Utangnya Menggunung, Begini Penjelasan WIKA ke BEI

WIKA diketahui memiliki utang Rp12,64 triliun

Jakarta, IDN Times - Emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor konstruksi, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memberikan penjelasan terkait kondisi keuangan mereka saat ini. Penjelasan tersebut tidak terlepas dari desakan yang disampaikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam surat No. S-04141/BEI.PP2/05-2023, BEI meminta kepada WIKA untuk menjelaskan kondisi keuangannya kepada publik.

Corporate Secretary WIKA, Mahendra Vijaya mengakui, pihaknya saat ini tengah mengajukan standstill guna memperbaiki struktur keuangan jangka panjang mereka.

"Benar saat ini perseroan sedang mengajukan Persetujuan Standstill kepada Lembaga Keuangan yang menjadi lender Perseroan. Namun demikian, pengajuan standstill ini
hanya terjadi pada level induk perusahaan saja, dimana hal ini tidak berlaku bagi anak perusahaan perseroan," kata Mahendra, dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Minggu (28/5/2023).

1. Latar belakang pengajuan standstill

Utangnya Menggunung, Begini Penjelasan WIKA ke BEIilustrasi utang (IDN Times/Arief Rahmat)

Pengajuan standstill dilakukan WIKA bukannya tanpa sebab. Mahendra mengatakan, saat ini keuangan WIKA terganggu lantaran adanya ketidakcocokan pinjaman untuk pendanaan pada investasi jangka panjang.

"Pengajuan standstill ini dilakukan untuk memperbaiki struktur keuangan WIKA secara jangka panjang yang disebabkan adanya mismatch pinjaman untuk pendanaan pada investasi jangka panjang yang saat ini belum dapat memberikan return bagi perusahaan sehingga beban atas pendanaan tersebut menurunkan laba bersih perusahaan," tutur Mahendra.

Selain itu, sambung Mahendra, kebutuhan akan pengajuan standstill ini juga terjadi lantaran adanya tekanan pandemik COVID-19 terhadap para klien WIKA yang mengakibatkan terjadinya gangguan pembayaran. Hal itu kemudian mengganggu kapasitas pengembalian pinjaman dari WIKA.

Baca Juga: JCC Direnovasi buat KTT ASEAN+, WIKA Jadi Kontraktor 

2. Upaya yang telah dan akan dilakukan WIKA memperbaiki keuangannya

Utangnya Menggunung, Begini Penjelasan WIKA ke BEIPT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). (instagram.com/ptwijayakarya)

Adapun WIKA terus berupaya memperkuat kondisi finansialnya. Dari sisi portofolio proyek, WIKA melakukan refocusing business dengan memperbanyak proyek yang mayoritas pemiliknya adalah pemerintah. Hal tersebut dikarenakan proyek pemerintah memiliki pola pembayaran progres bulanan dengan uang muka.

Tercatat hingga Maret 2023, lebih dari 77 persen segmen proyek yang berada pada order book WIKA merupakan proyek-proyek infrastruktur dan gedung yang dimiliki pemerintah.

Hal itu meningkat signifikan dibandingkan 2019 ketika proyek pemerintah hanya sebesar 19 persen.

"Dengan model pembayaran ini, perseroan mengupayakan pengelolaan arus kas dapat dilakukan secara mandiri di setiap proyek tersebut serta menghindari terjadinya defisit pada arus kas di proyek," ucap Mahendra.

Selain perbaikan portofolio proyek saat ini, WIKA juga terus mendorong optimalisasi teknologi digital dalam proses produksi dan engineering seperti BIM dan Platform ERP Digital (SAP).

Dengan begitu, proses produksi bisa lebih efisien dan pengendalian biaya dan arus kas akan lebih robust, serta efisiensi biaya usaha untuk mendorong profitabilitas yang lebih baik.

"Hal itu terbukti dari tahun 2019 sampai 2022, perseroan berhasil mengefisiensikan biaya usaha sebesar 22 persen," kata Mahendra.

3. WIKA derita rugi bersih lebih dari Rp500 miliar

Utangnya Menggunung, Begini Penjelasan WIKA ke BEIIlustrasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebagai informasi, WIKA menderita rugi bersih sebesar Rp521,25 miliar pada kuartal-I 2023. Tak heran jika kemudian WIKA mengajukan penundaan pembayaran utang bank.

Dari laporan keuangan per kuartal-I 2023, WIKA tercatat memiliki utang kepada pihak ketiga sebesar Rp12,64 triliun. Salah satu bank yang menjadi kreditur terbesar dengan pinjaman mencapi Rp3,87 triliun adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

Bukan hanya itu, WIKA juga tercatat memiliki beberapa utang obligasi yang jatuh tempo pada 2023 dan 2024. Pertama adalah Obligasi Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 Seri A sebesar Rp331 miliar yang jatuh tempo pada 31 Desember 2023.

Kemudian ada juga Obligasi Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap II Tahun 2021 Seri A senilai Rp495 miliar yang jatuh tempo pada 3 Maret 2024.

Lalu ada juga Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I Tahun 2021 Seri A sebesar Rp571 miliar yang jatuh tempo pada 8 September 2024.

Baca Juga: Eks Komisaris Wika Beton Dadan Tri Gugat KPK Usai Jadi Tersangka Suap

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya