Microsoft Ngotot Mau Beli TikTok, Tiongkok Murka!

Tiongkok geram dan menuding AS memaksa penjualan TikTok

Jakarta, IDN Times - Tiongkok mengatakan tidak akan membiarkan Pemerintah Amerika Serikat melakukan "perampokan" karena memaksa ByteDance, induk perusahaan TikTok, untuk menjual aplikasi video pendek yang populer di kalangan anak-anak muda tersebut.

Presiden Donald Trump batal memblokir TikTok pada akhir pekan kemarin setelah bertemu dengan CEO Microsoft, Satya Nadella. Ini lantaran Microsoft menegaskan niat untuk mengakuisisi TikTok yang beroperasi di pasar Amerika Serikat dan terus bernegosiasi dengan ByteDance.

1. TikTok berada di tengah meningkatnya tensi antara Amerika Serikat dan Tiongkok

Microsoft Ngotot Mau Beli TikTok, Tiongkok Murka!Presiden Tiongkok Xi Jinping memberikan suaranya mengenai peraturan keamanan nasional untuk Wilayah Administrasi Khusus Hong Kong pada penutupan sesi Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Balai Agung Rakyat di Beijing, Tiongkok, pada 28 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Garcia Rawlins

Persoalan apakah Trump ingin memblokir TikTok karena motif politik atau benar-benar perkara keamanan data tetap menjadi perdebatan. Hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok sendiri sedang berada dalam tensi tinggi, bahkan sampai membuat masing-masing negara memaksakan penutupan kantor konsulat di Houston dan Chengdu.

Global Times, selaku media pemerintah Tiongkok, menyebut drama TikTok ini berubah menjadi satu langkah lebih dekat kepada perampokan di siang bolong. Menurutnya, dengan memberlakukan tenggat waktu 45 hari bagi Microsoft dan ByteDance untuk mencapai kesepakatan, Amerika Serikat memaksa transaksi menjadi jual-beli dengan harga terendah.

Dengan begitu, lanjut media tersebut, Washington tidak memberikan pilihan lain bagi ByteDance yang bermarkas di Beijing itu selain menyerahkan kepentingan bisnis dan hak kekayaan intelektual dengan harga diskon. Berdasarkan laporan, ada sekitar 100 juta pengguna TikTok di Amerika Serikat.

Baca Juga: Waduh, Donald Trump akan Larang TikTok di Amerika Serikat Nih!

2. ByteDance mengatakan belum ada kesepakatan dengan Microsoft

Microsoft Ngotot Mau Beli TikTok, Tiongkok Murka!Ilustrasi. unsplash.com/Kon Karampelas

CEO ByteDance Zhang Yiming pun buka suara terkait riuhnya masalah TikTok di Amerika Serikat. Dalam sebuah surat yang dikirimkan ke internal perusahaan pada Senin 3 Agustus 2020, Zhang menegaskan sebenarnya tidak berniat menjual TikTok dan bahwa pihaknya belum mencapai kesepakatan apa pun dengan Microsoft.

"Kami tidak setuju dengan keputusan [menjual bisnis TikTok di Amerika Serikat], sebab kami selalu patuh dalam melindungi data pengguna dan menjaga netralitas serta transparansi platform," kata Zhang, seperti dilaporkan media pemerintah Tiongkok CGTN.

"Kami belum mencapai solusi akhir. Namun, mempertimbangkan situasi internasional saat ini, kami harus menghadapi perintah eksekutif Presiden Amerika Serikat yang ingin memblokir TikTok dan keputusan Komite Investasi Asing Amerika Serikat (CFIUS), sementara kami takkan menyerah pada kemungkinan apa pun."

Zhang juga mengaku bahwa CFIUS tetap memaksa ByteDance harus menjual bisnis TikTok di Amerika Serikat, padahal ia sudah menegaskan berkali-kali bahwa perusahaannya adalah entitas swasta. Ia menegaskan ByteDance bersedia menawarkan solusi teknologi yang lebih untuk mengakhiri kegelisahan mereka.

3. Amerika Serikat mengklaim TikTok menyuplai data pengguna di negara itu kepada pemerintah Tiongkok

Microsoft Ngotot Mau Beli TikTok, Tiongkok Murka!Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat tiba di South Lawn Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, pada 4 Juli 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria

Dalam wawancara dengan Fox News pada akhir pekan lalu, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengklaim pemerintah Amerika Serikat menemukan bukti bahwa TikTok termasuk salah satu aplikasi yang memberikan data secara langsung kepada Partai Komunis di Tiongkok.

Karena itu, lanjutnya, pemerintah akan mengambil langkah-langkah dengan mempertimbangkan serangkaian risiko keamanan nasional secara luas yang ditimbulkan oleh perangkat lunak yang terhubung ke Partai Komunis tersebut.

The Washington Post juga pernah mempublikasikan berita pada September tahun lalu mengenai penyensoran konten yang dinilai sensitif oleh TikTok.

Menurut para peneliti, TikTok di Tiongkok tetap tersandera oleh ide rezim berkuasa tentang konten yang layak dan penyensorannya, dan mereka mengarah ke bagaimana Partai Komunis menggunakannya sebagai alat propaganda untuk audiens muda.

Berdasarkan riset, ditemukan bahwa jumlah unggahan dengan tagar #antielab yang sangat populer dipakai para demonstran pro-demokrasi Hong Kong di TikTok hanya sebanyak 11.

Sementara di Instagram, tagar yang sama terdapat dalam lebih dari 34.000 unggahan. Kemudian, pencarian tagar #HongKongProtests dan #HongKongProtestors menghasilkan nol unggahan.

Kepada Bloomberg, juru bicara ByteDance pun membantah berbagai tudingan yang dilayangkan kepada perusahaannya.

"Kami tak pernah menyediakan data pengguna kepada pemerintah Tiongkok, kami tidak akan melakukannya juga jika diminta," kata dia.

Baca Juga: Jika Microsoft Jadi Beli TikTok, Trump Minta AS Dapat Jatah Besar

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya