Pemerintah Mengklaim Porsi Utang Masih Aman meski Terus Meningkat

Angka utang Indonesia per Agustus 2021 Rp6.625,43 triliun

Jakarta, IDN Times - Porsi utang Indonesia hingga Agustus 2021 telah mencapai 40,84 persen dari produk domestik bruto (PDB) nasional. Hal itu sejalan dengan kenaikan angka utang tersebut menjadi sebesar Rp6.625,43 triliun hingga periode tersebut.

Namun, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu melihat utang tersebut masih dalam posisi aman, kendati ada kemungkinan porsinya terhadap PDB juga ikut naik ke level 41 persen atau 42 persen.

"Nah utang, tentunya aman. (Rasio utang) Kita naik dari 29 persen ke 39 persen di tahun 2020. Mungkin akan naik sedikit ke 41 persen atau 42 persen, tetapi setelah itu kita akan melakukan fiscal dispilin yang kemudian akan membawa defisit kita di bawah level tiga persen dan itu akan membuat level utang kita nggak akan naik lagi," tutur Febrio, dalam Taklimat Media, Jumat (1/10/2021).

Baca Juga: Utang Luar Negeri RI ke China Turun, Pengamat: Jangan Senang Dulu

1. Pemerintah bertekad menjaga disiplin fiskal

Pemerintah Mengklaim Porsi Utang Masih Aman meski Terus MeningkatIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Disiplin fiskal menjadi kunci bagi pemerintah untuk kembali ke defisit fiskal di bawah tiga persen pada 2023 mendatang. Hingga Agustus 2021, defisit fiskal ada di level 2,32 persen dari PDB nasional.

Rekam jejak selama bertahun-tahun menjaga defisit fiskal di bawah tiga persen, membuat Febrio yakin bahwa Indonesia bisa kembali ke level tersebut dua tahun mendatang. Bahkan, sambung Febrio, jika tidak ada pandemik COVID-19 yang menyerang dunia maka defisit tersebut hanya 1,7 persen dari PDB Indonesia.

"Apakah kita mampu? Kenyataannya kita mampu dengan melihat trajectory yang mengarah ke sana sangat kuat. Di tahun 2023 kita melihat peluang untuk bisa menurunkan defisit kita di bawah tiga persen. Ini artinya kita akan kembali ke disiplin fiskal yang seperti biasanya," tutur Febrio.

Baca Juga: Sri Mulyani: RI Harus Waspadai Dampak Evergrande dan Batas Utang AS 

2. Disiplin fiskal jadi rahasia perekonomian dan APBN yang sehat

Pemerintah Mengklaim Porsi Utang Masih Aman meski Terus MeningkatIlustrasi APBN (IDN Times/Arief Rahmat)

Dengan menerapkan disiplin fiskal, kondisi perekonomian dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) menjadi sehat.

Febrio menyampaikan, upaya pemerintah menjaga displin fiskal di bawah tiga persen dan bahkan di bawah dua persen selama bertahun-tahun hingga 2019 kemarin telah membuat investor percaya dan ranking Indonesia terus mengalami perbaikan.

"Janji itu, komitmen itu, dan ini kredibel janjinya. Pasar melihat, investor melihat betapa kredibelnya janji ini dan itu akan terus mengangkat kredibilitas pemerintah Indonesia di mata investor, mengangkat kredibilitas perekonomian Indonesia di mata dunia. Inilah yang membuat kita yakin bahwa perekonomian yang sudah kita kelola dengan baik, fiskal yang dikelola sungguh-sungguh itu akan menjadi modal bagi kita," papar dia.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Tembus Rp5.917 Triliun per Juli 2021

3. Hanya pandemik COVID-19 yang membuat defisit fiskal membengkak

Pemerintah Mengklaim Porsi Utang Masih Aman meski Terus MeningkatIlustrasi rugi (IDN Times/Arief Rahmat)

Di sisi lain, pandemik COVID-19 telah membuat defisit fiskal Indonesia mengalami lonjakan hingga 6,1 persen. Itu juga seiring dengan pertambahan utang yang dibuat pemerintah guna membiayai anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Kendati begitu, defisit fiskal 6,1 persen yang dialami Indonesia masih lebih baik ketimbang negara lain yang mengalami defisit hingga double digit.

"Banyak negara ketika melakukan countercyclical policy di fiskalnya pada 2020 merespon deng defisit yang double digit. Ada yang 15 persen, 11 persen, dan kita menjaga di 6,1 persen realsiasnya. Ini artinya kita tahu kita butuh, tetapi kita tidak ugal-ugalan, kita jaga benar, kita hitung benar berapa yang kita butuhkan untuk menjaga stabilitas perekonomian kita," ucap Febrio.

Hasilnya, sambung Febrio, tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang negatifnya hanya 2,1, sedangkan banyak negara yang minus tujuh persen, minus delapan persen, dan bahkan ada yang minus double digit pertumbuhannya.

"Jadi kita berhasil melakukan countercyclical yang sangat kuat, tetapi menbghasilkan dalam bentuk pertumbuhan ekonomi yang terjaga, pengangguran terjaga, dan bahkan kemiskinan terjaga. Inilah prestasi bangsa kita," katanya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya