Merger GoTo-Grab Dinilai Berpotensi Monopoli Pasar, Bisakah Dilarang?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Grab yang diisukan merger dinilai berpotensi menimbulkan monopoli pasar angkutan sewa khusus yang ada di Indonesia. Potensi itu muncul karena keduanya memiliki pangsa pasar yang sangat besar di dalam negeri.
Director of Digital Economy Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda mengatakan bahwa atas potensi tersebut maka sudah sepantasnya merger GoTo dan Grab tidak boleh dilakukan.
"Dengan pangsa pasar yang besar, lebih dari 80 persen dikuasai oleh Gojek-Grab di Indonesia, maka merger ini bisa menghasilkan pemain tunggal dominan. Harusnya tidak diperbolehkan untuk merger antara Gojek-Grab karena pada jangka waktu tertentu pasti konsumen yang akan dirugikan. Mereka bisa jadi price setter. Konsumen tidak punya kekuatan lagi," tutur Huda saat dihubungi IDN Times, Selasa (13/2/2024).
Baca Juga: Saham GOTO Naik 2,38 Persen Tersengat Isu Merger dengan Grab
1. Potensi merger GoTo dan Grab
Huda pun kemudian mengungkapkan, potensi merger GoTo dan Grab terbilang kecil mengingat GoTo baru mendapatkan suntikan dana akibat akusisi TikTok terhadap Tokopedia beberapa waktu lalu.
Kendati begitu, merger antara kedua startup raksasa itu masih bisa terjadi dengan tujuan memperkuat pangsa pasar di regional Asia Tenggara.
"Secara cashflow seharusnya GoTo tidak ada masalah karena baru ada suntikan dana dari TikTok. Namun, memungkinkan juga gabung untuk memperkuat pangsa pasar dari keduanya, terutama di Asia Tenggara," kata Huda.
2. GoTo dan Grab bahas kembali kemungkinan merger
Editor’s picks
Isu merger antara GoTo dan Grab kembali menyeruak pekan lalu. Berdasarkan laporan Bloomberg yang dikutip dari Tech In Asia, GoTo dan Grab membuka kembali pembicaraan untuk merger setelah pertama kali dilakukan empat tahun lalu.
Menurut sumber yang tidak mau disebutkan namanya, GoTo dan Grab tengah dalam tahap pembicaraan mengenai opsi yang dipilih untuk merger. Salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah Grab mengakuisisi GoTo menggunakan uang tunai, saham, atau bahkan keduanya.
GoTo pun disebut semakin terbuka dengan rencana merger tersebut setelah penunjukkan Patrick Walujo sebagai CEO tahun lalu.
3. Respons GoTo dan Grab
Kendati demikian, baik GoTo maupun Grab sama-sama enggan mengonfirmasi perihal rumor tersebut. GoTo bahkan secara tegas menyatakan tidak dalam posisi mendiskusikan kemungkinan merger dengan Grab.
"Kami tidak mengomentari rumor yang beredar di pasar. Saat ini tidak ada diskusi terkait hal tersebut," kata Head of Corporate Communications GoTo, Sinta Setyaningsih saat dihubungi IDN Times, Senin (12/2/2024).
Sementara itu, Grab pun enggan mengonfirmasi kebenaran rumor yang beredar tersebut.
"Kami tidak berkomentar mengenai rumor atau spekulasi yang beredar," ujar Chief Communications Officer Grab Indonesia, Mayang Schreiber.
Baca Juga: Investasi di GoTo, TikTok Kuasai 75 Persen Saham Tokopedia