit saraf.

Dia memulai SKAN, yang merupakan singkatan dari Scientific Knowledge for Ageing and Neurological Ailments atau pengetahuan ilmiah untuk penuaan dan penyakit saraf dengan pengeluaran dua miliar rupee.

Angka tersebut pun telah meningkat menjadi tiga kali lipat dan dia juga telah membeli tanah di dekat Bangalore untuk kantor pusatnya.

9. Lindsay & Paula Fox

Lindsay Fox dan istrinya, Paula, pada April lalu berkomitmen untuk mendonasikan 67 juta dolar AS atau setara Rp1,05 triliun untuk membantu pembangunan galeri seni kontemporer terbesar di Australia, di National Gallery of Victoria (NGV).

Dengan mengusung nama The Fox: NGV Contemporary, galeri ini akan menawarkan ruang pameran seluas lebih dari 13.000 meter persegi, laboratorium untuk konservasi seni, dan teras atap dengan pemandangan cakrawala Melbourne saat dibuka pada 2028 nanti.

10. Joon Wanavit

Pada Juli 2022, pendiri Hatari Electric, salah satu produsen kipas terkemuka di Thailand, Joon Wanavit dan keluarganya menyumbangkan 900 juta baht atau 24 juta dolar AS (Rp375,65 milar) kepada Yayasan Ramathibodi.

Yayasan tersebut diketahui mengumpulkan dana untuk Rumah Sakit Ramathibodi dan layanan kesehatan publiknya.

Dari total sumbangan tersebut, 160 juta baht dialokasikan untuk sekolah perawat rumah sakit, 300 juta baht untuk pusat pembelajaran medis, dan 440 juta baht untuk gedung rumah sakit baru dan pusat inovasi medis.

11. Brahmal Vasudevan dan Shanthi Kandiah

Brahmal Vasudevan, pendiri dan CEO firma ekuitas swasta Creador yang berbasis di Kuala Lumpur, dan istri pengacaranya, Shanthi Kandiah, mendukung komunitas lokal di Malaysia dan India melalui Creador Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang mereka dirikan bersama pada 2018.

Pada Mei tahun ini, mereka berjanji untuk menyumbangkan 50 juta ringgit atau 11 juta dolar AS (Rp172 miliar) untuk membantu membangun rumah sakit pendidikan di kampus Universiti Tunku Abdul Rahman (UTAR) Kampar, di negara bagian Perak.

12. Michael Kim

Miliarder ekuitas swasta, Michael Kim, menjanjikan donasi 10 juta dolar AS atau senilai Rp156,28 miliar pada bulan September ke Metropolitan Museum of Art di New York, tempat dia menjadi dewan pengawas sejak 2017.

Donasi tersebut akan digunakan untuk merenovasi Met's Oscar L. dan H.M. Agnes Hsu-Tang Wing untuk seni modern dan kontemporer. Nantinya, sebuah galeri akan diberi nama sesuai nama Kim dan istrinya, Park Kyung-ah.

13. Hiroshi Mikitani

Pada Februari tahun ini, CEO Rakuten, Hiroshi Mikitani, memberikan pengumuman lewat Twitternya untuk memberikan donasi senilai 1 miliar yuan atau 7,2 juta dolar AS (Rp112,5 miliar) ke Ukraina.

Sumbangan itu diberikan Mikitani untuk menangani dampak kemanusiaan dari invasi Rusia awal bulan itu.

14. John & Andy Lim

Pada 2008, miliarder John Lim, salah satu pendiri ARA Asset Management (baru-baru ini diakuisisi oleh ESR Cayman), menugaskan putra sulungnya Andy untuk mendirikan badan filantropi yang dinamai menurut nama guru sekolah ayahnya.

Yayasan Lim Hoon memberikan beasiswa kepada apa yang disebut siswa sandwich, pemuda yang pintar tetapi kurang beruntung di Singapura yang tidak memenuhi syarat mendapatkan bantuan finansial pendidikan di negara tersebut.

Hingga saat ini, lebih dari 1.600 beasiswa diberikan dengan total sekitar 1 juta dolar Singapura atau 727.000 dolar AS (Rp11,3 miliar) kepada siswa dari sekolah dasar hingga tingkat pra-universitas.

15. Reiko Fukutake

Reiko Fukutake merupakan istri taipan pendidikan Jepang dan mantan CEO Benesse Holdings, Soichiro Fukutake mendirikan dan mendanai Rei Foundation yang berbasis di Auckland, Selandia Baru.

Yayasan itu didirikan dengan tujuan mendorong kesejahteraan fisik, sosial, spiritual, dan emosional dalam masyarakat secara global.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya