IMF: Larangan Ekspor Memperparah Krisis Pangan Dunia

Jumlah orang yang rawan pangan akut mencapai 345 juta

Nusa Dua, IDN Times - Managing Director International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva, menyebutkan krisis pangan yang terjadi di dunia saat ini semakin parah karena adanya larangan ekspor yang dilakukan oleh berbagai negara.

Pernyataan itu disampaikan Kristalina dalam High Level Seminar G20 Indonesia: Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).

"Lebih buruk lagi, sekitar 25 negara telah bereaksi terhadap harga pangan yang lebih tinggi dengan mengadopsi pembatasan ekspor yang memengaruhi lebih dari 8 persen perdagangan pangan global," ujar Kristalina.

Tak heran jika kemudian data World Food Programme (WFP) menunjukkan bahwa jumlah orang yang rawan pangan akut meningkat jadi 345 juta di 82 negara.

1. Krisis pangan juga ditimbulkan oleh kenaikan harga pupuk

IMF: Larangan Ekspor Memperparah Krisis Pangan DuniaIlustrasi Kenaikan (IDN Times/Arief Rahmat)

Kristalina menambahkan, kenaikan harga pupuk sebanyak dua kali lipat selama setahun belakangan telah menyulitkan respons untuk ketersediaan pasokan makanan.

Di sisi lain, pasokan pangan global yang terus mengalami peningkatan selama satu dekade terakhir, dinilai Kristalina perlu dilepaskan guna menurunkan harga.

"Semua ini terjadi pada saat ruang fiskal untuk tindakan pemerintah sudah sangat dibatasi setelah pandemik COVID-19. Di luar jangka pendek, perubahan iklim secara struktural memengaruhi produktivitas pertanian di banyak negara," ucap dia.

Baca Juga: IMF Sebut Mata Uang Digital Bank Sentral Gak Ada Untungnya

2. Solusi krisis pangan dari Menkeu AS

IMF: Larangan Ekspor Memperparah Krisis Pangan DuniaMenteri Keuangan AS, Janet Yellen dalam Side Event G20: High Level Seminar on Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity di Bali Nusa Dua Convention Center. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Sebelumnya, Menteri Keuangan Amerika Serikat (Menkeu AS), Janet Yellen, mengungkapkan solusi bagi negara-negara di dunia untuk mengatasi krisis pangan yang terjadi saat ini.

Seperti diketahui, perang antara Rusia dan Ukraina menjadi pemicu utama krisis pangan dunia saat ini. Tak heran hal tersebut membuat banyak pemimpin negara mesti menyiapkan banyak strategi, guna menghindarkan rakyatnya dari krisis dan kelaparan.

Janet menyarankan skema pemberian bantuan langsung tunai (BLT) kepada keluarga yang membutuhkan daripada subsidi. Menurut Janet, pemberian BLT lebih efektif ketimbang subsidi.

"Jika memungkinkan, menargetkan dukungan (pemberian BLT) secara hati-hati bagi rumah tangga yang rentan," kata Janet.

3. BLT tidak memberatkan fiskal

IMF: Larangan Ekspor Memperparah Krisis Pangan DuniaIlustrasi pembagian BLT di Klungkung. (IDNTimes/WayanAntara)

Selain lebih efektif, pemberian BLT juga tidak akan memberatkan fiskal suatu negara. Sebaliknya, subsidi kepada seluruh masyarakat hanya akan menambah beban bagi fiskal sebuah negara.

"Pemerintah harus menyesuaikan respons fiskal untuk mereka yang paling membutuhkan bagi rumah tangga yang rentan daripada menggunakan subsidi menyeluruh yang mahal," ucap Janet.

Baca Juga: Solusi Krisis Pangan Menkeu AS: Berikan BLT, Bukan Subsidi

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya