Penerimaan Pajak Tumbuh, Sri Mulyani: Dunia Usaha Mulai Pulih

Penerimaan pajak per Oktober 2021 sebesar Rp953,6 triliun

Jakarta, IDN Times - Realisasi penerimaan pajak hingga akhir Oktober 2021 telah mencapai 77,6 persen dari target Rp1.229,59 triliun yang dicanangkan tahun ini. Dengan demikian, penerimaan pajak hingga akhir bulan lalu tercatat sebesar Rp953,6 triliun.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyatakan realisasi tersebut tumbuh 15,3 persen secara year on year (yoy) dibandingkan Oktober 2020.

Menurut Bendahara Negara tersebut, pertumbuhan penerimaan pajak terjadi karena dunia usaha mulai pulih dari pandemik COVID-19 dan sudah bisa membayarkan pajaknya.

"Dari sisi penerimaan, terjadi perubahan dinamis yang merefleksikan pemulihan ekonomi dunia usaha yang sekarang mampu untuk membayar pajak kembali karena kondisi bisnis mereka sudah mulai pulih," kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN Kita edisi Oktober 2021, Kamis (25/11/2021).

Baca Juga: Tekor APBN Capai Rp548,9 Triliun per Oktober 2021

1. Capaian penerimaan pajak hingga Oktober 2021

Penerimaan Pajak Tumbuh, Sri Mulyani: Dunia Usaha Mulai PulihIlustrasi Pajak (IDN Times/Arief Rahmat)

Secara umum, pendapatan negara pada Oktober 2021 mengalami pertumbuhan positif. Hal itu sejalan dengan pemulihan ekonomi dalam negeri yang terus terjadi dan diiringi mulai membaiknya harga komoditas.

Penerimaan dari sektor pajak penghasilan alias PPh migas berhasil tumbuh 55,7 persen lantaran harga minyak dan gas dunia yang melonjak, sedangkan PPh nonmigas mengalami pertumbuhan 8,9 persen.

"Ini karena aktivitas ekonomi mulai pulih di berbagai sektor. PPN kita bahkan tumbuh cukup kuat 20,4 persen. Ini menunjukkan aktivitas produksi dan kegiatan-kegiatan impor memberikan dukungan dan sumbangan. PBB tumbuh 1,2 persen dan pajak lainnya 91,5 persen ini karena adanya pelaksanaan UU Materai di mana kita melakukan penyesuaian tarif bea materai," tutur Sri Mulyani.

Baca Juga: KPK Tetapkan Pegawai Pajak Wawan Ridwan Tersangka Suap Pajak

2. Kompenen penerimaan negara alami pertumbuhan

Penerimaan Pajak Tumbuh, Sri Mulyani: Dunia Usaha Mulai PulihIlustrasi Pajak. (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain pajak yang mengalami peningkatan sebesar 15,3 persen, komponen penerimaan negara seperti bea cukai dan penerimaan negara bukan pajak alias PNBP juga mencatatkan kenaikan.

Sri Mulyani menyampaikan, penerimaan negara dari Bea Cukai tahun lalu masih sangat resilien dan berhasil dilanjutkan tahun ini hingga 31 Oktober lalu.

"Penerimaan Bea Cukai kita mencapai Rp205,78 triliun atau 95,73 persen dari target tahun ini Rp215 triliun atau tumbuh 25,5 persen. Ini karena sumbangan bea masuk yang tumbuh 16,83 persen dan bea keluar melompat lebih dari delapan kali lipat atau 868,61 persen growth-nya," kata dia.

Sementara, sambung Sri Mulyani, untuk penerimaan dari cukai masih relatif stabil, yakni tumbuh 10,3 persen terutama cukai hasil tembakau atau CHT.

Di sisi lain, PNBP hingga akhir Oktober 2021 telah terealisasi Rp349,2 triliun atau tumbuh 25,2 persen.

"Untuk PNBP terjadi suatu lonjakan luar biasa, kita sudah mengumpulkan Rp349,2 triliun dibandingkan tahun lalu yang posisi akhir Oktobernya Rp278,9 dan tahun lalu PNBP meorost 16,3. Tahun ini PNBP kita tumbuh 25,2 persen, ini sudah melebihi target APBN yang targetnya 298,2 triliun," ujar Sri Mulyani.

3. Belanja negara hingga akhir Oktober 2021

Penerimaan Pajak Tumbuh, Sri Mulyani: Dunia Usaha Mulai PulihIlustrasi APBN (IDN Times/Arief Rahmat)

Kemudian dari sisi belanja, pemerintah mencatat adanya pertumbuhan 0,8 persen atau terealisasi sebesar Rp2.058,9 triliun pada Oktober 2021.

Belanja pemerintah pusat tercatat sebesar Rp1.416,2 triliun atau tumbuh 5,4 persen, sedangkan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) tercatat Rp642,6 triliun atau kontraksi 7,9 persen.

4. Defisit APBN per Oktober 2021

Penerimaan Pajak Tumbuh, Sri Mulyani: Dunia Usaha Mulai PulihIlustrasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Dengan penerimaan dan belanja tersebut, Kemenkeu mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp548,9 triliun pada Oktober 2021.

Defisit tersebut merupakan 54,5 persen dari target Rp1.006,4 triliun. Sri Mulyani menyatakan, realisasi defisit tersebut 3,29 persen terhadap gross domestic product (GDP).

"Di dalam APBN, total defisitnya tadinya didesain Rp1.006,4 triliun, jadi Rp548,9 itu 54,5 persen dari target defisit APBN. Dibandingkan tahun lalu yang defiist totalnya mencapai Rp764,8 triliun maka ini penurunan 28,2 persen. Drop sangat tinggi dan ini menunjukkan kesehatan atau tren membaik," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Sri Mulyani: Aset BLBI Jangan Cuma Disita, Tapi Juga Harus Dikelola

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya