Ogah Terus-terusan Bakar Duit, Bukalapak Fokus Cari Untung

Bukalapak bakal melantai di BEI pada 6 Agustus 2021

Jakarta, IDN Times - Presiden Direktur PT Bukalapak.com Tbk, Rachmat Kaimuddin, Jumat (9/7/2021) menegaskan, tak ingin terus menerus membakar uang demi menumbuhkan bisnis Bukalapak. Kini, saatnya mencari untung.

"Banyak yang bilang kalau mau (bisnis) gede, bakar-bakar duit terus, tetapi di Bukalapak gak begitu," kata Rachmat, dalam konferensi pers virtual.

1. Bukalapak fokus menghasilkan profit

Ogah Terus-terusan Bakar Duit, Bukalapak Fokus Cari UntungIlustrasi e-commerce. IDN Times/Helmi Shemi

Bukalapak, kata Rachmat, justru ingin fokus memperbesar bisnis dengan memperbaiki keuntungan perseroan sehingga pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan dapat terwujud.

Adapun, salah satu cara untuk meraih hal tersebut adalah dengan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang rencananya bakal dilakukan Bukalapak pada 6 Agustus 2021.

"Go public ini harapannya agar lebih banyak masyarakat Indonesia ikut punya atau memiliki Bukalapak, kemudian menjaga dan mengawasi Bukalapak sebagai perusahaan yang terus punya good corporate governance dan tetap bertumbuh," kata Rachmat.

Baca Juga: Bukalapak Jadi Startup Unicorn Pertama yang Melantai di Bursa Efek

2. Pendapatan Bukalapak terus bertumbuh

Ogah Terus-terusan Bakar Duit, Bukalapak Fokus Cari UntungIlustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Ucapan Rachmat sejalan dengan raihan pertumbuhan pendapatan Bukalapak. Pada 2020, Bukalapak sukses membukukan pendapatan hingga Rp1,35 triliun.

Capaian itu lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 yang hanya Rp1,07 triliun. Pendapatan yang diperoleh Bukalapak selama 2019 dan 2020 cenderung tumbuh signifikan mengingat pendapatan perseroan pada 2018 hanya Rp292 miliar.

"Dari 2018 hingga 2020, rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) pendapatan perseroan mencapai 115 persen," ujar Rachmat.

Selain pendapatan, jumlah transaksi yang didapat Bukalapak pun terus bertumbuh. Selama 2020, Bukalapak mencatat transaksi senilai Rp85,08 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode 2019 dan 2018 yang masing-masing Rp57,39 triliun dan Rp28,34 triliun.

Sementara itu, Bukalapak juga terus memperbaiki pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA ada di kisaran Rp1 triliun.

Sebelumnya pada 2020, EBITDA Bukalapak tercatat minus Rp1,67 triliun, kemudian minus Rp2,68 triliun pada 2019, dan minus Rp2,22 triliun pada 2018.

3. Bukalapak masih merugi lebih dari Rp1 triliun

Ogah Terus-terusan Bakar Duit, Bukalapak Fokus Cari UntungIlustrasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Di sisi lain, Bukalapak masih mencatat kerugian senilai Rp1,3 triliun pada tahun lalu. Namun, angka tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan kerugian yang mereka alami pada 2019 sebesar Rp2,8 triliun dan Rp2,2 triliun pada 2018.

Bukalapak juga masih menanggung beban cukup berat yakni Rp1,4 triliun yang digunakan untuk urusan umum dan administrasi. Sementara, beban pokok pendapatan Bukalapak tercatat sebesar Rp123 miliar dan beban lainnya sekitar Rp48 miliar.

Beban-beban tersebut membuat Bukalapak mengalami rugi usaha hingga Rp1,8 triliun.

Baca Juga: Harga IPO Rp750-Rp850 per Saham, Bukalapak Bakal Raup Rp22 Triliun

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya