Alasan Erick Thohir Tutup 74 Anak Cucu BUMN: Ada Raja-Raja Kecil! 

Mulai dari anak usaha Pertamina hingga Telkom ditutup Erick

Jakarta, IDN Times - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengungkapkan alasan di balik keputusannya membubarkan 74 anak dan cucu perusahaan BUMN.

Alasan pertama berkaitan dengan kemunculan 'raja'raja kecil' di anak dan cucu perusahaan pelat merah yang justru menjadi benalu bagi induk perusahaan. Kemudian, alasan berikutnya adalah BUMN terlalu gemuk sehingga membuatnya menjadi tidak gesit dan sulit dikonsolidasikan.

Dengan demikian, dia mengincar perusahaan BUMN yang pendapatannya di bawah Rp50 miliar untuk dibubarkan.

"Jumlah BUMN jadi terlalu banyak dan akhirnya ketika terlalu banyak itu menjadi sulit dikontrol dan juga punya kerajaan-kerajaan kecil yang ketika dikonsolidasikan itu tidak mudah," kata Erick, dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi IV DPR RI, Kamis (2/12/2021).

Baca Juga: Erick Thohir Tutup 74 Anak dan Cucu Perusahaan BUMN

1. Pembubaran anak dan cucu perusahaan BUMN untuk menguatkan induknya

Alasan Erick Thohir Tutup 74 Anak Cucu BUMN: Ada Raja-Raja Kecil! Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020) (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Sebelumnya diberitakan, penutupan anak dan cucu perusahaan BUMN dilakukan Erick untuk menciptakan holding-holding BUMN yang kuat agar mampu menghadapi persaingan pasar.

"Karena terlalu banyak shell-shell company yang tidak efisien dan tidak efektif, buat apa kita punya. Kadang seperti ini, holdingnya sehat, tapi ada anak-cucu yang menyedot keuntungan dari holding-nya. Nah ini yang harus kita bongkar, kita stop, dan kurangi," kata Erick dalam keterangan resminya, Rabu (1/12/2021).

Holding BUMN yang kuat, sambung Erick, dibutuhkan untuk menghadapi persaingan pasar saat ini karena supply chain sedang terdisrupsi, kontainer mengalami kesulitan, dan harga bahan pupuk mengalami kenaikan.

Baca Juga: Daftar Perusahaan BUMN yang IPO dan Rights Issue Tahun Depan

2. Rincian anak perusahaan BUMN yang ditutup Erick

Alasan Erick Thohir Tutup 74 Anak Cucu BUMN: Ada Raja-Raja Kecil! Kantor Pusat PT Pertamina (Persero) (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Adapun dari 74 anak dan cucu perusahaan BUMN yang ditutup oleh Erick, sebanyak 26 perusahaan dari Pertamina, 24 dari PTPN Group, dan 13 sisanya dari Telkom. Inefisiensi, kata Erick, tidak boleh terjadi di perusahaan-perusahaan BUMN mengingat BUMN merupakan lokomotif keuangan ekonomi Indonesia sehingga harus kuat dan sehat.

Oleh karena itu, berbagai kemungkinan efisiensi akan terus dilakukan termasuk dengan menggabungkan anak-anak perusahaan atau pun refocusing proses bisnis dari BUMN. Sebagai contoh, hal itu terjadi pada konsolidasi perusahaan Energy Management Indonesia dengan Perusahaan Listrik Negara.

"Bukan hanya anak perusahaan yang digabungkan, bahkan BUMN-nya sendiri kita gabungkan, contohnya Perinus dan Perindo sebagai dua perusahaan perikanan di BUMN, buat apa punya perusahaan kan lebih baik satu saja. BGR dan PPI juga perusahaan trading yang digabungkan jadi satu di bidang logistik. Kemudian, Energy Management Indonesia juga dikonsolidasikan dengan PLN jadi di bawah PLN, fungsinya apa? Ya mengaudit yang nanti ke depan berpotensi sebagai renewable energy," tutur Erick.

Baca Juga: Erick Thohir: Pembubaran 7 BUMN Tak Perlu Menunggu UU BUMN

3. Adaptasi BUMN juga dilakukan dengan perubahan model bisnis

Alasan Erick Thohir Tutup 74 Anak Cucu BUMN: Ada Raja-Raja Kecil! Pembaharuan Logo BUMN (Dok. Istimewa)

Di sisi lain, disrupsi yang terjadi di bidang teknologi dan kesehatan membuat model bisnis BUMN juga mesti berubah.

Erick mencontohkan perubahan bisnis model yang dilakukan dalam rangka efisiensi adalah dengan refocusing BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi (tel-co). Saat ini, Telkom memfokuskan model bisnis dalam bentuk B To B, sedangkan Telkomsel dalam bentuk B to C.

"Terbukti, sekarang Telkom valuasinya, market cap-nya terus naik enam bulan terakhir menjadi Rp411 triliun, ini sejarah buat Telkom. Sekarang market cap-nya ketika industri tel-co di pertanyakan itu sunset, tetapi Telkom bisa tetap mendapatkan pertumbuhan revenue 6,1 persen, yaitu kurang lebih Rp106 triliun sehingga dibandingkan perusahaan-perusahaan tel-co lainnya, Telkom sekarang tetap tumbuh," ujar Erick.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya