Kasus COVID-19 Makin Gila, Rupiah Keok ke Level Rp14.427

Rupiah makin tertekan terhadap dolar AS

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah masih belum bisa melawan keperkasaan dolar Amerika Serikat. Kurs rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan awal pekan, Senin (21/6/2021).

Mengutip Bloomberg, mata uang Garuda ditutup melemah 52 poin atau 0,37 persen pada level Rp14.427 per dolar AS, dibandingkan penutupan pada hari sebelumnya, Jumat (18/6/2021) yang berada di level Rp14.375.

Kurs rupiah sendiri dibuka melemah tipis pada perdagangan Senin pagi, yakni pada level Rp14.390 per dolar AS.

Baca Juga: Awal Pekan, Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp14.390 per Dolar AS

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Kasus COVID-19 Makin Gila, Rupiah Keok ke Level Rp14.427Kurs rupiah terhadap dolar (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Sementara itu, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada Senin (21/6/2021), nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp14.453.

Angka ini lebih tinggi dari kurs rupiah pada Jumat (18/6/2021) yang ada di level Rp14.403 per dolar AS.

Sebelumnya pada penutupan perdagangan Jumat (18/6/2021) sore, kurs rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen pada level Rp14.375 per dolar AS.

2. Penguatan dolar AS imbas dari rumor The Fed yang bakal mempercepat kenaikan tingkat suku bunga acuan

Kasus COVID-19 Makin Gila, Rupiah Keok ke Level Rp14.427Ilustrasi dolar AS (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuabi menyatakan bahwa penguatan dolar terhadap rupiah dan mata uang negara lainnya disebabkan oleh berbagai keputusan atas kebijakan yang diambil oleh The Fed.

"Keputusan terbaru The Fed yang diturunkan selama minggu sebelumnya, mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga dan pengurangan aset dapat dimulai lebih cepat dari yang diharapkan," kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Senin sore.

Ibrahim menambahkan, dari 18 orang dewan kebijakan The Fed, sebanyak 13 di antaranya memperkirakan bahwa suku bunga akan naik pada 2023 dibandingkan enam bulan sebelumnya.

3. Lonjakan kasus COVID-19 sebabkan tekanan terhadap rupiah

Kasus COVID-19 Makin Gila, Rupiah Keok ke Level Rp14.427Ilustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, penyebab pelemahan rupiah pada pembukaan dan penutupan perdagangan hari ini tak terlepas dari aktivitas pelaku pasar yang mulai mencermati perkembangan varian baru COVID-19 yang terus meningkat.

DKI Jakarta menjadi wilayah dengan lonjakan kasus COVID-19 terbesar atau berkontribusi terhadap 20 persen dari seluruh kasus COVID-19 di seluruh Indonesia. Hal itu pun berimbas pada diberlakukannya pembatasan kegiatan sosial di Jakarta, yakni maksimal hingga pukul 9 malam dan berkumpul tidak lebih dari lima orang.

"Saat aktivitas dan mobilitas masyarakat dibatasi, maka 'roda' ekonomi bakal sulit berputar kencang. Apalagi kalau sampai lockdown, bisa berhenti sama sekali. Oleh karena itu, perekonomian masih diliputi oleh risiko yang sangat tinggi. Lonjakan kasus corona yang mungkin direspons dengan pembatasan kegiatan masyarakat akan membuat ekonomi 'mati suri', ungkap Ibrahim.

Ibrahim pun memproyeksikan kurs rupiah bakal dibuka fluktuatif pada perdagangan esok hari atau Selasa (22/6/2021).

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.410-Rp14.460," sambung Ibrahim.

Baca Juga: Jangan Bingung, Begini Cara Membedakan Uang Asli dan Palsu

Topik:

  • Anata Siregar
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya