Mirip Film Zombie, Begini Kondisi Mal di Amerika yang Tutup karena Kalah Saing

Ada 300 mal yang terpaksa tutup

Tak sedikit orang paruh baya Amerika yang sulit membedakan apakah tempat yang mereka lihat adalah lokasi syuting film zombie tahun 70-an "Dawn of The Dead", atau mal yang pernah mereka kunjungi sewaktu kecil. Pasalnya, tempat yang dulunya menjadi pusat keramaian dan hiburan bagi masyarakat, kini tak ubahnya seperti zona mengerikan dalam film-film Hollywood.

Ada lebih dari 300 mal di Amerika yang bangkrut dan tutup.

Mirip Film Zombie, Begini Kondisi Mal di Amerika yang Tutup karena Kalah SaingCreditMichael F. McElroy/The New York Times

Meski gejalanya sudah terlihat sejak akhir 90-an, tapi cerita mengenai ditutupnya ratusan mal di seluruh Amerika tetap mencengangkan. Satu per satu mal di Negeri Paman Sam tersebut tumbang dan ditinggalkan.

Saking mengenaskannya, bahkan sampai ada satu situs bernama DeadMalls.com yang didedikasikan untuk mendaftar nama-nama mal itu lengkap dengan cerita di balik kebangkrutannya. Dari daftar yang juga dikutip oleh The New York Times dan Nine.com.au tersebut, ada lebih dari 300 mal yang tutup tersebar di 45 negara bagian Amerika.

Baca juga: Cuma Para Penggila Belanja yang Tahu 21 Perasaan Kayak Gini

Mal-mal tersebut punya karakteristik sama: tertutup dan bergaya lama.

Mirip Film Zombie, Begini Kondisi Mal di Amerika yang Tutup karena Kalah SaingSeph Lawless via Daily Mail

Washington Post menyebut bahwa mal-mal yang tutup punya karakteristik fisik yang sama: tertutup dan bergaya lama. Ratusan mal itu seperti bangunan beton tanpa jendela dan berlokasi cukup jauh dari jalan raya. Desain mal seperti ini sempat berjaya di tahun 80-an dan 90-an. 

Sedangkan mal yang bisa bertahan, bahkan semakin ramai, adalah mal yang punya area terbuka dengan beragam restoran dan apartemen di atas bangunan mal. Letaknya juga terbilang mudah diakses. Artinya, warga Amerika lebih senang dengan mal yang bisa menjadi pusat gaya hidup di mana mereka tak hanya berbelanja, tapi juga berbincang-bincang dengan teman maupun keluarga.

Mal yang tak memiliki retail populer juga kehilangan daya tarik.

Mirip Film Zombie, Begini Kondisi Mal di Amerika yang Tutup karena Kalah SaingSeph Lawless via Daily Mail

Seperti dilaporkan The New York Times, sebuah mal bernama The Owings Mills yang terletak di Baltimore, Maryland, harus ditutup pada 2015 lalu. Mal yang dibuka pada 1986 tersebut pernah sangat ramai terutama ketika menjelang Natal.

Toko-toko retail populer seperti Saks Fifth Avenue, H&M, Athlete's Foot, Wet Seal, serta Kay Jewelers sempat menjadi magnet dari mal tersebut. Setelah sejumlah penyewa menutup toko mereka, misalnya department store mewah Saks Fifth Avenue dan H&M, semakin sedikit pengunjung yang tertarik untuk menghabiskan waktu (dan uang) di The Owing Mills.

Sejumlah retail yang dulu menjadi salah satu tujuan utama berbelanja menyatakan bangkrut dan harus menutup toko mereka di mal-mal tersebut. Misalnya, Aéropostale, PacSun, Sears, bahkan Macy's. Ini berpengaruh pada popularitas mal. Jika diibaratkan, signifikansi kebangkrutan retail-retail ini terhadap keberlangsungan mal adalah seperti bila Matahari, Metro, atau Centro memutuskan menutup toko mereka.

Teori lain meyakini faktor utama ditutupnya ratusan mal itu adalah ketimpangan ekonomi di Amerika.

Mirip Film Zombie, Begini Kondisi Mal di Amerika yang Tutup karena Kalah SaingSeph Lawless via Daily Mail

Menurut konsultan retail, Howard Davidowitz, dalam 15 hingga 20 tahun ke depan akan ada 50 persen mal Amerika yang mengalami kebangkrutan. Ia memprediksi hanya mal kelas atas dengan toko seperti Saks Fifth Avenue dan Neiman Marcus yang akan bertahan.

"Toko-toko kelas menengah di mal-mal kelas menengah akan semakin langka," ujarnya, seperti dikutip dari Business Insider. Dari 1.000 mal, sekitar 400 diantaranya dikhususkan untuk konsumen kaya. Bagi mal-mal tersebut, nasib mereka justru berbanding terbalik dengan 300-an mal yang harus menyatakan bangkrut. Resesi ekonomi di tahun 2007-2009 memperlebar jurang ketimpangan ekonomi di Amerika.

Jumlah mereka yang menjadi korban terparah dari resesi meningkat lima kali lipat. Lokasi tempat tinggal mereka berada di sekitar mal-mal yang bangkrut tersebut. Akibatnya, mereka tak lagi mampu untuk berbelanja di mal. "Itulah kenyataannya. Kita telah menghancurkan kelas menengah, dan mereka sekarang menjual barang mereka untuk membeli sesuatu yang lebih murah," tandas Davidowitz.

Baca juga: 7 Tipe Cewek Pengunjung Mal di Indonesia, Kamu Masuk yang Mana?

Topik:

Berita Terkini Lainnya