Luhut: Indonesia Masih Kredibel Jadi Lokasi Investasi Negara Lain

Meskipun pertumbuhan ekonomi Q1 2021 belum sesuai harapan

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2021 masih belum seperti yang diharapkannya.

Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I 2021 tercatat masih mengalami kontraksi atau tepatnya minus 0,76 persen. Luhut mengakui, kendati masih kontraksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mulai mengalami perbaikan.

"Pertumbuhan ekonomi sudah mulai perbaikan di Q4 2020 walaupun kita lihat pada Q1 ini msh ada kontraksi 0,7 persen, tapi terus membaik. Ya kita berharap tadinya bisa lebih bagus, tapi belum sebaik yang kita harapkan," jelas Luhut dalam Indonesia Investment Forum 2021 yang diinisiasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Inggris, Kamis (27/5/2021).

Baca Juga: Luhut Beberkan Rencana Pemerintah Pensiunkan Pembangkit Batu Bara 

1. Indonesia masih kredibel sebagai negara tujuan investasi

Luhut: Indonesia Masih Kredibel Jadi Lokasi Investasi Negara LainIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Seiring dengan perbaikan terhadap pertumbuhan ekonomi, Luhut juga meyakini bahwa Indonesia sudah dan masih siap untuk menjadi destinasi investasi dari luar negeri.

Hal itu disampaikannya dengan berkaca melalui rating utang Indonesia di mata dunia yang tidak mengalami downgrade alias penurunan.

"Rating sovereign bond Indonesia itu stabil di krisis yang menyebabkan downgrade di banyak negara, artinya apa? Negara-negara luar itu masih melihat Indonesia sebagai negara yang kredibel untuk investasi, kalau kita lihat itu Fitch, S&P, dan Moody's masih memberikan stabil," jelas Luhut.

Padahal, sambung dia, ketiga pemberi rating utang tersebut sudah men-downgrade beberapa negara akibat pandemik COVID-19, seperti Italia, Meksiko, dan Afrika Selatan.

Baca Juga: Genjot Investasi Masuk, Menteri Investasi: Izin Sudah Tidak Dipersulit

2. Investasi langsung asing masih terjaga

Luhut: Indonesia Masih Kredibel Jadi Lokasi Investasi Negara LainIDN Times/ Helmi Shemi

Senada dengan Luhut, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan investasi langsung asing alias foreign direct investment (FDI) masih terjaga.

Lagi-lagi, pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih baik ketimbang negara-negara lain di Asia Tenggara menjadi penyebab masih banyaknya investasi negara lain di Indonesia.

"Dalam konteks itu tahun 2020 terkait realisasi investasi itu totalnya Rp827 triliun, di mana FDI kita turunnya tidak terlalu besar, hanya sekitar tidak lebih dari 10 persen. Dengan demikian, maka kepercayaan dunia terhadap Indonesia untuk investasi masih terjaga," terang Bahlil dalam kesempatan yang sama.

Untuk itu, Bahlil kembali mengundang negara-negara lain, khususnya negara-negara Eropa untuk mulai menanamkan modalnya di Indonesia.

Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah menjadi andalan Bahlil untuk mengundang negara-negara lain untuk segera berinvestasi di Indonesia.

"Kita punya harapan besar, optimisme bahwa Indonesia jadi negara tujuan investasi, kenapa? Karena SDA kita luar biasa, SDA baik dari perikanan, pertambagan, kehutanan. Kemudian kita juga mulai membangun green energy, membangun power plant tenaga air yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri," ungkap Bahlil.

3. Bank Indonesia (BI) ajak investor luar negeri untuk berinvestasi di RI

Luhut: Indonesia Masih Kredibel Jadi Lokasi Investasi Negara LainANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Undangan kepada negara-negara lain untuk mulai berinvestasi di Indonesia pun disampaikan oleh pihak lain, di luar pemerintahan, yakni Gubernur BI Perry Warjiyo.

"Ada satu pesan yang mau saya sampaikan, ayo investasi di Indonesia! Ini adalah waktu yang sangat tepat karena Indonesia sudah mulai pulih akibat COVID-19 dan sudah dalam jalur untuk mengembalikan pemulihan pertumbuhan ekonomi," tegas Perry.

Perry pun kemudian mengungkapkan tiga alasan mengapa negara-negara lain perlu berinvestasi di Indonesia sekarang ini.

Pertama adalah terkait optimisme pemulihan ekonomi Indonesia yang selalu digaungkan oleh pemerintah. Kedua, kebijakan koordinasi yang sangat kuat antara pemerintah, BI, dan juga investor dan alasan ketiga adalah digitalisasi yang begitu terakselerasi di Indonesia.

Baca Juga: Gubernur BI: Ada 3 Alasan Investor Eropa Harus Investasi di Indonesia!

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya