BPS: Tingkat Kepatuhan Prokes di Luar Jawa-Bali Memprihatinkan

63 persen belum patuh menggunakan double masker

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil survei perilaku masyarakat pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat selama periode 13-20 Juli 2021.

Survei tersebut dilakukan terhadap 212.762 responden dengan metode non probability sampling atau snowball.

"Sehingga tidak menggambarkan perilaku masyarakat secara keseluruhkan, melainkan hanya mewakili orang-orang yang berpertisipasi dalam sensus online BPS ini," kata Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam konferensi pers virtual, Senin (2/8/2021).

Baca Juga: COVID-19 Meledak, Satgas: Tingkat Kepatuhan Protokol Kesehatan Turun

1. Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan

BPS: Tingkat Kepatuhan Prokes di Luar Jawa-Bali MemprihatinkanSidang pelanggar protokol kesehatan di Jombang. IDN Time/Dok.Zainul Arifin

Margo menyampaikan, berdasarkan hasil survei tersebut dapat diperoleh data bahwa masyarakat relatif patuh melaksanakan protokol kesehatan selama PPKM Darurat berlangsung.

"Secara umum kalau dilihat bahwa tingkat kepatuhan masyarakat sudah cukup baik, misal sebanyak 88,6 persen responden patuh pakai masker, mencuti tangan pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer 74,8 persen, menjaga jarak 66,7 persen, dan menghindari kerumunan sebesar 78,5 persen," ujar dia.

Sedangkan, lanjut Margo, penggunaan double masker yang juga merupakan imbauan pemerintah karena varian baru COVID-19, tingkat kepatuhannya relatif lebih rendah hanya 54,5 persen.

Di Jawa-Bali, presentasenya tidak jauh berbeda. Responden yang menggunakan masker dan double masker berturut-turut adalah 90,5 persen dan 61,4 persen.

Kemudian, cuci tangan menggunakan sabun atau menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan berturut-turut 76,6 persen, 71,1 persen, dan 82,3 persen.

"Untuk wilayah luar Jawa-Bali, tingkat kepatuhan terhadap prokes masih cukup memprihatinkan, misalnya sekitar 63 persen responden belum patuh dalam memakai dua masker, 35 persen belum mematuhi mencuci tangan dengan sabun/sanitizer, 44 persen belum mematuhi dalam menjaga jarak minimal dua meter, dan 31 persen belum mematuhi dalam menghindari kerumunan," tutur Margo.

Baca Juga: Kepatuhan Protokol Kesehatan dan Kinerja Posko Perlu Didorong

2. Perasaan dan respons responden terhadap pelanggar protokol kesehatan

BPS: Tingkat Kepatuhan Prokes di Luar Jawa-Bali MemprihatinkanPetugas Satpol PP memberikan imbauan protokol kesehatan bagi warga yang berolah raga di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/6). (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Survei online BPS juga meneliti tentang perasaan dan respons para respondeng terhadap pelanggar protokol kesehatan.

Sebanyak 69,5 persen responden mengaku tidak suka ketika melihat orang di sekitarnya melanggar protokol kesehatan.

Kemudian, sebanyak 18,4 persen mengaku marah, 10,8 persen biasa saja, dan hanya 1,3 persen yang merasa tidak peduli jika orang di sekitarnya melanggar protokol kesehatan.

Di sisi lain, sebanyak 70,2 persen responden mengaku menegur orang-orang di sekitarnya yang melanggar protokol kesehatan. Kemudian diikuti 18,6 persen responden yang justru membiarkan saja orang-orang di sekitarnya melanggar protokol kesehatan.

Sebanyak 7,1 persen memutuskan menceritakan kepada orang lain dan hanya 4,1 persen yang langsung melaporkan ke pengurus wilayah setempat.

"Masyarakat menunjukkan kepedulian terhadap pelanggaran protokol kesehatan yang terjadi di lingkungan sekitarnya," ucap Margo.

3. Partisipasi responden dalam vaksinasi

BPS: Tingkat Kepatuhan Prokes di Luar Jawa-Bali MemprihatinkanIlustrasi Vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Uni Lubis)

BPS juga menemukan data menarik terkait alasan respondennya belum melakukan vaksinasi. Beragam alasan disampaikan oleh 58.349 responden yang belum divaksinasi.

"Masih ada sebagian masyarakat yang belum melakukan vaksinasi karena khawatir dengan efek samping atau tidak percaya efektivitas vaksin atau 20 persen dari responden yang belum melakukan vaksinasi ," kata Margo.

Rinciannya, sebanyak 15,8 persen tidak mau atau khawatir efek samping dari vaksin, kemudian 4,2 persen tidak mau karena tidak percaya dengan efektivitas vaksin.

Lalu, yang paling banyak yakni 32,5 persen belum bisa vaksinasi lantaran faktor kesehatan, ibu hamil, sarana yang sulit dan lain sebagainya.

Kemudian sebanyak 26,3 persen responden mengaku masih mencari lokasi yang menyediakan kuota vaksinasi dan 21,2 persen responden menyatakan sudah terjadwal, tetapi belum waktunya vaksinasi.

Sementara itu, dari 154.413 responden yang sudah divaksinasi, sebanyak 65,3 persen mengaku karena kesadaran pribadi untuk pencegahan, 31,3 persen karena diwajibkan atau diperintahkan oleh tempat kerja/atasan/pemerintah, dan 3,4 persen rekomendasi tenaga kesehatan.

"Kesadaran masyarakat dalam mengikuti program vaksinasi sudah cukup baik, mayoritas responden menyadari bahwa vaksin penting untuk pencegahan diri dari penularan COVID-19," kata Margo.

Baca Juga: Cara Cek Data Vaksinasi COVID-19, Ada Lokasi Vaksinasi Terdekat    

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya