Teten Usulkan Sorong Jadi Pelabuhan untuk Jalur Masuk Produk Impor

Untuk permudah pengawasan produk impor

Jakarta, IDN Times - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenkopUKM), Teten Masduki mengusulkan agar menjadikan Pelabuhan Sorong di Papua jadi satu-satunya jalur masuk produk impor.

Hal itu diusulkan Teten kepada Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan atau Zulhas, utamanya untuk memudahkan pengawasan produk-produk impor yang masuk ke RI.

"Agar produk-produk impor itu mungkin jangan langsung masuk ke pasar di Jawa. Jadi berlabuhnya produk impor itu katakanlah di Sorong, Jayapura sehingga nanti kan kita masih bisa kompetitif produk lokal itu," kata Teten dalam pernyataannya, dikutip Rabu (29/3/2023).

Dengan demikian, produk lokal di Pulau Jawa masih bisa bersaing dengan asumsi selisih harga jual produk impor dan produk lokal tidak terlalu jauh.

Baca Juga: Pakaian Bekas Impor Dilarang, Pedagang: Mematikan Usaha Rakyat!

1. Ada harga tambahan imbas ongkos angkut yang naik

Teten Usulkan Sorong Jadi Pelabuhan untuk Jalur Masuk Produk ImporIlustrasi Kenaikan (IDN Times/Arief Rahmat)

Teten pun mengindikasikan bakal ada tambahan harga akibat ongkos angkutan dari Pelabuhan Sorong di Papua menuju Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta.

Dengan begitu maka harga jual produk impor di Pulau Jawa kemungkinan bisa sedikit lebih tinggi dan bisa mendekati harga jual produk lokal.

"Itu juga nanti ada perlu ongkos lagi transportasi dari pelabuhan di Sorong ke Tanjung Priok sehingga kita bisa kompetitif gitu. Saya kira itu sah kita untuk mengatur itu, ya untuk melindungi produk lokal supaya bisa kompetitif," ujar Teten.

2. Pengawasan produk impor yang masuk jadi lebih mudah

Teten Usulkan Sorong Jadi Pelabuhan untuk Jalur Masuk Produk ImporIlustrasi aktivitas di pelabuhan. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Di sisi lain, kehadiran satu pelabuhan yang jadi pusat masuknya barang-barang impor juga dapat memudahkan pengawasan yang dilakukan pemerintah.

Seperti diketahui, saat ini Indonesia tengah kebanjiran produk-produk pakaian bekas impor ilegal yang merugikan industri tekstil dan produk tekstil.

"Menurut saya, di-polling di satu tempat, ya misalnya produk-produk impor sudah dilabuh di Pelabuhan Sorong sehingga gampang ngontrolnya. Kalau ada dari pelabuhan-pelabuhan lain yang mau masuk itu udah pasti ilegal," kata Teten.

Baca Juga: 7 Ribu Bal Lebih Pakaian Bekas Impor Datang dari 4 Negara ASEAN

3. Industri lokal rugi akibat pakaian bekas impor

Teten Usulkan Sorong Jadi Pelabuhan untuk Jalur Masuk Produk ImporRibuan bal pakaian bekas impor yang siap dimusnahkan oleh Bea Cukai (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Teten pun menyatakan, rerata potensi nilai impor pakaian ilegal (unrecorded import) mencapai Rp100 triliun per tahun dalam lima tahun terakhir. Hal itu merupakan analisis data dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Teten pun mengatakan, kondisi tersebut membuat industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri merana.

“Industri pakaian lokal kita jelas terpukul dengan masuknya pakaian impor ilegal ini. Bayangkan porsinya itu mengisi 31 persen pasar domestik kita. Sementara produk pakaian impor dari China porsinya 17,4 persen,” ucap Teten.

Teten menjelaskan, berdasarkan data BPS, potensi nilai impor pakaian ilegal pada 2018 mencapai Rp89,37 triliun. Setahun berikutnya atau pada 2019 mencapai Rp89,06 triliun dan melonjak pada 2020 mencapai Rp110,28 triliun. Kemudian pada 2021 dan 2022 masing-masing mencapai Rp103,68 triliun dan Rp104,41 triliun.

"Nah ini pada tahun 2020, unrecorded import lebih besar, yaitu Rp110,282 triliun dibandingkan impor legal, yaitu Rp104,6 triliun," ujar Teten.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya