Berkat Jualan Paspor, Vanuatu Laporkan Surplus Anggaran saat Pandemik

Vanuatu punya program menjual kewarganegaraan sejak 2017

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Vanuatu melaporkan bahwa negaranya memiliki surplus anggaran dalam enam bulan pertama 2020 sebesar Rp503 miliar pada Kamis 20 Agustus 2020. Ini adalah sebuah laporan langka mengingat banyak negara berjuang mati-matian untuk melawan pandemik COVID-19.

Melansir Reuters, keuntungan yang diperoleh negara Pasifik tersebut berasal dari penjualan paspor yang mengalami lonjakan dalam beberapa waktu terakhir. Vanuatu bergantung cukup besar kepada sektor pariwisata. Dengan adanya virus dan topan yang baru saja terjadi, program penjualan paspor dianggap sebagai penyelamat.

1. Paspor Vanuatu dijual seharga Rp2 miliar

Berkat Jualan Paspor, Vanuatu Laporkan Surplus Anggaran saat PandemikPixabay.com/jackmac34

Pemerintah Vanuatu mematok harga Rp2 miliar per satu paspor untuk warga asing. Dengan mendapatkan kewarganegaraan Vanuatu layaknya orang lokal, mereka bisa masuk ke lebih dari 100 negara dan teritorial tanpa perlu memakai visa. 

Di antara negara atau kawasan itu adalah Inggris, Rusia, Uni Eropa, Korea Selatan dan Singapura. Keuntungan ini tentu menggiurkan bagi yang mampu merogoh uang miliaran sebab banyak pemegang paspor lain yang tidak bisa mengakses negara-negara tersebut secara mudah.

Apalagi, pemerintah Vanuatu tidak memberikan syarat tinggal kepada mereka. Dengan kata lain, mereka bisa menjadi warga negara Vanuatu tanpa perlu hidup di negara itu untuk beberapa tahun. Syarat seperti ini dianggap sangat memberatkan bagi keberlangsungan pasar jual-beli paspor.

Baca Juga: Tiongkok Mengajukan Pembangunan Pangkalan Militer Permanen di Vanuatu

2. Permintaan terhadap paspor Vanuatu naik 32 persen

Berkat Jualan Paspor, Vanuatu Laporkan Surplus Anggaran saat PandemikVanuatu (Unsplash.com/Old Youth)

Dalam laporan pemerintah, ada sebanyak 32 persen lonjakan penjualan paspor Vanuatu pada tahun ini. Benda berharga yang kini jadi komoditas tersebut diperkirakan tidak akan mengalami masa lesu, terutama jika semakin banyak orang merasa tidak aman berada di negara mereka tinggal.

Mengutip BBC, Hong Kong menjadi salah satu pasar jual-beli paspor terbesar di dunia. Orang-orang yang tak pernah sekali saja menginjakkan kaki di Vanuatu membeli kewarganegaraannya lewat broker seperti PRG Consulting. Mereka adalah warga Tiongkok yang ingin memiliki alternatif.

"Mereka tak merasa aman [di Tiongkok]," kata seorang broker. "Mereka mau mendapatkan akses ke Eropa untuk membuka rekening bank, membeli properti atau memulai bisnis baru," tambahnya. 

Ia juga menjelaskan bahwa program penjualan paspor yang dimulai pada 2017 itu sangat mudah. Seorang pembeli hanya perlu menunggu 30 hari untuk mendapatkan paspor Vanuatu. Oleh karena itu, tak heran mengapa kewarganegaraan Vanuatu sangat populer.

3. Penjualan paspor Vanuatu mampu membiayai program stimulus saat pandemik, tapi juga ada realita kelam yang membayangi

Berkat Jualan Paspor, Vanuatu Laporkan Surplus Anggaran saat Pandemik(Ilustrasi pesawat) IDN Times/Arief Rahmat

Berkat penjualan paspor, pemerintah Vanuatu pun sanggup mengeluarkan paket stimulus sebesar Rp545 miliar bagi warganya yang terdampak pandemik COVID-19. Mereka pun tidak dipusingkan dengan pajak korporat maupun penghasilan. Stimulus ini adalah yang terbesar di antara negara-negara Pasifik di mana puluhan ribu orang kehilangan pekerjaan.

Akan tetapi, tidak sedikit yang resah dengan cara Vanuatu memperoleh pendapatan. "Beberapa orang yang membeli paspor itu ada di daftar red notice Interpol dan dengan seringnya itu terjadi, itu semakin mengesampingkan nilai dari sebuah paspor," kata Jonathan Pryke dari Lowy Institute kepada Reuters.

Contohnya, pada 2019 Vanuatu mencabut paspor empat warga Tiongkok karena nama mereka muncul dalam daftar buronan Interpol. Australia pun mengingatkan bahwa program kontroversial itu berpotensi membuat Vanuatu kehilangan keuntungan kerja sama bilateral dengan Canberra.

Menteri Luar Negeri Vanuatu Ralph Regenvanu juga mengakui bahwa Uni Eropa mengungkapkan kekhawatiran mereka. Seperti dilaporkan Financial Times, ia sadar begitu mudahnya cara mendapatkan paspor negaranya menghasilkan dampak negatif "yang memengaruhi hubungan bilateral kami dengan negara-negara lain".

Ia mengatakan pemerintahnya perlu menghentikan beberapa aspek dan memperbaiki aspek lainnya agar program yang mendatangkan uang itu tidak berlangsung dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan lainnya.

Baca Juga: Fakta Unik Vanuatu, Negara Impian Yoon So Ah di Drama Bride of Habaek

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya