Rekap Capaian 4 Bank dengan Aset Terbesar di Indonesia Selama Q1 2022

Bank Mandiri, BRI, BCA, dan BNI catatkan kinerja apik

Jakarta, IDN Times - Beberapa institusi perbankan telah menyampaikan laporan keuangannya selama kuartal-I 2022. Sejumlah bank berhasil mendapatkan laba sepanjang awal tahun ini.

Tak terkecuali empat bank dengan aset terbesar di Indonesia. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, PT Bank Central Asia Tbk atau BCA, dan PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk alias BNI kompak mencatatkan laba selama kuartal-I 2022.

Berikut ini rekapitulasi capaian keempat bank tersebut sepanjang kuartal-I 2022.

Baca Juga: Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu untuk Bank BCA, Gampang Banget!

1. Bank Mandiri

Rekap Capaian 4 Bank dengan Aset Terbesar di Indonesia Selama Q1 2022Gedung Bank Mandiri (IDN Times/Besse Fadhilah)

Sebagai bank dengan aset terbesar nomor satu di Indonesia, Bank Mandiri berhasil mencetak laba bersih konsolidasi sebesar Rp10 triliun atau tumbuh 70 persen year on year (yoy) pada kuartal-I 2022.

Kinerja positif tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 8,93 persen yoy yang mencapai Rp1.072,9 triliun.

Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri yang sebesar 6,65 persen yoy pada kuartal-I 2022.

Pertumbuhan kredit tersebut juga selaras dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri yang menembus Rp1.269,0 triliun atau tumbuh 7,42 persen yoy.

Pertumbuhan DPK tersebut utamanya ditopang digitalisasi lewat Livin’ by Mandiri yang meningkatkan dana murah atau current account and saving account (CASA) bank only, dengan pertumbuhan 10,93 persen yoy menjadi Rp748,6 triliun dengan rasio CASA mencapai 75,0 persen. Capaian ini jauh di atas rata-rata industri perbankan.

Realisasi gemilang ini berhasil mendorong pertumbuhan aset Bank Mandiri di akhir kuartal-I 2022 menjadi Rp 1.734,1 triliun atau tumbuh sebesar 9,47 persen secara tahunan.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, pencapaian tersebut merupakan hasil dari eksekusi strategi secara disiplin dan prudent yang dimaksimalkan perseroan dalam dua tahun terakhir.

“Berbagai inisiatif digital yang telah dilakukan menurutnya turut berhasil memberikan dampak positif kepada core business perseroan, termasuk memperluas akses Bank Mandiri ke pasar serta ekosistem digital,” kata Darmawan.

Lewat inisiatif tersebut, Bank Mandiri telah mampu meningkatkan efisiensi yang tercermin dari posisi rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) pada level 56,37 persen, jauh di bawah rata-rata industri.

Lebih lanjut Darmawan menambahkan, pertumbuhan kredit Bank Mandiri telah merata di berbagai segmen. Segmen wholesale yang menjadi core competence Bank Mandiri mampu tumbuh 7 persen secara yoy atau mencapai Rp549,8 triliun pada akhir Maret 2022.

Di samping itu, berkat implementasi bisnis ke arah digital, pertumbuhan kredit ritel Bank Mandiri juga mampu menorehkan pencapaian positif.

Tercatat hingga kuartal-I 2022 total kredit ritel Bank Mandiri mencapai Rp292,5 triliun, tumbuh signifikan 10,37 persen secara yoy. Hal tersebut terutama didorong oleh segmen mikro produktif yang tumbuh 19,69 persen yoy dan UMKM dengan pertumbuhan 10,97 persen yoy.

Pencapaian segmen mikro terutama ditopang oleh penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) Bank Mandiri sebesar Rp10,49 triliun per Maret 2022. Realisasi tersebut setara dengan 26,2 persen dari total plafon KUR yang ditugaskan oleh pemerintah, yakni sebesar Rp40 triliun sepanjang tahun 2022.

"Dalam mendorong ekspansi kredit, Bank Mandiri senantiasa memprioritaskan prinsip kehati-hatian. Hasilnya, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kami terus membaik. NPL gross secara konsolidasi mampu dijaga pada level rendah 2,66 persen per Maret 2022, menurun 49 basis poin (bps) dari posisi yang sama tahun sebelumnya," tutur Darmawan.

2. BRI

Rekap Capaian 4 Bank dengan Aset Terbesar di Indonesia Selama Q1 2022Gedung BRI. (Dok. BRI)

BRI membuka kuartal-I 2022 dengan capaian apik. Di tengah kondisi ekonomi yang terus bangkit dan beranjak pulih dari pandemik, BRI sukses mencatatkan laba Rp12,22 triliun atau tumbuh 78,13 persen secara year on year (yoy) pada kuartal-I 2022.

Sementara untuk aset, BRI mencatat adanya pertumbuhan sebesar 8,99 persen yoy pada akhir Maret 2022. Hal itu membuat aset BRI Group menjadi Rp1.650,28 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pencapaian laba BRI tak lepas dari pulihnya perekonomian nasional serta menggeliatnya aktivitas pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang merupakan core business atau inti bisnis dari BRI.

“Kondisi UMKM yang mulai pulih saat ini mendorong penyaluran kredit BRI tumbuh 7,43 persen yoy menjadi sebesar Rp1.075,93 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit perbankan nasional di kuartal-I 2022 sebesar 6,65 persen,” ucap Sunarso.

Secara umum, portofolio kredit UMKM BRI tercatat tumbuh sebesar 9,24 persen yoy dari Rp826,85 triliun pada akhir Maret 2021 menjadi Rp903,29 triliun pada akhir Maret 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus merangkak naik menjadi sebesar 83,95 persen.

Apabila dirinci maka penyaluran kredit kepada seluruh segmen UMKM tercatat tumbuh positif, dengan penopang utama yakni segmen mikro yang tumbuh 13,55 persen, segmen konsumer tumbuh 4,56 persen, dan segmen kecil dan menengah tumbuh 3,96 persen.

Sunarso menambahkan, keberhasilan BRI dalam menyalurkan kredit di atas rata-rata industri perbankan nasional diiringi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang tercatat sebesar 3,09 persen pada akhir Maret 2022. Angka ini tercatat menurun apabila dibandingkan dengan NPL pada periode sama tahun lalu, yakni sebesar 3,30 persen.

BRI juga menyediakan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi risiko ke depan dengan NPL Coverage sebesar 276,0 persen. Angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage pada akhir Maret 2021 sebesar 231,17 persen.

“Alasan BRI menyiapkan pencadangan yang sangat memadai tersebut dilakukan untuk mengantisipasi risiko ketidakpastian kondisi perekonomian ke depan, karena adanya perang Rusia – Ukraina, inflasi, serta potensi kenaikan suku bunga yang akan terus dilanjutkan oleh The Fed,” tutur Sunarso.

BRI juga berhasil mencatatkan kinerja positif dalam hal penghimpunan DPK. Hingga akhir kuartal-I 2022, DPK BRI Group tercatat tumbuh 7,39 persen. CASA menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI yang meningkat 15,99 persen secara tahunan.

Apabila dirinci, giro tercatat tumbuh 30,86 persen dan tabungan tumbuh 10,17 persen. Secara umum, saat ini proporsi CASA BRI tercatat 63,63 persen atau meningkat dibandingkan dengan CASA pada kuartal-I tahun lalu, yakni sebesar 58,91 persen. Kemampuan BRI untuk meningkatkan proporsi dana murah tersebut berdampak positif bagi bisnis perseroan yang semakin efisien.

3. BCA

Rekap Capaian 4 Bank dengan Aset Terbesar di Indonesia Selama Q1 2022Gedung Bank BCA (Website/bca.co.id)

Sebagai bank swasta dengan aset terbesar di Indonesia, BCA berhasil membawa kinerja solid yang mereka capai pada 2021 ke akhir kuartal-I 2022.

BCA dan entitas anak tercatat memperoleh laba bersih sebesar Rp8,1 triliun sepanjang kuartal-I 2022. Capaian tersebut tumbuh 14,6 persen secara tahunan (yoy).

Peningkatan laba bersih selama kuartal-I 2022 didukung oleh pertumbuhan bisnis, antara lain peningkatan aktivitas kredit, transaksi, dan CASA.

Seiring dengan pemulihan perekonomian nasional, total kredit naik 8,6 persen. Adapun pertumbuhan kredit terjadi di semua segmen, baik kredit untuk bisnis maupun konsumsi.

Sementara itu, dana giro dan tabungan (CASA) terus tumbuh secara berkelanjutan, yakni naik hingga 21,7 persen yoy pada Maret 2022. Capaian tersebut merupakan hasil dari inovasi layanan digital yang konsisten serta ekspansi ekosistem bisnis.

Selain itu, kredit korporasi juga turut mencatatkan kenaikan sebesar 9,2 persen yoy yang mencapai Rp286,9 triliun pada Maret 2022, dan telah menjadi penopang utama pertumbuhan total kredit BCA.

Seiring dengan aktivitas bisnis yang membaik, kredit komersial dan UKM naik 8,2 persen yoy menjadi Rp188,8 triliun. Sementara itu, pertumbuhan kredit tertinggi dicatatkan oleh segmen KPR, yakni tumbuh 9,8 persen menjadi Rp98,2 triliun.

Sementara itu, kredit kendaraan bermotor (KKB) mencetak rebound dengan naik 3,6 persen yoy menjadi Rp41,6 triliun dan saldo outstanding kartu kredit tumbuh 4,9 persen yoy menjadi Rp12,0 triliun. Hal itu kemudian membuat total portofolio kredit konsumer juga mengalami kenaikan sebesar 7,6 persen yoy menjadi Rp154,8 triliun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan, pengajuan aplikasi kredit konsumer baru dari BCA Expoversary 2022 diharapkan akan berkontribusi positif bagi penyaluran kredit baru yang lebih tinggi pada kuartal-II mendatang.

Adapun secara keseluruhan, total kredit BCA naik 8,6 persen yoy menjadi Rp637,1 triliun pada Maret 2022.

"Komitmen untuk mengedepankan nilai-nilai environmental, social, and governance (ESG) senantiasa kami perkuat, salah satunya dengan penyaluran kredit untuk sektor-sektor berkelanjutan yang mencapai Rp161,6 triliun di Maret 2022. Angka tersebut naik sebesar 25,6 persen yoy dan berkontribusi hingga 24,9 persen dari total portofolio pembiayaan BCA," tutur Jahja.

Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 13,8 persen di kuartal-I 2022, dibandingkan 19,4 persen pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau NPL terjaga sebesar 2,3 persen dengan adanya dukungan dari kebijakan relaksasi restrukturisasi.

Di sisi pendanaan, CASA naik 21,7 persen yoy mencapai Rp798,2 triliun atau berkontribusi hingga 80 persen dari total DPK. Selain itu, deposito juga tumbuh 3,1 persen yoy menjadi Rp199,6 triliun.

Secara keseluruhan, total DPK BCA naik 17,5 persen yoy menjadi Rp997,8 triliun sehingga turut mendorong total aset BCA naik 15,5 persen yoy menjadi Rp1.259,4 triliun pada akhir Maret 2022.

4. BNI

Rekap Capaian 4 Bank dengan Aset Terbesar di Indonesia Selama Q1 2022Lanskap gedung BNI. (Do. BNI)

BNI mencatatkan laba bersih senilai Rp3,96 triliun selama kuartal-I 2022. Capaian tersebut tumbuh 63,2 persen secara tahunan atau yoy.

Pencapaian laba bersih tersebut dihasilkan dari Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan (PPOP) yang tumbuh 7,3 persen yoy menjadi Rp8,5 triliun.

"Pencapaian pendapatan operasional ini bahkan adalah tertinggi yang pernah dihasilkan BNI, lebih tinggi dari pendapatan operasional sebelum pandemik," kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar.

Sejalan dengan hal tersebut, BNI juga turut mencatatkan perbaikan kualitas kredit dengan turunnya biaya pencadangan kredit sebesar 26,1 persen yoy.

Selain pertumbuhan dari sisi laba bersih, Royke juga menyampaikan bahwa BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan dari sisi total baki kredit.

Total baki kredit yang disalurkan BNI sepanjang kuartal-I 2022 tumbuh 5,8 persen yoy menjadi Rp591,68 triliun. Posisi tersebut lebih tinggi dari kondisi sebelum pandemik COVID-19, yakni pada kuartal-I 2020.

Indikator kinerja positif lainnya terkait dengan kualitas aset, likuiditas, dan efisiensi juga semakin baik sehingga turut mendorong tercapainya pendapatan operasional yang lebih tinggi.

Adapun kredit di segmen business banking masih menjadi motor penggerak bisnis kredit di bank pelat merah tersebut. Beberapa sektor pun mengalami pertumbuhan signifikan.

BNI mencatat adanya pertumbuhan pembiayaan ke segmen Korporasi Swasta sebesar 9,9 persen yoy menjadi Rp193,2 triliun. Lalu segmen large commercial juga turut mengalami pertumbuhan 24,5 persen yoy menjadi Rp46,1 triliun, dan segmen UMKM tumbuh 11,8 persen yoy dengan nilai kredit Rp98 triliun.

Secara keseluruhan kredit di sektor business banking ini tumbuh 4,8 persen yoy menjadi Rp489,3 triliun. "Kenaikan ekspansi kredit di seluruh segmen tersebut sejalan dengan kondisi perekonomian nasional yang juga sudah mulai pulih," ujar Royke.

Sementara dari sisi konsumer, kredit payroll dan kredit kepemilikan rumah (KPR) membukukan penguatan kinerja positifnya pada awal tahun ini dengan pertumbuhan masing-masing 18,8 persen dan 8,4 persen secara yoy. Secara keseluruhan, kredit konsumer tumbuh 11,4 persen yoy.

"Hal ini dikarenakan brand consumer banking BNI yang terbentuk dengan baik, sehingga mampu memberi daya saing yang sangat kuat dalam berkompetisi dengan peers untuk melayani kebutuhan pembiayaan konsumer masyarakat," kata Royke.

BNI pun mencatat, dana pihak ketiga tumbuh 8,4 persen secara yoy dengan rasio dana murah atau CASA masih mendominasi dan terus meningkat menjadi 69,2 persen dari periode sama tahun lalu yang hanya 67,9 persen.

Pertumbuhan dana murah ini mendorong perbaikan cost of fund dari 1,74 persen pada akhir kuartal pertama 2021 menjadi 1,46 persen pada kuartal pertama 2022. Ruang untuk ekspansi pun masih terbuka, ditunjukkan dari loan to deposit ratio yang berada pada 85,02 persen. Di sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada pada posisi 19,3 persen, naik 120 basis poin secara yoy,” tutur Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya