Utang Luar Negeri RI ke China Turun, Pengamat: Jangan Senang Dulu

Jumlah utang luar negeri ke China sebesar Rp301 triliun

Jakarta, IDN Times - Utang luar negeri (ULN) Indonesia per Juli 2021 tumbuh 1,7 persen secara year on year (yoy). Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), posisi ULN Indonesia per Juli mencapai 415,7 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp5.917 triliun (kurs Rp14.235).

Adapun, ULN tersebut terdiri atas utang pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan swasta.

Statistik BI menunjukkan bahwa hampir semua negara yang menjadi kreditur Indonesia mengalami penurunan ULN. Salah satu yang mengalami penurunan utang adalah China.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Tembus Rp5.917 Triliun per Juli 2021

1. Penurunan utang Indonesia ke China

Utang Luar Negeri RI ke China Turun, Pengamat: Jangan Senang DuluIlustrasi Utang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Pada Juli 2021, ULN Indonesia ke China tercatat sebesar 21,120 miliar dolar atau setara dengan Rp301 triliun.

Angka tersebut lebih kecil dibandingkan periode Juni 2021 yang tercatat sebesar 21,350 miliar dolar AS atau sekitar Rp304,2 triliun.

Hal tersebut membuat China duduk sebagai negara keempat yang memberikan utang paling banyak untuk Indonesia.

Posisi China hanya kalah dari Singapura di tempat pertama (64,180 miliar dolar AS), AS di posisi kedua (30,58 miliar dolar AS), dan Jepang di posisi ketiga (27,215 miliar dolar AS).

2. Jangan terlalu senang dengan penurunan utang ke China

Utang Luar Negeri RI ke China Turun, Pengamat: Jangan Senang Duluilustrasi utang (IDN Times/Arief Rahmat)

Menanggapi hal tersebut, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menyatakan bahwa penurunan ULN Indonesia ke China jangan terlalu dibawa ke dalam euforia mendalam.

Sebab, kata Bhima, penurunan itu bersifat sementara alias temporer lantaran kondisi dan situasi akibat pandemik COVID-19.

"Kalau ada penurunan temporer itu sebagian besar proyek ada yang delay waktu pandemik karena bahan baku terlambat, mesin terlambat, dan ada juga yang karena ada pengurangan kapasitas pekerjanya," ujar Bhima, saat dihubungi IDN Times, Kamis (16/9/2021).

Bhima menambahkan, jika ULN tersebut ada yang termasuk ke swasta maka hal tersebut juga wajar seiring dengan meningkatnya risiko akhir-akhir ini.

"Nah kalau swasta ini kan sudah business to business biasanya. Kalau risiko meningkat, maka kreditur banyak menunda dulu pemberian utang terbaru sampai situasi ekonomi membaik," ucapnya.

Baca Juga: Satgas BLBI Panggil Bos Bank Asia Pacific, Tagih Utang Rp3,5 Triliun

3. Jumlah utang Indonesia ke China diprediksi akan meningkat lagi

Utang Luar Negeri RI ke China Turun, Pengamat: Jangan Senang DuluIlustrasi Utang (IDN Times/Arief Rahmat)

Setelah masuk dalam kategori penurunan utang yang temporer alias sementara, Bhima memperkirakan jumlah utang Indonesia ke China akan bertambah lagi.

Hal itu seiring dengan optimisme terkait pengurangan kasus harian pandemik COVID-19 di Indonesia.

"Bentar lagi juga akan naik lagi kok seiring membaiknya pandemik. Pasti jalan semua, proyek-proyek akan digas lagi ya," kata Bhima.

Baca Juga: Terapkan 5 Prinsip Ini Supaya Hidupmu Bebas dari Jeratan Utang

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya