Ekonomi Mulai Pulih, Rupiah Makin Perkasa Terhadap Dolar AS
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan pada pembukaan perdagangan, Selasa (20/4/2021). Rupiah dibuka menguat 32 poin terhadap dolar AS ke level Rp14.515.
Melansir Bloomberg, hingga pukul 10.40 WIB, rupiah terus menguat hingga 64,5 poin atau 0,44 persen ke level Rp14.483 per dolar AS pada pagi ini. Pada perdagangan sebelumnya, mata uang Garuda juga ditutup menguat ke level Rp14.547.
Baca Juga: Ekonomi AS dan Tiongkok Membaik, Rupiah Menguat di Level Rp14.542
1. Rupiah menguat akibat mulai positifnya pemulihan ekonomi
Penguatan yang terjadi pada pembukaan perdagangan hari ini melanjutkan tren baik pada awal pekan kemarin.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuabi dalam keterangan tertulisnya mengatakan, proses pemulihan ekonomi masih berlanjut.
Beberapa indikator mengonfirmasi hal tersebut, seperti Indeks PMI selama tiga bulan terakhir di zona ekspansi. Selain itu, penjualan kendaraan bermotor pada bulan Maret meningkat dipicu kebijakan stimulus pelonggaran PPnBM.
"Diperkirakan demikian juga dengan penjualan properti," ungkapnya.
2. Perbaikan ekonomi AS dan Tiongkok turut menguatkan rupiah
Di sisi lain, Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra menyatakan, perbaikan ekonomi Negeri Paman Sam dan juga rebound pertumbuhan ekonomi Tiongkok hingga 18,3 persen pada kuartal I 2021 turut memperkuat rupiah.
Selain itu, data ekspor Jepang mulai menunjukkan adanya kenaikan.
"Ini membantu memberikan sentimen positif ke pasar," ujarnya.
3. Surplusnya neraca perdagangan Indonesia turut memperkuat rupiah
Selain itu, sentimen positif juga datang dari yield Treasury AS yang bertahan di bawah 1,60 persen di akhir pekan lalu. Dari dalam negeri, surplusnya neraca perdagangan Indonesia di bulan Maret juga bisa membantu penguatan rupiah.
"Tapi di sisi lain, musim dividen yang sudah dimulai di BEI bisa mempengaruhi pelemahan rupiah karena emiten membutuhkan dolar untuk pembayaran dividen," ungkap Ariston.
Baca Juga: Aset Berisiko Kembali Diminati, Rupiah Menguat di Level Rp14.610