Bagaimana Dampak Tapering Off Akhir Tahun Ini kepada Indonesia?

Indonesia pernah terpukul akibat tapering off 2013 silam

Jakarta, IDN Times - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserves (The Fed) akan melakukan tapering off pada akhir 2021 mendatang. Hal ini menjadi pembicaraan hangat lantaran bisa memengaruhi perekonomian banyak negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.

Tapering off sendiri adalah pengurangan stimulus moneter yang dikeluarkan bank sentral saat perekonomian sedang terancam dan membutuhkan banyak suntikan dana likuiditas.

Hal ini dilakukan The Fed dengan mengurangi ukuran program pembelian obligasi yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (Quantitative Easing/QE).

Pada umumnya, indikator pengukur kapan tapering off dilaksanakan adalah ketika inflasi mengalami keseimbangan, tingkat pengangguran menuju normal, hingga pemulihan tingkat kredit atau pinjaman yang menandakan ekonomi mulai aktif kembali.

1. Indonesia pernah terpukul oleh tapering off The Fed pada 2013

Bagaimana Dampak Tapering Off Akhir Tahun Ini kepada Indonesia?Ilustrasi Kurs Rupiah. (IDN Times/Aditya Pratama)

Pada 2013 silam, Indonesia pernah mengalami pukulan berat akibat tapering off The Fed. Tapering off kala itu berhasil memicu taper tantrum atau sebuah keadaan gejolak pasar keuangan ketika The Fed mengetatkan kebijakan moneternya.

Investasi asing yang saat itu mendominasi pasar modal Indonesia pun menarik uang mereka dan memutuskan untuk menaruh dana di pasar modal Amerika Serikat karena dianggap lebih menarik.

"Tidak dapat dipungkiri dampak tapering off tahun 2013 silam berimbas cukup kuat terhadap perekonomian Indonesia, di mana salah satu penyebabnya adalah cukup tingginya arus dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia dari kebijakan Quantitative Easing setelah krisis keuangan 2008 dan Current Account Deficit (CAD) pada tahun 2013 yang mencapai lebih dari 3 persen dari pertumbuhan ekonom," ujar CEO/Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Jumat (24/9/2021).

Efeknya, rupiah yang sempat berada di bawah Rp10.000 per dolar AS anjlok hingga ke level Rp12.000 per dolar AS diikuti jatuhnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 4.200 di akhir 2013 dari sebelumnya yang berada di level 5.200.

Efek kebijakan tersebut bahkan berdampak panjang pada tren pelemahan rupiah hingga melewati Rp14.000 per dolar di 2015.

Baca Juga: BI Jamin Dampak Tapering The Fed Tak Separah 2013

2. Indonesia jadi 1 dari 10 negara yang diprediksi terdampak tapering off tahun ini

Bagaimana Dampak Tapering Off Akhir Tahun Ini kepada Indonesia?Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebuah riset yang dipublikasikan oleh Nomura Research Institute menunjukkan bahwa Indonesia masuk ke dalam daftar 10 negara rentan terdampak tapering off tahun ini.

Indonesia masuk dalam daftar tersebut bersama dengan Brasil, Kolombia, Chili, Peru, Hungaria, Rumania, Turki, Afrika Selatan, dan Filipina.

Sebelumnya, Nomura juga memasukkan Indonesia ke dalam daftar lima negara berkembang rentan selama taper tantrum di 2013 bersama Brasil, India, Afrika Selatan, dan Turki.

Nomura menyebutkan penyebab rentannya 10 negara tersebut adalah kombinasi dari pertumbuhan ekonomi yang lemah, inflasi yang meningkat, dan berkurangnya kekuatan fiskal. Situasi di negara-negara berkembang yang menunjukkan inflasi lebih tinggi daripada suku bunga juga menjadi sumber kerentanan.

3. Bagaimana dengan kemungkinan dampak tapering off The Fed tahun ini?

Bagaimana Dampak Tapering Off Akhir Tahun Ini kepada Indonesia?Ilustrasi cadangan devisa. (IDN Times/Arief Rahmat)

Johanna pun menyampaikan pandangannya terkait kemungkinan dampak tapering off The Fed tahun ini terhadap perekonomian Indonesia.

Johanna meyakini bahwa dampak tapering off 2021 terhadap perekonomian Indonesia tidak akan sebesar delapan tahun lalu.

Keyakinan tersebut disampaikannya lantaran adanya optimisme yang disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo terkait dampak tapering off The Fed tahun ini.

"Secara keseluruhan, dampak tapering off The Fed diprediksi tidak akan seberat 2013. Pertama, The Fed sudah sangat transparan dalam hal komunikasi khususnya prospek ekononomi seperti inflasi dan penggangguran, termasuk terkait rencana tapering off yang akan dilakukan tahun ini," kata Johanna.

Kedua, lanjut dia, kondisi makro-ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan 2013. Hal itu tercermin melalui cadangan devisa yang cukup tinggi mencapai 137,4 miliar dolar AS pada Juli 2021.

Angka cadangan devisa ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada Juni 2013 yang hanya mencapai 98,1 miliar dolar AS.

Johanna pun mendukung pemerintah dan BI sebagai regulator untuk mengantisipasi dampak tapering off dari jauh–jauh hari termasuk kesiapan untuk melakukan intervensi.

"Seperti intervensi di pasar spot hingga pembelian SBN di pasar sekunder jika pihak asing melepas kepemilikan SBN mereka. Dengan adanya persiapan yang lebih matang, semoga dampak tapering off kali ini terhadap depresiasi rupiah masih berada dalam tahap yang wajar," ujar dia.

4. Kapan tapering off tahun ini terjadi?

Bagaimana Dampak Tapering Off Akhir Tahun Ini kepada Indonesia?Federal Reserve (Website/https://blog.gao.gov/)

Sementara itu, pengamat ekonomi AS sebelumnya memperkirakan bahwa tapering off The Fed tahun ini akan terjadi paling cepat pada 21-22 September.

Namun, belakangan hal tersebut mereka revisi dan memperkirakan tapering off bakal terjadi pada pada November atau Desember 2021 imbas dari ketidakpastian yang ditimbulkan COVID-19 varian Delta dan masih tingginya tingkat pengangguran di AS.

"Ini membuat The Fed dalam mode 'wait and see' pada rapat perumusan kebijakan mereka di September. Jangka waktu ini bisa saja lebih lama dari yang diperkirakan banyak orang, tergantung dampak varian Delta dan pencapaian vaksinasi," ujar Kepala Ekonom Grant Thornton LLP, Diane Swonk.

Baca Juga: Pede Inflasi AS Moderat, The Fed Belum Akan Ubah Kebijakan

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya