Asosiasi: Tak Semua Bisnis Startup Jadi Tujuan Investasi

Pendiri startup harus punya kemampuan untuk bersaing

Jakarta, IDN Times - Peluang investasi bagi Perusahaan Modal Ventura (PMV) kini semakin terbuka lebar. Hal itu seiring dengan pesatnya pertumbuhan berbagai startup di Indonesia.

Pesatnya pertumbuhan startup di Tanah Air sekaligus menjadi sinyal bagi PMV agar tidak asal-asalan menanamkan modalnya. Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO) mewanti-wanti PMV untuk memperhatikan setiap aspek sebelum mulai berinvestasi, lantaran setiap startup memiliki potensi dan risiko serta reward masing-masing.

"Tidak semua bisnis yang tergolong investable, pasti menjadi tujuan investasi PMV. Investor cenderung sudah punya target spesifik dan kini semakin mencari inovasi yang mampu berdampak bahkan mengubah selera dan perilaku masyarakat," kata Wakil Sekjen AMVESINDO Andreas Surya dalam keterangan tertulis kepada IDN Times, Jumat (19/2/2021).

Baca Juga: Meski Masih Pandemik, Investor Siap Gelontorkan Modal Buat Startup

1. Standar startup yang jadi incaran PMV untuk berinvestasi

Asosiasi: Tak Semua Bisnis Startup Jadi Tujuan Investasipexels.com/Startup Stock Photos

Lebih lanjut Andreas menyampaikan bahwa PMV pada umumnya telah memiliki standar startup tersendiri yang ingin dijadikan lahan investasi. Salah satunya adalah bisnis model dari startup tersebut harus memiliki cakupan bisnis yang baik.

"Bisnis model harus scalable, di mana startup dapat meningkatkan cakupan bisnis dengan baik tanpa disertai peningkatan biaya yang tinggi, kemudian repeatable, bisnis tidak hanya berjalan dalam satu siklus tertentu, dan terakhir hyper-growth yaitu mampu menunjukkan pertumbuhan yang super cepat," ucap dia.

2. Bergantung pada kapabilitas founder

Asosiasi: Tak Semua Bisnis Startup Jadi Tujuan InvestasiIDN Times/Helmi Shemi

Baca Juga: Apa Itu Angel Investor? Ini Tips agar Startup Kamu Dilirik Mereka

Berdasarkan standar itu, para investor kemudian merumuskan beberapa aspek penilaian dan uji kelayakan terhadap startup yang akan menjadi objek investasi.

Pertama adalah penilaian terhadap founder atau pendiri startup. Penilaian tersebut biasanya dilakukan PMV dengan melakukan riset latar belakang para pendiri startup terkait kinerja dan pengalaman mereka.

Menurut Andreas, aspek ini menjadi krusial dalam menilai startup pada tahap awal sebab pendiri menjadi risiko sekaligus faktor pendukung terbesar bagi kesuksesan sebuah startup.

Setidaknya, lanjut Andreas, ada tiga tahapan riset yang bisa dilakukan investor untuk aspek ini. Tahapan pertama adalah dengan melakukan studi internal seperti desk study tentang lanskap industri dan pasar untuk mengukur apakah para pendiri tersebut mampu bersaing.

"Kemudian tahap kedua adalah dengan memperbanyak interaksi langsung dengan founders, klarifikasi dari informasi yang kita terima, lihat produknya, lihat customer journey-nya, prosedur internalnya. Terakhir, sempatkan untuk reference check ke rekan bisnis, investor terdahulu, dan karyawan sebelumnya dari founders tersebut sebab selalu ada celah yang bisa ditelusuri," tutur Andreas.

3. Investor tertarik dengan startup dengan cakupan pasar yang besar

Asosiasi: Tak Semua Bisnis Startup Jadi Tujuan InvestasiIlustrasi Investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Aspek penilaian kedua yang dilakukan PMV atau investor sebelum berinvestasi pada sebuah startup adalah dengan menilai pasar atau market sizing-nya.

Potensi pasar yang besar, kemudian kemampuan untuk berkembang, dan timing pasar yang tepat menjadi beberapa kriteria dalam penilaian pasar.

"Untuk menggali penilaian dengan lebih objektif, PMV akan berbicara dengan pemain di pasar tersebut untuk mengetahui persepsi, tingkat kepuasan, dan minat mereka terhadap startup ini," ujar Andreas.

4. Produk harus punya unique value proposition (USP)

Asosiasi: Tak Semua Bisnis Startup Jadi Tujuan InvestasiUnplash

Aspek penilaian ketiga dari investor sebelum berinvestasi pada sebuah startup adalah dengan menilai produk yang dihasilkan.

PMV atau investor akan tertarik berinvestasi apabila produk yang ditawarkan memiliki keunikan atau USP yang jelas dan terdiferensiasi dari kompetitor.

"Saat menilai startup tahap awal, biasanya investor tidak punya cukup data terkait biaya dan profitabilitas. Penilaian akan mengandalkan aspek-aspek kualitatif atau hanya bisa membandingkan dengan proxy data semisal jumlah download dan benchmark dengan bisnis serupa," kata Andreas.

Sebelum mulai berinvestasi, lanjut Andreas, investor atau PMV akan melakukan penilaian terhadap performa operasional dan finansial.

"Pada tahap ini, PMV semakin kritis terhadap kemampuan eksekusi startup, mulai dari laporan keuangan historis, proyeksi, unit ekonomi atau struktur biaya, dan potensi profitabilitas. Potensi startup untuk exit juga menjadi faktor pertimbangan investasi," ujarnya.

Baca Juga: Mau Tahu soal Investasi di Startup? Jangan Lewatkan IDBYTE-X:VC Series

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya