Harga Komoditas Melambung, Pemerintah Minta Hilirisasi Dipercepat

Harga komoditas seperti CPO, emas, dan nikel tengah melejit

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengimbau kepada seluruh pemangku kepentingan untuk mempercepat proses hilirisasi pada beberapa komoditas.

Himbauan itu tak terlepas dari meningkatnya harga beberapa komoditas dunia yang cukup tinggi selama tahun ini. Beberapa komoditas tersebut di antaranya adalah minyak kelapa sawit atau CPO, nikel, karet, kopra, dan emas.

"Ini seiring naiknya demand. Dengan kenaikan ini, Indonesia tentu diharapkan bisa memanfaatkan komoditas boom ini dengan hilirisasi agar lebih sustain," ucap Airlangga dalam halalbihalal dan diskusi bersama media secara virtual, Rabu (19/5/2021).

Baca Juga: H-2 Lebaran, DKI Laporkan Kenaikan Komoditas Pangan

1. Pemerintah telah menekankan kebijakan hilirisasi pada komoditas nikel

Harga Komoditas Melambung, Pemerintah Minta Hilirisasi DipercepatIlustrasi peleburan biji nikel (apni.or.id)

Adapun, untuk komoditas nikel, pemerintah telah membuat kebijakan yang mewajibkan adanya hilirisasi dengan menekan ekspor bahan baku. Dengan demikian, nikel produksi dalam negeri harus diekspor dalam bentuk produk jadi terlebih setelah adanya industri smelter berbasis nikel dan baja domestik.

"Ini jadi bagian dari kebijakan hilirisasi di mana sebeulumnya kita hanya ekspor bahan baku dan empat sampai lima tahun ini kita bangun industri berbasis nikel dan baja sehingga sudah mampu ekspor diatas 10 miliar dolar AS dan tentu ini jadi capaian yang baik," jelas Airlangga.

2. Hilirisasi komoditas lain diharapkan mengikuti nikel

Harga Komoditas Melambung, Pemerintah Minta Hilirisasi DipercepatIlustrasi tongkang angkut batu bara. IDN Times/Mela Hapsari

Maka dari itu, Airlangga berharap agar segenap pemangku kepentingan pada komoditas lain seperti alumunium dan batu bara bisa mengikuti apa yang sudah dilakukan pada komoditas nikel.

Pembangunan smelter yang lebih terintegrasi guna memberikan nilai tambah produk tentunya bakal membuat hilirisasi berjalan dengan baik dan menguntungkan.

"Bisa dengan dibangun smelter-smelter, ini tentu memberi kita waktu recovery ekonomi lebih cepat dan khusus sawit, momentum ini akan didorong dari reviatalisasi kebun rakyat dengan program replanting yang terintegrasi dananya dari BPDPKS dan KUR," imbuh Airlangga.

Baca Juga: Uni Eropa Gugat Larangan Ekspor Nikel, Indonesia Maju Terus

3. Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 bisa di atas 7 persen

Harga Komoditas Melambung, Pemerintah Minta Hilirisasi DipercepatIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Di sisi lain, pesatnya harga komoditas di pasar global menjadi salah satu faktor yang memicu optimisme pemerintah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional di atas tujuh persen pada kuartal II 2021.

Hal itu membuat aktivitas impor dan ekspor yang dilakukan Indonesia mengalami perbaikan seiring dengan melonjaknya permintaan dari negara-negara dengan basis ekonomi kuat seperti AS dan Tiongkok. Namun, pertumbuhan ekonomi nasional di atas tujuh persen tetap harus diiringi dengan positifnya pertumbuhan ekonomi di daerah.

Untuk saat ini, beberapa pulau di Indonesia masih mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Sebut saja Sumatra yang masih minus 0,86 persen, kemudian Jawa minus 0,83 persen, dan Kalimantan minus 2,23 persen. Pertumbuhan ekonomi positif hanya dirasakan dua pulau, yakni Sulawesi sebesar 1,2 persen dan Papua sebesar 8,97 persen.

"Pertumbuhan ekonomi ini antara lain juga didorong oleh kenaikan harga komoditas, seperti misalnya komoditas sawit, karet, nikel, kopra, dan batu bara," imbuh Airlangga.

Baca Juga: Jokowi Pede Pertumbuhan Ekonomi Bisa 7 Persen Lebih, Ini Alasannya

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya