Rupiah Terus Keok terhadap Dolar AS selama 4 Hari Beruntun

Rupiah ditutup ke level Rp14.355 per dolar AS

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah masih belum bisa melawan keperkasaan dolar Amerika Serikat. Kurs rupiah ditutup melemah untuk keempat kalinya secara beruntun sejak awal pekan, pada penutupan perdagangan Kamis (17/6/2021).

Mengutip Bloomberg, mata uang Garuda ditutup melemah 118 poin atau 0,83 persen pada level Rp14.355 per dolar AS, dibandingkan penutupan pada hari sebelumnya yang berada di level Rp14.237.

Kurs rupiah sendiri dibuka melemah tipis pada perdagangan Kamis pagi, yakni pada level Rp14.272 per dolar AS.

Baca Juga: Kamis Pagi, Rupiah Dibuka ke Level Rp14.272 per Dolar AS

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Rupiah Terus Keok terhadap Dolar AS selama 4 Hari BeruntunIlustrasi Uang Rupiah (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Sementara itu, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada Kamis (17/6/2021), nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp14.378 per dolar AS. Angka ini lebih tinggi dari kurs rupiah pada Rabu (16/6/2021) yang ada di level Rp14.257 per dolar AS.

Sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu (16/6/2021) sore, kurs rupiah ditutup melemah 0,09 persen pada level Rp14.237 per dolar AS.

2. Penguatan dolar AS imbas dari penguatan yield obligasi AS oleh The Fed

Rupiah Terus Keok terhadap Dolar AS selama 4 Hari BeruntunIlustrasi dolar AS ( ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Penguatan dolar AS sejak pembukaan hingga penutupan perdagangan telah diprediksi oleh pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra. Hal tersebut dikarenakan adanya sikap Bank Sentral AS atau The Fed yang memperkuat yield obligasi dini hari tadi.

"Bank Sentral AS mempercepat proyeksi kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed yang terlihat berpotensi naik 50 basis poin di tahun 2023. padahal sebelumnya The Fed memperkirakan baru akan terjadi kenaikan di 2024. ," ungkap Ariston kepada IDN Times, Kamis pagi.

Di sisi lain, The Fed, kata Ariston juga menaikkan proyeksi inflasi pada tahun ini ke angka 3,1 persen. Sebelumnya, proyeksi inflasi AS berdasarkan indikator Core PCE Inflation adalah 2,2 persen.

Baca Juga: Jangan Bingung, Begini Cara Membedakan Uang Asli dan Palsu

3. Lonjakan kasus COVID-19 juga masih menekan rupiah

Rupiah Terus Keok terhadap Dolar AS selama 4 Hari BeruntunGubernur BI Perry Warjiyo (Tangkapan Layar Youtube BI)

Sementara itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh faktor yang terjadi di dalam negeri. Lonjakan kasus COVID-19 di sejumlah wilayah yang telah sampai level siaga satu diyakini Ariston menjadi penyebab rupiah terus melemah terhadap dolar AS selama empat hari beruntun.

"Dari dalam negeri, kenaikan kasus COVID-19 belakangan ini masih berpotensi menjadi momok yang menekan rupiah," katanya.

Namun, keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang menahan suku bunga acuan tetap pada level 3,5 persen sedikit banyak dapat menjadi faktor yang mengimbangi isu tapering dari The Fed.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 16 dan 17 Juni 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI Seven Days Reverse Repo Rate sebesar 3,5 persen. Keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga serta sebagai upaya untuk memperkuat pemulihan ekonomi nasional," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers virtual, Kamis (17/6/2021).

Baca Juga: Dukung Pemulihan Ekonomi Nasional, BI Tahan Suku Bunga di 3,5 Persen

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya