Efek COVID-19, CEO di Dunia Kurangi Kerja dari Kantor

Perusahaan semakin manfaatkan kecanggihan teknologi

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 berdampak terhadap budaya kerja di berbagai perusahaan di seluruh dunia. Jika sebelum ini sebagian besar pekerjaan dilakukan di kantor atau lokasi, kini semakin terbuka alternatif lainnya yaitu bekerja secara jarak jauh. Apalagi kemudahan teknologi kian menyingkirkan hambatan-hambatan soal komunikasi.

Berdasarkan survei KPMG yang dikutip The New York Times, sebanyak 80 persen CEO di seluruh dunia mempercepat rencana ekspansi digital mereka dalam beberapa bulan terakhir. Mereka meminta para karyawan bekerja jarak jauh dan berhubungan dengan para konsumen secara online.

Survei itu melibatkan 315 CEO di Australia, Kanada, Prancis, Inggris, Amerika Serikat, Tiongkok, Italia dan Jepang antara 6 Juli hingga 5 Agustus. Sebelumnya, KPMG sudah mewawancarai 1.300 CEO pada Januari dan Februari.

Baca Juga: CEO Apple Tim Cook Masuk dalam Jajaran Miliarder Dunia 

1. Perusahaan diprediksi memilih cara hybrid

Efek COVID-19, CEO di Dunia Kurangi Kerja dari KantorIlustrasi kantor. unsplash.com/LYCS Architecture

Walau ada tren untuk tak sepenuhnya kembali ke kantor, tapi belum ada kepastian hingga seberapa besar pergeseran yang akan terjadi. Namun, sebanyak 69 persen CEO mengatakan berencana untuk memangkas ruang kantor dalam jangka pendek.

Artinya, para pembuat keputusan tertinggi lebih memilih cara kerja jarak jauh atau mungkin menggabungkan keduanya. "Barangkali cara hybrid akan menemukan jalannya ke dalam realita sehari-hari yang baru," kata Bill Thomas, chairman KPMG International.

2. Pergeseran ke cara kerja jarak jauh membuka kesempatan untuk merekrut lebih banyak staf

Efek COVID-19, CEO di Dunia Kurangi Kerja dari KantorIlustrasi kantor. unsplash.com/Adolfo Felix

Keuntungan lain dari kerja jarak jauh yang kini jadi normal baru adalah meningkatnya jumlah calon karyawan yang bisa direkrut. Sebanyak 73 persen CEO mengatakan, perusahaan mereka jadi lebih mudah mempekerjakan orang dari lokasi yang jauh di mana bisnis mampu beroperasi secara global.

"Ada level kenyamanan dengan cara ini yang tak pernah dimiliki orang-orang sebelumnya," ujar Thomas.

Tren ini pun menjadikan prioritas perusahaan berubah. Ketika belum ada pandemik COVID-19, perekrutan staf hingga pemantauan kesejahteraan dan kesehatan mereka berada di peringkat 11. Sekarang hal itu melesat menjadi peringkat pertama, bahkan hingga tiga tahun mendatang.

Sementara, risiko terkait lingkungan hidup, perubahan iklim dan supply chain semakin berada di urutan bawah.

3. Sejumlah CEO pesimis terhadap perekonomian global

Efek COVID-19, CEO di Dunia Kurangi Kerja dari KantorIlustrasi kerja dari rumah. unsplash.com/Roberto Nickson

Topik lainnya adalah tentang prediksi kondisi perekonomian global dalam tiga tahun mendatang. Sebanyak 32 persen mengaku pesimis dengan apa yang akan terjadi. Sedangkan sebanyak 32 persen lainnya mengatakan mereka lebih optimis dibandingkan pada permulaan 2020 ini.

Perusahaan yang berbasis teknologi sudah lebih cepat dalam mengadopsi cara kerja jarak jauh sejak awal pandemik. Misalnya, Twitter mengumumkan pada Mei lalu bahwa work from home yang mereka jalankan sejak Maret berjalan sukses.

Oleh karena itu, raksasa media sosial tersebut memutuskan bahwa jika berminat, karyawan boleh meneruskan cara kerja tersebut selamanya.

Baca Juga: CEO Nodeflux Ceritakan Manfaat Teknologi AI di Masa Pandemik

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya