Rupiah Bertaji pada Pembukaan Perdagangan Selasa Pagi

Rupiah dibuka menguat ke level Rp14.307

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah menguat terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Selasa (18/1/2022).

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah dibuka menguat 17 poin atau 0,12 persen ke level Rp14.307 per dolar AS pada perdagangan pagi ini.

Sebelumnya pada penutupan perdagangan awal pekan atau Senin (17/1/2022) sore, kurs rupiah anjlok hingga 28 poin ke level Rp14.324 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Level Rp14.324, Bagaimana Prediksi Besok?

1. Dolar masih akan menekan rupiah

Rupiah Bertaji pada Pembukaan Perdagangan Selasa PagiIlustrasi Dollar (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Kendati dibuka menguat, rupiah nampaknya masih akan mengalami tekanan dari dolar AS.

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra melihat kemungkinan itu terjadi karena adanya kenaikan yield obligasi pemerintah AS hari ini.

"Yield obligasi pemerintah AS terus menanjak pada perdagangan kemarin karena ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS sebanyak tiga atau empat kali yang digaungkan oleh para pejabat Bank Sentral AS. Yield obligasi tenor 10 tahun sudah naik ke kisaran 1,82 persen, yang tertinggi sejak Januari 2020," kata Ariston, dalam keterangan tertulisnya kepada IDN Times, Senin pagi.

Sementara itu, kenaikan inflasi konsumen AS edisi Desember sebesar 7 persen year on year memaksa Bank Sentral AS untuk mempercepat kebijakan pengetatan moneternya.

Ariston menyatakan, pengetatan moneter akan mendorong penguatan dolar AS karena bank sentral menarik likuiditas dolar di pasar.

Baca Juga: Sepanjang 2021, Peretas Korut Berhasil Curi 400 Juta Dolar AS

2. Surplus neraca perdagangan tidak sesuai ekspektasi pasar

Rupiah Bertaji pada Pembukaan Perdagangan Selasa PagiIlustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)

Di sisi lain, dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan bulan Desember tidak sesuai ekspektasi pasar. Surplus hanya sekitar 1 milyar dolar AS, di bawah ekspektasi pasar sebesar 3 miliar dolar AS.

"Penyebabnya karena pertumbuhan ekspor di bawah pertumbuhan impor. Bila tren berlanjut, neraca perdagangan bisa defisit dan ini tidak menguntungkan rupiah," sebut Ariston.

Kemudian, lanjut Ariston, perkembangan pandemik COVID-19 juga masih diwaspadai pelaku pasar. Walaupun Omicron hanya menimbulkan gejala ringan tapi penyebaran yang meluas menimbulkan pembatasan aktivitas ekonomi di beberapa negara besar.

"Ini bisa mendorong pelaku pasar mencari aman di aset dolar AS," ucap dia.

3. Proyeksi posisi rupiah sore nanti

Rupiah Bertaji pada Pembukaan Perdagangan Selasa PagiIlustrasi nilai tukar rupiah terhadap dollar naik (IDN Times/Arief Rahmat)

Atas dasar faktor-faktor tersebut, Ariston memproyeksikan kurs rupiah bisa ditutup melemah pada akhir perdagangan nanti.

"Potensi pelemahan ke kisaran Rp14.350 -- Rp14.380 dengan potensi support di kisaran Rp14.300," kata dia.

Baca Juga: BPS: Neraca Perdagangan 2021 Tertinggi dalam 15 Tahun!

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya