Strategi Pertamina Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Sebelum 2030

Pertamina bakal mengandalkan energi panas bumi

Jakarta, IDN Times - PT Pertamina (Persero) berharap bisa mengurangi emisi gas rumah kaca guna mewujudkan transisi energi yang menjadi salah satu isu utama dalam Presidensi G20 Indonesia tahun ini.

"Pertamina menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen sebelum 2030," kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, dalam pidato pembuka media briefing Pertamina dalam Dubai Expo 2022, Jumat (18/3/2022).

Untuk mewujudkan itu, sambung Nicke, Pertamina memprioritaskan pengembangan energi baru terbarukan atau EBT sekaligus untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang muncul akibat emisi karbon atau gas rumah kaca.

Baca Juga: Konsentrasi Gas Rumah Kaca di Indonesia Cenderung Naik Tiap Tahun

1. Strategi Pertamina mengembangkan energi ramah lingkungan

Strategi Pertamina Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Sebelum 2030Kantor Pusat PT Pertamina (Persero) (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Sejalan dengan hal tersebut, Pertamina juga turut berupaya dalam mengembangkan energi yang ramah lingkungan.

Nicke menyatakan, hal tersebut diwujudkan melalui delapan inisiatif strategis, termasuk pengembangan kilang hijau, pengembangan bio-energi, komersialisasi hidrogen, gasifikasi batu bara, pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik, dan peningkatan kapasitas energi panas bumi atau geothermal.

"Kami memiliki prioritas yang sama dengan G20 Indonesia di mana kami harus jadi katalisator kuat untuk mendukung pemulihan hijau dan berjalan bersamaan dengan prinsip-prinsip keamanan energi, pemerataan energi, dan lingkungan yang berkelanjutan," ucap dia.

Baca Juga: Gaet Pelaku UMKM Mandalika, Pertamina Siapkan 50 Booth di Ajang MotoGP

2. Energi panas bumi jadi andalan Pertamina

Strategi Pertamina Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Sebelum 2030PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) berhasil memproduksi listrik dari sumber energi bersih atau energi terbarukan sebesar 4.618 Giga Watt Hour sepanjang tahun 2020. (Dok. Pertamina)

Dalam mengakselerasi transisi energi, Nicke menyatakan Pertamina siap mengandalkan energi panas bumi. Energi ini termasuk yang melimpah ruah di Indonesia.

"Kami meyakini sumber daya panas bumi yang melimpah di Indonesia dan tersebar sepanjang cincin api bisa menjadi tulang punggung guna mengakselerasi transisi energi di Tanah Air dan sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai nol emisi karbon," kata Nicke.

Di sisi lain, pada sektor pembangkit listrik, Pertamina terus melanjutkan peningkatan dalam penggunaan EBT. Hal ini masuk dalam satu dari tiga prioritas Pertamina pada 2022.

"Energi panas bumi maupun sumber energi baru terbarukan lainnya harus dikembangkan dan menjadi prioritas pada tahun 2022," kata Nicke.

3. Pertamina siapkan 1.000 SPBU hijau

Strategi Pertamina Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Sebelum 2030Pengemudi Gojek sedang mengisi daya motor listrik. (Dok. Pertamina)

Sementara itu, guna mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, Pertamina berencana memperluas jaringan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (Battery Charging Station) dan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik (Battery Swapping Station).

Nicke mengatakan hal tersebut bakal diwujdukan dengan menambah jumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) hijau di seluruh Indonesia. Selain sebagai upaya pengembangan ekosistem kendaraan listrik, hal itu dilakukan Pertamina sebagai salah satu program transisi energi yanng dilakukan oleh perseroan.

"Bukan hanya electric vehicle-nya saja yang harus kita kembangkan, tetapi energi yang kita gunakan untuk listrik harus hijau. Untuk itu kami membangun green energy station, SPBU yang dilistriki oleh PLTS. Saat ini sudah ada 143 green energy station dan tahun ini targetnya 1.000," kata Nicke, pada saat peluncuran uji coba ekosistem kendaraan listrik, di Jakarta, Selasa (22/2/2022).

Baca Juga: Dukung Ekosistem EV, Pertamina Targetkan 1.000 SPBU Hijau Tahun Ini

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya