Begini Cerita Bos Pertamina soal Permukiman Warga Dekat Depo Plumpang

Jarak antara Depo Plumpang dan permukiman hanya 5 meter

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengungkapkan bagaimana awalnya Depo atau Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang, Koja, Jakarta Utara bisa berada dekat dengan permukiman warga.

Di depan Komisi VI DPR, Nicke menjelaskan bahwa pada 1971 Pertamina membeli lahan seluas 1.534.510 meter persegi yang digunakan untuk Integrated Terminal Jakarta dan di dalamnya terdapat Depo Plumpang.

Lahan tersebut dibeli Pertamina dari PT MASTRACO kala itu dengan harga Rp541 juta.

"Saat itu 72 hektare digunakan untuk operasional Pertamina dan kosong sekitar 82 hektare di sekitar TBBM Plumpang," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Selasa (14/3/2023).

Baca Juga: Bos Pertamina Tegaskan Depo Plumpang Tidak Bisa Direlokasi

1. Masyarakat mulai bermukim awal 80-an

Begini Cerita Bos Pertamina soal Permukiman Warga Dekat Depo Plumpang(IDN Times/Margith Juita Damanik)

Kondisi tersebut kemudian berubah pada medio 80-an. Menurut Nicke, masyarakat mulai bertempat tinggal di dekat Depo Pertamina Plumpang pada awal tahun tersebut.

"Masyarakat mulai mendekat itu di akhir 1980-an dan di hari ini bisa dilihat begitu padatnya hingga rumah-rumah masyarakat menempel di dinding pembatas terminal Plumpang," tutur Nicke.

Berdasarkan data yang dipaparkan Nicke, pada 2017 silam saat Pertamina melakukan inventaris, ada 34.707 orang dengan 9.234 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di dekat Depo Plumpang. Angka itu diprediksi telah bertambah lebih banyak saat ini.

Baca Juga: Dirut Pertamina Ungkap Kebakaran Depo Plumpang Bukan dari Tangki

2. Pembangunan buffer zone jadi hal penting yang mesti dilakukan Pertamina

Begini Cerita Bos Pertamina soal Permukiman Warga Dekat Depo PlumpangJarak depo Pertamina Plumpang dengan permukiman warga hanya 5 meter. (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Atas dasar hal tersebut, Nicke pun menilai pembangunan buffer zone alias zona jarak antara depo dan kilang dengan area permukiman jadi hal penting dilakukan oleh Pertamina.

"Agar semua aman, masyarakat aman, operasional BBM aman maka pembangunan buffer zone suatu hal urgent untuk dilakukan," kata Nicke.

Adapun saat ini jarak antara Depo Pertamina Plumpang dan permukiman warga terlalu dekat, yakni sekitar lima meter.

Baca Juga: Pertamina Rogoh Rp1,72 Miliar Bantu Korban Kebakaran Depo Plumpang

3. Relokasi Depo Plumpang tidak bisa dilakukan

Begini Cerita Bos Pertamina soal Permukiman Warga Dekat Depo PlumpangFoto udara permukiman penduduk yang hangus terbakar dampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jalan Koramil, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta, Sabtu (4/3/2023). Kejadian tersebut merenggut 14 nyawa warga dan melukai puluhan lainnya. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Berkaitan dengan hal tersebut, Nicke menegaskan tidak mungkin merelokasi Depo Pertamina Plumpang karena akan berisiko terhadap pasokan bahan bakar minyak (BBM) secara nasional.

"Area ini sama-sama kita tahu menyuplai 790 SPBU dan covering 19 kabupaten/kota. Tidak mudah serta merta kita pindahkan (Depo Plumpang) bahwa ini menyumbang 15 persen stok (BBM) nasional," tutur Nicke.

Lebih lanjut Nicke menambahkan, Depo Pertamina Plumpang jadi bagian dari value chain Pertamina secara keseluruhan. Jika Depo Pertamina Plumpang tiba-tiba dipindah dan dihentikan operasinya maka value chain tersebut bakal terganggu dan berisiko lebih tinggi.

"Kalau tiba-tiba off, ini akan mengganggu value chain dan distribusi," ujar Nicke.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya