90 Persen Institusi Syariah Tidak Merekrut Sarjana Ekonomi Islam

Mereka lebih memilih lulusan ekonomi konvensional

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan lulusan program studi ekonomi syariah atau ekonomi Islam di Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal dalam industri ekonomi syariah dalam negeri.

Alih-alih mempekerjakan sarjana ekonomi Islam, Sri Mulyani menyatakan hampir keseluruhan industri ekonomi syariah di Indonesia justru mempekerjakan lulusan ekonomi konvensional.

"Data menunjukkan bahwa 80 hingga 90 persen sumber daya manusia industri di bidang keuangan syariah bahkan lebih banyak mempekerjakan mereka yang bukan berasal dari program studi ekonomi Islam atau ekonomi syariah," kata Sri Mulyani dalam webinar ISEF, Kamis (28/10/2021).

Pelaku industri keuangan syariah, lanjut Sri Mulyani bahkan cenderung memilih atau merekrut dan memberikan pelatihan ekonomi syariah kepada lulusan ekonomi konvensional dibandingkan mereka yang lulus dari program ekonomi syariah secara langsung.

1. Ada puluhan ribu lulusan ekonomi syariah di Indonesia

90 Persen Institusi Syariah Tidak Merekrut Sarjana Ekonomi Islamilustrasi sarjana (unsplash.com/Jasmine Coro)

Kondisi tersebut lantas membuat Sri Mulyani yang juga menjabat Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Indonesia (IAEI) khawatir karena pada dasarnya ada puluhan ribu sarjana ekonomi syariah di Indonesia.

Banyaknya lulusan sarjana ekonomi syariah di Indonesia juga tak terlepas dari mulai sadarnya institusi pendidikan untuk menyelenggarakan program studi ekonomi Islam atau syariah.

"Jumlah studi ekonomi syariah atau ekonomi Islam di Indonesia lebih dari 800, ini tentu luar biasa dengan asumsi setiap program meluluskan 50 mahasiwa per tahun maka saat ini sebetulnya sudah ada 40 ribu SDM yang memiliki kompetensi ekonomi Islam untuk bisa bekerja di sektor industri dan sektor ekonomi tiap tahunnya," tutur Sri Mulyani.

Baca Juga: Deposito Syariah dan Konvensional, Apa Perbedaannya?

2. Masih ada persoalan di tingkat pendidikan ekonomi syariah

90 Persen Institusi Syariah Tidak Merekrut Sarjana Ekonomi Islam(Ilustrasi ekonomi syariah) IDN Times/Helmi Shemi

Fakta bahwa banyaknya institusi keuangan syariah yang tidak mempekerjakan SDM lulusan ekonomi syariah membuat Sri Mulyani meyakini masih ada sedikit masalah di tingkat pendidikannya.

Sri Mulyani menyarankan kepada seluruh institusi pendidikan terutama perguruan tinggi untuk kembali melihat apa-apa saja yang bisa dimaksimalkan untuk semakin mendorong lulusan ekonomi syariah bersifat kompetitif di dalam dunia kerja.

"Ini menunjukkan bahwa program ekonomi syariah dari sisi pendidikan harus terus membuka diri dan melihat apa kekurangannya sehingga lulusannya kurang berkompetisi dibandingkan lulusan-lulusan ekonomi konvensional. Apakah dari metodologi, cara mendekati suatu masalah, dan kesiapan mereka di dunia kerja," kata dia.

3. Perlu adanya peningkatan keterampilan pada SDM lulusan ekonomi syariah

90 Persen Institusi Syariah Tidak Merekrut Sarjana Ekonomi IslamIDN Times/Arief Rahmat

Selain itu, para lulusan ekonomi syariah juga perlu meningkatkan keterampilan dan kemampuan dasar untuk bisa berkompetisi di dunia kerja. Ke depannya, persaingan yang akan mereka hadapi bukan hanya dengan sesama manusia, melainkan juga teknologi.

Apalagi, sambung Sri Mulyani, fenomena Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 membuat tantangan ke depan bagi lulusan ekonomi syariah makin berat.

Bagi Sri Mulyani, teknologi digital yang menciptakan peluang dan disrupsi menuntut SDM terus beradaptasi. Namun, di samping itu prinsip-prinsip keislaman di dalam ekonomi dan di dalam menciptakan kesempatan kerja perlu untuk terus ditingkatkan relevansinya.

"Kalau kita percaya Islam sebagai agama yang dapat menjawab seluruh tantangan zaman maka tanggung jawab adalah bagaimana kita mengaktualkan nilai-nilai Islam itu di dalam suatu konteks kontemporer yang begitu sangat dinamis," ujar dia.

Baca Juga: Jokowi: Indonesia Harus Menjadi Pusat Gravitasi Ekonomi Syariah

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya