Rupiah Melemah Lagi Pagi Ini, Nyaris Tembus Rp15 Ribu!

Rupiah dibuka pada level Rp14.972 per dolar AS

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah kembali melemah atas mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Selasa (5/7/2022).

Kurs rupiah dibuka melemah satu poin ke level Rp14.972 per dolar AS pada perdagangan pagi ini.

Mengutip Bloomberg, hingga pukul 09.35 WIB, kurs rupiah terus melemah 11 poin ke level Rp14.982 per dolar AS.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Senin, 4 Juli 2022, kurs rupiah ditutup melemah 29 poin ke level Rp14.971 per dolar AS.

Baca Juga: IHSG Cerah di Pembukaan, 8 Saham Ini Potensial Serok Cuan 

1. Investor terus menunggu hasil rapat The Fed

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan faktor eksternal melemahnya rupiah lantaran investor masih menunggu hasil dari pertemuan The Fed pada Juni ini.

"The Fed dijadwalkan akan melaksanakan rapat pada Rabu mendatang dan hampir dipastikan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin," kata Ibrahim.

2. Inflasi turut melemahkan rupiah

Sementara itu, pasar juga terus menyoroti tingginya inflasi global yang berdampak terhadap inflasi di Indonesia. Tingginya inflasi pada Juni 2022 membuat pemerintah harus mulai menyiapkan strategi untuk menahan kenaikan inflasi hingga akhir tahun nanti.

Strategi pertama, sambung Ibrahim, pemerintah mesti mewaspadai pergerakan harga-harga komoditas global seperti gandum dan minyak bumi yang terdampak oleh kondisi geopolitik di Eropa.

"Kedua, pemerintah juga harus memikirkan dan membuat roadmap ketahanan pangan, terutama bahan makanan yang selama ini sering kali menjadi penyebab utama inflasi di Indonesia. Masalah kedelai, jagung, cabai rawit, bawang merah, bawah putih, telur ayam, daging ayam, merupakan contoh dari masalah rutin dan selalu berulang karena mismanajemen mulai dari sektor hulu sampai hilir," ujar Ibrahim.

Ketiga, lanjut Ibrahim, pemerintah melakukan perbaikan komprehensif lintas sektoral dari sektor hulu yang berada di Kementerian Pertanian, sampai sektor hilir yang berada di Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Hal Ini tidak bisa dilakukan secara instan, perlu waktu yang lebih lama, tapi bisa dilakukan.

"Tingginya inflasi tersebut bisa memberikan ketidakpastian dan mengganggu potensi pertumbuhan, sehingga pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan dari kemungkinan kenaikan inflasi hingga akhir 2022. Sedangkan, tantangan terbesar yang dihadapi perekonomian Indonesia adalah potensi terjadinya stagflasi yaitu kenaikan inflasi di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi yang stagnan atau bahkan kontraksi," tuturnya.

3. Data inflasi saat ini

Sebelumnya diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan sebesar 4,35 persen (yoy) pada Juni 2022 atau sedikit lebih tinggi dari proyeksi empat persen plus minus satu persen. Realisasi ini merupakan yang tertinggi sejak Juni 2017.

Lebih lanjut, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan tingkat inflasi hingga akhir 2022 akan mencapai tingkat 4,5 persen, dipengaruhi oleh lonjakan harga komoditas global akibat disrupsi rantai pasok global dan perang antara Rusia dan Ukraina.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya